Di sebuah menara yang dijuluki sebagai gudang para penyihir jenius berada, terlihat seorang perempuan berseragam penyihir menara, sedang duduk santai dengan teh di tangannya.
"Indahnya hidup kalau tiap hari selalu tenang"
"Master Bella!"
Sebelum ia dapat meminum teh ditangannya, terdengar suara yang memanggil namanya.
Teriakan seorang penyihir perempuan dengan seragam tingkat 1 terdengar jelas dari ruangan tempat master menara, Bella sedang beristirahat.
"Ha..."
Bella menarik nafas lelah saat namanya kembali terdengar dipagi hari yang ia kira akan menjadi hari yang tenang.
"Master! Senna buat masalah lagi!"
"Apa sih Aria? Jangan buat master panik dong"
Seorang remaja berusia 18 tahun keluar dari pintu tempat Aria datang. Senna Wilder, penyihir paling berbakat dengan segudang masalah yang sayangnya adalah sahabat baik dari Aria Theodosia.
"Master, Senna tadi-"
"Gak ada masalah kok master"
Senna dengan cepat menutup mulut sahabatnya itu dan tersenyum manis pada master menara yang menatapnya dengan ekspresi bosan.
"Hehe"
Senna menyeret sahabatnya Aria dan segera menutup pintu ruang master menara dengan perlahan.
"Shhh"
Senna menatap mata Aria dengan ekspresi serius. Aria memberontak dan menyingkirkan tangan Senna yang menutup mulutnya dari tadi.
"Lagian siapa juga yang suruh ganti? kalau master tau, cuma hukuman yang menunggu mu Senna"
"Tenang aja, kan-"
Baru saja akan mengatakan sesuatu, terdengar suara Bella yang memanggil namanya dengan sangat keras.
"SENNA!!"
"Ups"
Senna segera berlari sejauh mungkin dari jangkauan master menara yang sedang mengamuk, karena teh yang ia minum terasa sangat berbeda dari biasanya.
"Hadeh..."
Aria hanya bisa menghela nafas melihat temannya itu yang berlari dengan senyum bahagia karena berhasil mengerjai master menara di pagi hari.
"Kebiasaan"
Tiada hari yang tenang bagi master menara sejak Senna bertemu dengannya. Meski begitu, ia merasa senang saat Senna bisa mengekpresikan dirinya sendiri dengan bebas tanpa tekanan apapun.
"Hai Jack!"
Senna yang berlari menyapa setiap penghuni menara yang ia temui.
"hai Senna"
Bisa dikatakan semua orang di menara pasti mengenal Senna, si Jenius yang selalu membuat master menara pusing dengan tingkah laku nya yang selalu menimbulkan masalah.
"Pagi Edward!"
"Pagi Senna"
Senyum di wajah Senna tidak luntur meski ia sudah berlari ke berbagai sudut menara, mencoba menghindari Bella yang mencarinya ke berbagai tempat di menara.
"Wah"
Senna keluar dari pintu menara, tempat tertinggi yang bisa di lalui dengan tangga.
"Hm~"
"Udara yang segar ya"
Sudah cukup lama sejak terakhir kali Senna melihat pemandangan kota dari atas menara penyihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinald
Fantasi[ Bukan BxB ] Meski batas antara kenyataan dan fantasi semakin buram bagiku, itu bukan rintangan. "Kan kujalani hariku tanpa penyesalan" Hanya satu tujuan ku, hidup dengan baik sampai akhirnya waktu menjemput.