11. Find the Lost Boy

126 26 8
                                    

Entah sudah kali ke berapa dalam satu Minggu ini helaan nafas berat keluar dari mulut Matteo. Mahasiswa Teknik yang baru menginjak semester 3 itu cukup merana karena menampung sahabat SMA nya yang sedang patah hati. Ya siapa lagi kalau bukan Raden Tara Aryatama.

Jujur saja Matteo jadi tidak bisa fokus mengerjakan laporan praktikum yang bertumpuk-tumpuk karena adanya eksistensi Tara di kamar kosnya. Matteo bukan tipe cowok introvert yang sulit belajar jika ada orang lain di dekatnya, tapi pasalnya tugasnya terlampau pelik untuk ia selesaikan dengan mengimbangi keluhan-keluhan yang terulang setiap harinya dari mulut Tara.

Semenjak Tara mengantar Bulan pulang satu Minggu yang lalu, tepat di hari gadis yang ia suka resmi berpacaran dengan kakak tirinya, Tara tak pernah pulang ke rumah. Cowok itu memilih untuk singgah di kos Matteo untuk beberapa saat.

"Lo kapan minggatnya sih?!" Pekik Matteo karena cowok itu lagi-lagi mendapati Tara yang tengah memakan mi instan cup di atas kasurnya.

"Buset baru dateng tuh salam dulu, bukan marah-marah." respon Tara benar-benar membuat darah Matteo mendidih. Ia mengusap wajahnya kasar, melemparkan tas ranselnya ke sembarang arah dan segera masuk ke kamar mandi tanpa mengindahkan Tara yang masih nikmat menyeruput kuah mi instannya.

Tara pun tidak paham kenapa ia sangat enggan untuk pulang hanya karena ada Bintang yang notabenenya tinggal di satu atap yang sama dengannya. Semenjak Bintang menyandang status resmi sebagai kakak tirinya, Tara tampak masih tak terima. Ia tak bisa menerima kenyataan bahwa ada orang asing yang tinggal di rumahnya, ia masih belum bisa mengikhlaskan ibu nya pergi meninggalkannya, dan Tara masih tak terima jika ayahnya hanya memerlukan waktu 6 bulan untuk mencari pengganti ibu kandungnya.

Tara menyelesaikan suapan terakhirnya yang bertepatan dengan Matteo yang baru saja keluar dari kamar mandi. Cowok itu beranjak untuk membuang sampah cup nya dan meraih kunci mobil juga jaket yang tergeletak di atas meja belajar milik Matteo.

"Mau ke mana lo?" tanya Matteo.

"Balik." ujar Tara tanpa menoleh ke arah Matteo yang menatapnya dengan tatapan heran.

"Kenapa gak dari kemarin-kemarin? Kalau gini kan gue jadi enak."

Tara hanya melirik temannya sekilas sembari membenahi tali sepatunya, "Tenang aja, besok kasih tau gue lo mau apa ntar gue beliin selagi masih masuk akal."

"Civic Turbo!"

"Itu mah di akalnya Albert Einstein juga gak masuk, bajingan!" Tara dengan tanpa beban melayangkan sebelah sepatu Matteo yang kebetulan ada di dekatnya.

"Udahlah gue balik dulu, thanks tumpangannya!" Tara mengakhiri percakapan mereka dengan beranjak menuju parkiran mobil. Sebenarnya Tara juga tidak tahu kemana arah tujuannya. Yang pasti, cowok itu belum mau pulang ke rumah. Ia pun berakhir menjalankan sedan hitamnya tanpa arah.

***

Terik matahari pada siang menjelang sore itu sangat menyengat. Beberapa mahasiswa bahkan membawa payung kecil demi melindungi tubuhnya agar tida terpapar walaupun mereka mungkin sudah berkali-kali re-apply sunscreen. Bulan memilih untuk duduk di gazebo depan lobby Fakultas Ilmu Budaya setelah mata kuliah Sintaksis usai. Kebetulan hari ini ia tidak mendapat jadwal kuliah yang sama dengan Renatta dan Naya karena saat war KRS ia kurang beruntung.

Pandangannya mengedar, memperhatikan setiap aktifitas mahasiswa pada siang itu. Ada yang berpenampilan rapih siap untuk menghadiri kelas siang, ada yang berlari dari parkiran depan menuju lift agar tidak tertinggal, ada yang sibuk berkutat dengan laptopnya, ada yang nikmat menyeruput es teh jumbo, dan ada juga yang sedang memadu kasih di gazebo sebelah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jejak Aksara || Sung Hanbin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang