05. The Reality

110 31 10
                                    

Pukul sepuluh malam, mobil milik Tara baru terparkir manis di dalam garasi rumahnya. Seusai mengantarkan Bulan pulang ke rumah tadi sore, ia tidak langsung kembali ke rumahnya. Menurut pemuda itu, tempat yang ia pijak sekarang tidak pantas di sebut sebagai rumah. Tara sama sekali tidak menemukan kehangatan di dalamnya.

Pemuda itu menghela napasnya, kakinya melangkah gontai memasuki ruang keluarga. Sepi dan gelap, mungkin orang-orang sudah terlelap. Ketika ia akan naik menuju tangga, lampu ruang keluarga menyala. Sial, padahal Tara berharap tidak bertemu dengan siapapun.

"Kamu kemana aja?" ujar seseorang yang kini sudah berdiri beberapa meter di belakang Tara.

Rahang pemuda itu mengeras, "Bukan urusan lo."

"Kamu gak bawa Bulan keluar sampai selarut ini, kan?"

Tara berdecih pelan sembari membalikkan badan menghadap lawan bicaranya. Mata hazel itu menatap intens netra Bintang, sang kakak. Ya, Hansena Bintang adalah kakak tiri Tara. Ayah Tara menikah kembali dengan Ibunya Bintang. Ibu kandung Tara meninggal dalam kecelakaan tunggal yang dialami 2 tahun lalu. Semenjak itu, Tara kehilangan 'rumah' nya.

"Kenapa lo peduli?" Tara membalikkan pertanyaan.

"Bulan itu perempuan, Tara. Gak baik kalau kamu ajak dia keluar sampai larut malam," jawab Bintang.

"Mas denger ya, gue benci banget mohon sama lo tapi buat kali ini tolong, tolong jangan deketin Bulan. Apapun niat lo, tolong jauhin Bulan." ujarnya sembari menundukkan kepala.

"Bisa kasih Mas alasan kenapa Mas harus jauhin Bulan?"

"She likes you, and I like her. That's the reason." Setelah mengatakan itu, Tara pergi meninggalkan Bintang yang masih geming di tempatnya.

Semuanya terlalu tiba-tiba.

***

Siang itu, Bulan, Renatta dan Naya sedang makan di kantin fakultas. Kebetulan, ada jeda waktu selama satu setengah jam untuk mereka mengisi perut sebelum kembali menghabiskan energi di mata kuliah berikutnya.

"Lo tumben gak sama Haris. Biasanya kemana-mana nempel mulu," tanya Naya kepada Renatta yang sedang berkaca untuk membenarkan poni rambutnya.

"He's busy, bentar lagi OSCE. Kaya gak tau anak FK aja," jelasnya tanpa menoleh ke arah Naya.

Gadis itu hanya mengangguk dan memilih untuk kembali melahap makanannya.

"Gimana persiapan lo buat festival kampus?" Bulan penasaran.

Sudah hampir menginjak akhir semester genap biasanya kampus akan mengadakan festival sekaligus bazar. Mahasiswa setiap fakultas biasanya akan mengirimkan talent mereka untuk tampil, dan Naya yang akan mewakili Fakultas Ilmu Budaya untuk tampil di festival kampus akhir semester nanti.

"That was great. Gue akhirnya nemuin partner duet yang cocok setelah memutus hubungan sama Yudha." jawab Naya.

"Siapa partner lo nanti?" Renatta giliran bertanya.

"Gue belum cerita kah? Partner gue nanti si Tara. Gue gak nyangka kalau suara dia 11 12 bagusnya sama suara Yudha."

"Cie, masih bisa muji ternyata."

Naya cemberut, "Gue bukan cewek munafik ya anjir! Di kampus ini siapa yang ga ngakuin kalau suara Yudha bagus? Hanya orang sakit kuping yang bilang suara dia jelek."

Jejak Aksara || Sung Hanbin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang