01. She Is Officially His Sun?

254 44 2
                                    

Bulan menghela napas sembari menolehkan kepalanya ke kanan di mana tubuh mungil Renatta akan menyembul dari balik pintu ruang dosen. Sudah lima belas menit ia berdiri di depan ruangan dengan aura mencekam itu untuk menunggu Renatta yang harus menuntaskan keperluannya dengan dosen pembimbing akademik.

Setelah beberapa saat, tubuh gadis itu melangkah menghampiri bulan yang sedang menunduk memainkan tali sepatunya. Renatta tersenyum sebelum memeluk tubuh Bulan, "Moon, gue seneng banget gak di kasih SP sama Bu Dona! Bu Dona di bayar berapa ya sama Kak Haris?" ujar gadis itu menggebu-gebu.

"Lah gue pikir lo bakalan dapet surat cinta dari prodi. Parah anjir lagian lo juga ngapain ciuman gak tau tempat?!" desis Bulan sembari melonggarkan pelukannya.

Renatta berdecak, "Lo tanya aja tuh sama si Haris! Eh tapi gue emang gak ciuman anjir, cuma gara-gara salah angle aja itu Bu Dona salah paham."

Bulan hanya terkekeh geli melihat reaksi cemberut dari lawan bicaranya. Renatta dan Haris memang selalu seperti itu, mereka menganggap semua tempat adalah area mereka. Mereka bisa melakukan apa saja tanpa merasa terganggu. Oh ralat, hanya Haris yang tidak merasa terganggu dengan teguran dosen maupun sesama mahasiswa yang iseng memotret kemesraan mereka di muka umum dan secara terang-terangan menggosipkan dua sejoli itu di base universitas. Yah begitulah cara mereka terkenal. Haris akan membereskan semuanya jika ada hal buruk yang terjadi pada Renatta. He has power. That's why, he's going wild.

Dua gadis itu beranjak meninggalkan gedung FIB. Kaki Bulan berjalan mengikuti Renatta yang mengajak gadis itu bertemu dengan Haris di cafetaria Fakultas Kedokteran. Sebelum sampai di cafetaria, mata Bulan menangkap sesuatu yang tak asing tertempel pada sebuah mading di depan perpustakaan. Bulan tidak salah lihat, foto laki-laki yang ia kagumi selama enam tahun kini terpajang pada mading perpustakaan FK. Sudah biasa, Hansena Bintang menjadi seorang model untuk majalah fakultas.

Gadis itu tersenyum sekilas sebelum mempercepat langkahnya menyusul Renatta yang sudah berjalan agak jauh di depan.

"Re, tuh Kak Haris," bisik Bulan pada Renatta yang sedang celingukan mencari keberadaan kekasihnya.

Pandangan Renatta mengikuti arah telunjuk Bulan dan gadis bermata cokelat itu akhirnya menemukan keberadaan Haris yang kini tengah melambai ke arah mereka dengan senyuman merekah.

Renatta refleks tersenyum sedangkan Bulan hanya membalas lambaian Haris dengan senyum kikuk karena gadis itu memang tidak terlalu mengenal seorang Stevan Haris. Sahabatnya itu langsung mengambil tempat di samping sang kekasih dengan Renatta yang terlebih dahulu mengecup pipi Haris sebelum mendaratkan tubuhnya pada rangkulan sang adam.

Bulan terselimuti kecanggungan melihat kelakuan dua sejoli itu yang menyita atensi seisi cafetaria. Banyak yang berbisik menggunjing gaya berpacaran Renatta dan Haris, tapi banyak juga yang memuji mereka karena terlihat lucu dan serasi.

"Moon, ngapain? Duduk dong, ga pegel apa berdiri terus?" tanya Renatta.

"Duduk aja, sebentar lagi temen gue dateng," ujar Haris yang hanya di balas senyuman canggung oleh Bulan.

Bulan mendaratkan tubuhnya di depan Renatta dan Haris yang tengah saling menyuapi makanan satu sama lain. Bulan hanya bisa mendesah pasrah karena memang ia tak punya tujuan selain mengekori Renatta. Gadis dengan poni rata itu melirik arloji sekilas. Kelas berikutnya masih satu jam lagi, mau tidak mau, Bulan harus terima menjadi nyamuk di tengah-tengah pasangan kekasih yang sedang menjadi buah bibir di kalangan dosen dan mahasiswa.

