"Apa ini benar-benar jalan bunga?" Aru yang tiba-tiba mendapat tugas mengantar surat penting merasa ragu dengan jalan yang ia lalui.
"Kenapa namanya jalan bunga?" Ia kini berjalan di tempat yang sangat suram, gelap dan sama sekali tidak ada tumbuhan yang tumbuh.
Tidak ada suara lain di tempat ini, membuatnya merasa takut jika tiba-tiba saja ada orang jalan yang menyerang dan menangkapnya.
Aru terus berjalan sambil melihat ke kiri dan ke kanan, mencari perempuan dengan nama Eliana.
Rasa tegang membuatnya merasakan tidak nyaman, ia ingin segera menyelesaikan tugas ini dan kembali mencari makan.
Lalu matanya berbinar saat melihat seorang perempuan sedang menunggu di ujung jalan.
Ia berlari menuju wanita itu, "permisi, nama kakak Eliana?" Aru bertanya pada wanita itu.
"Iya, kenapa?" Eliana yang melihat ada seorang anak kecil yang menghampirinya, langsung tersenyum lembut sekaligus bingung.
Bagiamana anak kecil itu bisa mengetahui namanya.
"Ini," Aru menyerahkan syarat yang sejak tadi ia pegang dengan erat, takut jatuh dari tangannya.
Eliana menerima surat itu dan membacanya.
"Tadi ada seorang pria yang terluka di hutan, ia menyuruh ku memberikannya padamu," Eliana yang mendengar jika pria itu terluka seketika ekspresinya berubah.
"Hana," entah darimana tiba-tiba saja muncul seseorang dengan jubah hitam dari belakang Eliana.
"Jemput dia di hutan luar kota," Eliana berjongkok menyesuaikan tingginya dengan anak kecil didepannya itu.
"Manis, apa kau bisa menunjukkan lokasi pria itu pada kakak ini?"
Aru menganggukkan kepalanya, "ikut aku," ia berjalan lebih dulu lalu di susul oleh wanita yang bernama Hana itu.
"Wah!," Hana mengangkat Aru secara tiba-tiba membuatnya terkejut, "ini lebih cepat, tunjukkan jalan nya."
Mereka lalu segera pergi menuju ke hutan luar kota. Tidak butuh waktu yang lama sampai mereka tiba di tempat pemuda yang kini menahan sakit dari luka yang ia terima.
"Tuan muda," Hana menurunkan Aru lalu segera memberikan pertolongan pertama pada lukanya.
Tak lama seseorang dengan jubah hitam datang menghampiri mereka setelah Hana mengirimkan lokasi mereka entah dengan cara apa.
Hana dan rekan nya segera membantu Ed naik keatas kuda, setelah Hana menaikkan Aru di kuda yang lain lalu ia naik dan pergi menyusul rekannya yang lebih dulu pergi.
Mereka berdua tidak berbicara sepanjang jalan, lebih tepatnya Aru terlalu lelah untuk berbicara.
Sesampainya di kediaman Duke, Eliana datang dan memarahi adik nya yang baru saja turun dari kuda.
"Bukankah sudah kubilang untuk hari-hari?! Apa kau akan selalu pulang dengan keadaan terluka? Kalau begini lebih baik kau tidak kemana-mana Ed!"
Aru yang melihat perdebatan kedua saudara itu membuatnya teringat dengan keluarganya.
"Eh?" Tiba-tiba saja matanya melihat langit biru.
Bruk!
Kedua saudara itu berhenti berdebat saat suara itu menarik perhatian mereka berdua.
Ed segera menghampiri anak itu dan Hana segera memeriksa nya.
"Dia cuma kelelahan dan kelaparan," Ed dan Eliana menghela nafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinald
Fantasy[ Bukan BxB ] Meski batas antara kenyataan dan fantasi semakin buram bagiku, itu bukan rintangan. "Kan kujalani hariku tanpa penyesalan" Hanya satu tujuan ku, hidup dengan baik sampai akhirnya waktu menjemput.