♪ Chapter 3

53 44 8
                                    

Jam menunjukkan pukul Seblas malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukkan pukul Seblas
malam. Refalin tengah menunggu kedatangan seseorang didepan rumahnya. Beberapa kali dirinya memeriksa ponsel genggamnya. Refalin dengan pakaian berbeda mala mini. Dirinya memakai baju hitam dengan dibaluti jaket kulit coklat memperlihatkan sesosok Refalin yng berbeda dari biasanya.

Orang yang ditunggu-tunggu Refalin akhirnya datang mengenakan sebuah mobil hitam. Seseorang yang duduk dikursi kemudi membuka jendela mobil kemudian melambaikan tangannya kepada Refalin yang terlihat sepertinya mereka telah lama tidak bertemu.

Refalin membuka pintu kursi belakang. Dimobil tersebut terdapat tiga orang yaitu Refalin, Hagia dan Citra. Mereka berdua adalah teman-teman lama Refalin saat Refalin bersekolah di Jakarta dulu.

"Wess gimana nih kabar disekolah barunya asik gak temen-temennya?" tanya Citra cewe yang tengah mengemudi tersebut.

"Dih boro-boro, yang ada gue dikerjain mulu!" jawab Refalin ketus membuat kedua temannya tertawa lepas dimobil.

"Terus lo sekarang jadi nerd?"

"Bisa dibilang gitu, masalahnya gue disekolah gapunya temen kecuali sepupu gue tuh si Esha."

"Parah sih yang ngerjain lo, mereka gatau aja lo disekolah lama lo kayak gimana." ucap Hagia, seperti ada sesuatu yang ditutupi Refalin disekolah barunya ini. Sebenarnya apasih membuat Refalin pindah ke Bandung?

"Emang ini kita mau kemana?" tanya Refalin bingung pasalnya kedua temannya ini tidak memberitahu Refalin kemana mereka akan mengajak Refalin mala ini.

"Biasa kaya dulu," ucap Hagia sambal membalikkan kepalanya kebelakang menatap Refalin, Refalin tertawa tanpa suara.

"Sialan lo pada, kalo ketahuan bokap gue gimana? Yang ada abis ini gue dipindahin ke Jogja lagi gegara ketahuan!"

"Alah aman Lin, Tenang aja, gak ada yang kenalin lo!"

Ritual malam minggu mereka sejak dulu adalah menonton balapan liar. Terkuak sedikit bahwa Refalin dulu memiliki kehidupan yang bebas itulah salah satu alasan dirinya dipindahkan sekolah ke Bandung.

Mereka telah sampai di arena balap liar. Suasana disini sangatlah ramai apalagi anak-anak geng motor dari berbagai daerah banyak sekali disini.

Deru suara knalpot motor besar menggema ditelinga tiap orang yang berada di arena balap liar tersebut. Di garis start sudah bersiap dua pembalap liar dengan motornya masing-masing. Tidak ada yang mengetahui siapa dua orang dibalik kaca helm tersebut.

Dalam hitungan ketiga, dua orang pembalap liar tersebut menjalankan motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tentunya mereka berdua saling salip menyalip. Pembalap denga motor berwarna hitam itu dengan lincahnya menyalip pembalap motor berwarna merah.

Refalin terlihat sangat menikmati pertarungan motor tersebut. Sedangkan kedua temannya terlihat tengah tegang kemudian berteriak melihat kedua pembalap yang tengah bertarung tersebut.

Sampai pada akhirnya kedua motor tersebut sampai digaris finish. Pembalap bermotor hitam itu adalah pemenangnya. Sambutan teriakan gemuruh untuk pembalap bermotor hitam. Pembalap bermotor hitam pun akhirnya menunjukkan siapa dirinya dengan melepas helm yang dirinya pakai.

Betapa terkejutnya bahwa pembalap bermotor hitam tersebut adalah Revan musuh bebuyutan Refalin. Jantung Refalin seketika berdegup kencang mengetahui pria dibalik helm tersebut adalah Revan. Refalin menjadi ketakutan jika Revan melihat dirinya tengah menonton balapan liar ditengah malam seperti ini.

Tetapi bisa saja Refalin juga mengancam Revan dengan cara membeberkan bahwa Revan mengikuti balapan liar yang jelas-jelas bersifat illegal mengingat Revan adalah seorang pelajar.

Setelah beberapa saat. Refalin ingin membalaskan dendamnya dengan Revan dengan cara memberikan Revan ancaman agar Revan merasa terancam dikelas dan tidak ada yang menggangu Refalin lagi dikelas. Dan pada akhirnya Revan akan tunduk kepada Refalin.