Gadis itu hanya bisa mengulangi kegiatan membuka ponsel, menggeser menu, lalu mematikan kembali ponsel nya, sengaja untuk mengalihkan pendengarannya yang tak sengaja menangkap sebuah gunjingan yang terlontar untuk Renatta dan Haris.

"Sorry, tadi gue ke perpus dulu buat cari referensi." suara bariton itu menyapa indra pendengaran Bulan yang tengah sibuk memandangi layar hitam di handphonenya. Ibu jari yang tadinya tengah sibuk mengusap sebuah noda kecil di atar layar ponselnya kini tertahan di ambang angin.

Teman yang dimaksud Haris datang. Bulan mematung sejenak, pupil gadis itu melebar, dan jantungnya berdetak tak beraturan. Hansena Bintang memang selalu berhasil membuat hatinya porak-poranda. Hanya dengan melihat eksistensinya dari jauh saja sudah hampir membuat bibir gadis itu tidak berhenti tersenyum.

Namun, netranya teralihkan melihat tangan laki-laki itu tengah menggenggam tangan seseorang. Dengan nyali yang sudah ia kumpulkan, Bulan akhirnya memberanikan diri untuk mendongak, melihat tangan siapa yang berada dalam genggaman Bintangnya. Sepersekian detik, mata mereka bertemu, tapi Bulan memilih untuk memutus kontak mata di antara mereka karena rasa pedih yang semakin menjalar mengisi relung hatinya.

Syahila Safa Mentari, gadis yang tangannya sedang dalam genggaman sang Bintang. Bulan tersenyum, seolah menertawakan diri sendiri karena terlalu bodoh mengharapkan perasaannya dibalas oleh seorang Hansena Bintang.

Renatta menyadari kemana arah pandangan Bulan. Gadis dengan kulit putih pucat itu buru-buru berpamitan kepada Haris untuk beranjak pergi dari cafetaria.

"Kak, aku ada kelas sebentar lagi. Aku sama Bulan duluan ya!" ujar Renatta yang membuat Haris tercenung sejanak.

"Mau kemana? Temen aku baru dateng, kamu sama Bulan gak mau kenalan?" tanya Haris kepada Renatta.

"Aduh lain kali aja, dosennya tiba-tiba majuin jadwal," akhirnya gadis itu pergi begitu saja tanpa memberinya sebuah kecupan atau pelukan, tidak seperti biasanya.

Renatta buru-buru menarik tangan Bulan yang masih terdiam tanpa kata. Gadis itu membawa sahabatnya menuju taman FIB yang letaknya tidak begitu jauh dari cafetaria FK. Napas keduanya tersengal, tetapi Bulan masih geming tak bersuara.

"Moon, you ok?" tanya Renatta masih sambil mengatur deru napasnya.

Bulan masih geming. "Ah stupid question! Of course you're not." timpal Renatta sembari memukul kepalanya karena menanyakan sebuah pertanyaan yang sudah ia ketahui apa jawabannya.

"Sorry, Moon. Kak Haris baru cerita sama gue tadi malem soal Kak Bintang yang ternyata lagi deket sama Kak Safa. Rencananya gue mau kasih tau lo, tapi gue masih cari waktu biar nanti lo gak kaget, ya walaupun pada kenyataannya lo tetep sakit hati sih. But that Star suddenly came with his fuckin Sun. Ah Haris sialan kenapa dia gak ngomong kalau temennya itu Safa sama Bintang yang bakal dateng sih!" jelas Renatta merasa frustasi.

"So, she is officially his Sun?"

...

A.N :

1st update Jejak Aksara. Ceritanya agak klise tapi yaudah sih :')

Sorry for many mistake. Hope u enjoy!

Komen dong apa adegan yang kamu tunggu untuk chapter berikutnya??

Jangan lupa vote juga ya! Thank you!

Jejak Aksara || Sung Hanbin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang