"ha... ha... ha..."
Setelah berlari sepanjang jalan, Rein akhirnya sampai di gang ujung. Terlihat jalanan yang minim penerangan meski matahari belum terbenam.
Dengan hati-hati Rein mencoba mencari Aru di setiap sudut gang ini.
"Dimana?"
Berlarian ke sana-kesini dengan perasaan khawatir dan cemas. Melihat ke segala arah, menyelusuri setiap jalan berharap melihat kembali anak berambut pirang itu.
Rein beberapa kali hampir tertangkap oleh para penjahat di daerah ini. Tapi itu tidak membuatnya berhenti untuk mencari Aru.
Waktu berlalu dengan cepat, hari mulai menggelap.
Setelah berlari tanpa henti, Rein kini berhenti sebentar untuk mengambil nafas. Matanya terlihat sangat cemas.
Memutar otaknya untuk mencari kemungkinan lain.
"Dimana dia?"
Ia kembali berlari, kali ini ketempat terakhir yang belum ia datangi. Tempat tergelap yang bahkan para penjahat hindari.
Rumah berlantai 2 yang terbuat dair kayu dengan suasana horor yang terasa jelas bahkan disiang hari.
Rein mendekati rumah itu, mencoba melihat kedalam lewat jendela di lantai 1. Tapi ia tidak melihat apapun.
Tidak habis cara, Rein berlari ke area belakang rumah itu. Pintu belakang sedikit terbuka.
Dengan sangat perlahan Rein melangkah masuk, ia sangat berhati-hati.
Tidak ingin menimbulkan suara apapun yang dapat membuatnya ketahuan oleh pemilik rumah.
Rein mencari Aru di setiap ruangan. Lalu disalah satu rungan yang gelap, Rein melihat Aru yang terikat disebuah kursi.
"Aru, bangun."
Rein mencoba membangunkan Aru yang tidak sadarkan diri. Ia segera membuka ikatan ditangan Aru.
Klik
Suara pintu terbuka terdengar. Rein mencari tempat bersembunyi dengan tergesah-gesah.
Matanya melihat sebuah tumpukan barang di ujung ruangan, bersembunyi secepat mungkin.
Klik
Pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan seorang pria dengan pedang besar di punggungnya.
"Sial."
pria itu menendang kursi yang Aru tepati, membuatnya terjatuh.
Rein seketika ingin berlari menghampiri Aru, tapi ia ingat sedang bersembunyi.
Ia bisa membahayakan Aru jika keluar saat ini.
"Kalau bukan karena pangeran itu rencana ku tidak akan gagal"
Dengan kesal pria itu menendang Aru yang tak sadarkan diri berkali-kali.
Reflek Rein keluar dari tempat persembunyian nya dan memeluk tubuh Aru dari tendangan pria itu.
"Siapa ini?"
pria itu jongkok lalu menarik rambut Rein keatas, Rein menatap mata pria itu.
"Siapa kau?" tanya nya.
Meski merasa takut dan tangan nya gemetar, Rein menatap pria itu dengan tatapan marah karena menendang Aru dengan keras.
"Wah! liat ini, kau berani menatapku?"
pria itu melepas tangannya dari rambut Rein. Namun sedetik kemudian ia berdiri dan menendang Rein sangat keras, hingga terdorong sampai ke dinding.
"aw, sakit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinald
Fantasy[ Bukan BxB ] Meski batas antara kenyataan dan fantasi semakin buram bagiku, itu bukan rintangan. "Kan kujalani hariku tanpa penyesalan" Hanya satu tujuan ku, hidup dengan baik sampai akhirnya waktu menjemput.