Jejak Aksara || Sung Hanbin

08. Best Night Ever?

Riuh tepuk tangan terdengar di seluruh antero caffee sesaat setelah Bulan menyanyikan lirik terakhirnya. Suara gadis itu benar-benar membuat semua orang terpana, tak terkecuali seorang pemuda yang tak pernah memalingkan perhatiannya pada sang gadis. Bulan mengerjap beberapa kali saat netranya tak sengaja bertemu dengan milik Bintang.

"Good job, moon, lo all out banget. Gue bener-bener berterimakasih sama lo." Bisikan Yudha membuatnya tersadar dari lamunan singkat. Senyuman pada bibir laki-laki dengan rambut sedikit keriting itu tak pernah luntur dari wajahnya semenjak kakinya naik ke atas mini stage. Yudha benar-benar bersyukur karena Tara merekomendasikan orang yang tepat.

"Lo juga sama Kak Hesa juga. Makasih, kalian keren." Mereka berakhir saling melemparkan pujian satu sama lain. Tiga pasang kaki itu melangkah turun dari mini stage setelah mengucapkan salam perpisahan kepada seluruh pengunjung caffee.

Kaki Mahesa berjalan menuju ke tempat dimana Safa dan Bintang duduk. Namun yang berbeda, kini ada Haris beserta dua gadis di meja sebelahnya. Tangan pemuda itu langsung merangkul bahu Safa, gadis itu pun membalas rengkuhan sang adam dan berbisik, "Keren banget, tapi aku sebel banyak cewek yang lihatin kamu."

Mahesa terkekeh, "Mereka lihatin aku, tapi aku kan lihatnya ke kamu."

"Lah, ternyata lo pacaran sama cowok gitar, Saf?" Haris menyeletuk ketika matanya tak sengaja menangkap kemesraan Mahesa dan Safa.

Wajar saja pemuda itu kaget, pada dasarnya Haris mengetahui jika hanya ada satu laki-laki yang tengah dekat dengan Safa, siapa lagi kalau bukan Bintang. Hampir tiga tahun ia menjalani hubungan pertemanan dengan Bintang dan Safa, Haris baru mengetahui fakta mengejutkan jika mereka berdua tidak sedang menjalin hubungan.

Renatta dan Naya yang duduk berdekatan dengan meja Safa hanya bisa memasang telinganya, gadis itu tidak mau melewatkan sedikitpun informasi mengenai hubungan antara dua sejoli itu.

"Anggep aja gitu," jawab Safa di iringi dengan cengiran tanpa dosa dari Mahesa.

"Haris anjrit lu bohongin gue ya?!" Renatta berbisik melayangkan protes kepada Haris.

Haris mendelik kesal ke arah Renatta, pemuda itu masih berusaha memahami situasi, "Lah aku juga baru tau kalau ternyata mereka temenan doang."

"Payah, temen macam apa kamu?" Haris hanya bisa pasrah dimaki oleh sang kekasih. Terserah, hubungan asmara temannya terlalu rumit.

Mendengar itu Bintang hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Mereka hanya menjalani hubungan tanpa status tapi lagaknya seperti sepasang kekasih sungguhan. Image Safa yang memarahinya tadi sore seakan hilang entah kemana. Nyatanya gadis itu sama bodohnya.

Ekor mata Bintang melirik ke arah samping kirinya. Pemuda itu memandangi presensi Bulan yang tengah duduk di samping Naya. Wajah gadis itu tampak berseri seusai menenteng kopi gratis seperti yang sudah Yudha janjikan kepadanya.

Bintang tidak berhenti mengamati setiap inchi gerak-gerik gadis itu. Rambut yang semula ia gerai dengan indah, kini sudah tergulung sempurna. Mungkin gadis itu merasa sedikit gerah karena suhu udara pada malam itu cukup panas.

"Ah diliatin mulu, samperin!" sindir Safa. Gadis itu sedari tadi mengamati Bintang yang tengah curi-curi pandang ke arah Bulan.

Mahesa tidak tuli untuk tidak mendengar kalimat sindiran yang dilontarkan gadis itu, "Siapa yang lu taksir, boy? Ga mungkin yang baju merah kan? Bininya Haris masa mau lu embat?"

"Apaan si, ngikut aja." Bintang jadi kesal sendiri.

"Bulan, ya?" goda Mahesa sembari tersenyum jahil.

Belum sempat Bintang menyangkal godaan dari Mahesa, pemuda itu sudah terlebih dahulu memekik, memanggil nama Bulan yang membuat Bintang sedikit gelagapan. Safa yang sedari tadi menyaksikan hanya bisa tertawa tanpa suara.