Refalin berjalan kearah Revan yang tengah berbicara dengan teman-temannya. Revan terlohat sangat terkejut melihat Refalin yang berjalan kearahnya sambal tersenyum licik. Melihat penampilan Refalin yang begitu berbeda dengan seperti biasanya sempat membuat Revan bertanya-tanya.

"Lo ngapain kesini malam-malam?" tanya Revan dengan wajah heran. Teman-teman Revan yang tadinya tengah berbicara dengan Revan akhirnya pergi karna melihat kedatangan Refalin, "Ternyata lo diem-diem anak liar juga ya, gak nyangka gue." Ucap Revan kemudian melonggarkan rahangnya.

"Hebat dong," jawab Refalin dengan wajah menantang.

"Lo nantangin gue ya? Lo gak takut gue sebarin kalo cewek yang salama ini selalu diem dikelas ternyata gak seperti yang mereka bayangin?" ancam Revan kepada Refalin, Refalin membuang nafasnya kasar.

Gadis yang tengah berdiri dihadapan Revan tersebut memajukan wajahnya kepada Revan. "Lo juga gak takut kalo semisalnya bakalan gue sebarin kalo lo ikut balapan liar. Bukannya itu illegal ya?"

"Bisa aja sekolah drop out lo, terus lo di blacklist dari sekolah lain."

"Sialan lo!" umpat Revan kasar kepada gadis dihadapannya itu.

Sambil tersnyum Refalin pergi meninggalkan Revan. Sedangkan Revan tengah mengepalkan tangannya sendiri sambal mengumpat beberapa kali. Karna Refalin berhasil membuat Revan terancam.

***

Sinar Mentari menyilaukan mata Refalin yang tengah bediri ditengah lapangan. Dengan menggunakan pakaian olahraga. Seiring berjalannya waktu matahari terasa semakin panas.

Refalin duduk dipinggir lapangan sendirian melihat sesosok pria yang telah lama ia kagumi saat pertama kali masuk ke sekolah ini. Pria itu tentu saja bukan sembarang murid disekolah ini. Pria ini termasuk orang yang sangat dibutuhkan sekolah karna pencapaian dan prestasinya.

Pria itu Bernama Reksa Dewakarsa tersebut adalah seorang atlet basket yang telah beberapakali memenangkan pertandingan basket Bersama anggota timnya.

Reksa sangat popular disekolah, apalagi dirinya selalu berprilaku baik terhadap orang-orang termasuk kepada Refalin. Disaat Refalin dibully teman-teman cowok dikelasnya hanya Reksa lah yang sama sekali tidak pernah menggangu Refalin, Membuat Refalin hari demi hari semakin kagum dan jatuh cinta dengan Reksa meskipun hal tersebut tidak akan mungkin terjadi.

Refalin menatap kagum Reksa yang tengah bermain basket ditengah lapangan. Tetapi sesuatu tak terduga membuat Refalin sadar dari lamunannya. Kepala Refalin terasa sakit seketika karna Revan melemparkan bola voly dengan sengaja mengarah kepala Refalin.

Hal tersebut menjadi tonton orang-orang sekitar, Refalin mendesis kemudian mencoba untuk berdiri tetapi gagal karna kepalanya sudah terlanjur pusing akibat lemparan bola dari Revan.

Mata Refalin berair, tangannya memegang pelipis kepalanya. "Ref lo gapapa kan?" tanya Reksa dari kejauhan, menatap Refalin iba akibat Revan.

Revan sendiri malah ketawa ketiwi Bersama temannya, tidak ada rasa bersalah sama sekali. Reksa berlari mengarah kea rah Refalin, kemudian dirinya menundukkan sedikit badannya dan memegang bahu Refalin, Refalin yang tengah terduduk lemas.

Reksa membantu Refalin berdiri kemudian dirinya merangkul Refalin untuk membawa Refalin ke unit gawat darurat sekolah. Banyak para siswi yang iri saling berbisik karna Refalin dibant Reksa. Padahal membantu seseorang itu adalah sesuatu hal yang lumrah tapi kali ini bukanlah hal yang lumrah bagi mereka.

Teman Reksa yang tadi tengah bermain dengan Reksa menghampiri Revan dan teman-temannya,"Kalian keterlaluan tau gak!" ucap Alim teman Reksa kemudian pergi mengikuti Reksa.

***

FALLIN FOR (U)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang