Mereka tiba di ruangan tempat para pangeran berada.
Orion dan Arkana sedang menunggu didepan pintu sebuah ruangan.
"Rion, kana bagaimana kondisinya?"
"Rein baru bangun pa. Sekarang sedang diperiksa dokter"
Demian segera masuk ke ruangan itu dan berjalan mendekati tempat tidur yang ditempati oleh Rein.
Aru yang ada disamping Rein menatapnya dengan tatapan khawatir. Sejak semalam ia tidak ingin pergi dari sisi Rein, ia takut Rein membutuhkan sesuatu tapi tak ada seorang pun disampingnya.
Arka menyenggol lengan Rion dengan cukup kuat.
"Apa sih Kana?"
"Itu"
Arka memberitahu sang kakak tentang anak kecil berambut pirang yang kini menunggu didepan pintu.
Rion terkejut saat menyadari penampilan anak kecil yang ada didepannya ini.
"Loh?"
"Kak, adik kita yang mana sih? kok banyak?"
"Eh..."
Rion tidak menjawab pertanyaan Adiknya Arka, karena ia juga tidak tau jawaban dari pertanyaan itu.
"Aru..."
Rein membuka matanya dan berbicara dengan pelan.
Ia memejamkan matanya sebentar saat ingatan Rein yang asli bergabung dengan ingatannya.
Sedangkan itu, Aaron yang mendengar samar suara Rein tanpa sadar melangkah masuk ke ruangan itu.
Ia berjalan pelan mendekati Rein yang masih tertutupi oleh Demian dan Aru yang berada disisinya.
"Rein?"
Aaron melihat Rein dari balik punggung Demian dan Aru.
"Ini benar-benar Rein?"
Rein yang mendengar suara Aaron melihat kearahnya.
"Rein!"
Teriakan dari seorang anak kecil berambut pirang itu terdengar jelas di sunyi nya hutan.
"Aaron!"
Anak laki-laki yang dipanggil Rein itu berusaha menggapai tangan anak kecil bernama Aaron.
Tapi lengannya ditarik kuat oleh seorang pria dengan wajah yang tertutupi kain hitam.
Aaron berlari mengejar Rein yang dibawa paksa oleh pria itu. Meski tersandung akar pohon dan batu berkali-kali, ia tidak berhenti berlari.
Meski tangan dan kakinya terluka karena jatuh, ia tidak berhenti sedetikpun.
Semakin ia kejar, Rein semakin jauh dari pandangannya.
"Rein! Jangan pergi!"
Meski ia berterika sekuat tenaga, tangan kecilnya tak mampu meraih lengan saudara kembarnya itu. Kakinya tak lagi dapat ia gerakkan, tenaga nya habis dan ia hanya bisa melihat Rein ditarik paksa dengan air mata dan teriakan yang memanggil namanya.
"Aaron!!"
"Hiks... Rein, jangan pergi"
Aaron tak lagi melihat Rein, ia menangis dengan kuat. Ia bingung, takut dan khawatir. Tak ada seorang pun disisinya.
Aaron berjalan seorang diri di hutan yang gelap tanpa seorangpun disisinya.
Hewan buas berkali-kali mengejarnya, dan ia berhasil kabur. Tapi hal itu membuatnya semakin takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinald
خيال (فانتازيا)[ Bukan BxB ] Meski batas antara kenyataan dan fantasi semakin buram bagiku, itu bukan rintangan. "Kan kujalani hariku tanpa penyesalan" Hanya satu tujuan ku, hidup dengan baik sampai akhirnya waktu menjemput.