Chapter 10: Kerja keras

154 16 0
                                    

Di ibukota Eldoria, Etherium. 

Lebih tepatnya di labolatorium yang selalu digunakan Senna saat berekperimen dengan mantra sihir.

Terlihat Aria yang menatap foto sahabat baiknya itu dengan tatapan sedih.

Sudah 7 tahun berlalu, sejak tragedi mengerikan itu terjadi. Namun senyum terakhir Senna masih terekam jelas dalam ingatannya.

"Senna"

Saat Aria mengenang semua memorinya bersama Senna, seseorang mengetuk pintu dan masuk ke lab ini.

"Aria"

Bella, master menara masuk ke lab dan menghampiri Aria yang melamun dimeja kerja Senna.

"Waktunya makan."

"Master"

Aria melihat kearah Bella saat namanya dipanggil.

"Aku akan memanggilnya"

Aria segera keluar dari lab dan pergi ke menara lain yang baru dibangun beberapa tahun lalu.

Tok tok tok

Aria menunggu pintu ruangan itu terbuka. Tapi setelah menunggu selama beberapa menit, tak ada orang yang membuka kan pintu.

Ia segera membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.

Terlihat ruangan yang penuh dengan lembaran kertas yang berserakan di seluruh lantai.

Hanya tersedia beberapa tempat yang dapat di pijak.

Buku-buku terbuka dan diletakkan di tempat yang tidak tepat. Tumpukan buku itu terlihat sedikit berdebu karena tidak dipindahkan entah sejak kapan.

Aria berjalan dengan hati-hati, takut kertas-kertas yang berserakan di lantai itu berharga bagi pemilik ruangan yang ia datangi.

Diantara tumpukan buku  itu, terdapat seorang remaja berusia 17 tahun dengan rambut pirang sedang tidur dengan lingkaran hitam yang terlihat jelas dibawah matanya.

"Hei, waktunya makan"

"Huaam"

Remaja itu terbangun saat Aria memanggilnya.

"Bereskan ruanganmu"

"Besok"

Jawaban singkat remaja itu membuat Aria kesal.

Mata ungu nya menatap Aria dengan tatapan malas.

"Cepat bangun"

Aria membuka jendela yang tertutup selama berhari-hari.

"Kalau bukan karena ku, sepertinya kau tidak akan keluar selamanya dari gua ini"

"Cerewet"

***

Mereka akhirnya selesai makan siang. Aria menghampiri remaja pemalas yang pasti akan kembali ke gua nya itu.

"Tunggu!"

Aria menahannya.

"Pergilah berkeliling, jangan selalu terjebak di gua mu itu"

"Itu bukan gua"

Remaja itu menatap Aria dengan ekspresi kesal.

"Sudahlah, master menyuruhku membawamu ke ruangannya"

Remaja itu memutar bola matanya.

"Pasti kertas tidak berguna itu lagi"

Kali ini gantian Aria yang menatapnya kesal.

"Kertas tak berguna yang kau sebutkan itu adalah penghargaan kerajaan tau"

ReinaldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang