03

1.9K 246 3
                                    

Målåm hårïñɏå Ðï kêÐïåmåñ Hoshino

Seperti yang di katakan Ai di Chapter 02 lalu, pesta pindah rumah sederhana pun di gelar. Kanae datang dengan membawa kukis buatannya. Untung Kanae asli jago masak, yakali datang gak bawa apa-apa.

"Woah, ada kukis coklat. Padahal kau tidak perlu repot-repot seperti ini."

Tatapan Ai bersinar melihat sekotak kukis berbagai rasa.

"Ucapanmu berbeda dengan tatapan mu tahu." Kanae tersenyum geli.

"Ehe~"

Interaksi dua sejoli itu tidak lepas dari pengamatan Saito Ichigo. Hm.. Mungkin lebih tepatnya tertuju pada Kanae. Bak tatapan detektif.

"Ohh, Arashiba! Kau sudah datang rupanya!"

Ichigo tiba-tiba dengan sok akrabnya merangkul leher Kanae. Apanya yang rupanya?! Kau saja ngawasin dari tadi!

Kanae tersenyum pro. "Senang bertemu dengan anda Saito Ichigo-san. Anda masih sehat bugar seperti biasanya ya."

"Ho? Boleh juga kau bocah. Kita lihat sampai kapan kau masih tersenyum."

Heh, Kita lihat saja.

Kilat imajiner menyambar di antara dua orang pria itu. Sedangkan Ai, ia malah menonton interaksi keduanya seolah menonton film saja. Dengan sesekali berkomentar,

"Waduh-waduh"

----------------------------------

Pesta itu hanya di hadiri oleh pasangan Saito, Kanae dan tentunya Ai sebagai tuan rumah dan si kembar.

Ada wine disini. Tapi apa daya Kanae yang belum usia legal untuk meminumnya. Padahal aku pengen coba...

Seolah menyadari kelemahan lawan, Ichigo langsung saja menenggak wine langsung dari botolnya. Ah, jangan lupakan tatapan merendahkan nya itu.

"Kau lihat bocah?! Aku bahkan bisa menghabiskan satu botol dalam sekali tegukan!! "

Ujung bibir Kanae berkedut. Ia sedang sekuat tenaga menahan tangannya yang gatal untuk mengambil botol wine dan menyiramkannya pada Ichigo.

Apa-apaan tatapan merendahkan itu?! Kalau sudah 20 tahun aku pasti bisa mengalahkanmu, pak tua!!

Lupakan tentang pak tua Ichigo itu, kali ini ada yang lebih menarik perhatian Kanae,

Salah satu kembar-entah kesambet apa lebih dulu mendekati Kanae, masalahnya ini bukan Aqua, tapi si bungsu Ruby yang anti Kanae banget loh. Ho? Tumben sekali?

Ruby mencoba naik ke sofa, tapi karena badannya yang masih pendek, ia kesulitan untuk naik.

Oh, lihatlah wajah merahnya yang sedang berusaha itu. Cukup lucu untuk di lihat.

"Jangan cuma lihat, bantuin dong!" Omel Ruby.

Pufft-

"Hai' hai', aku minta maaf." Kanae mengangkat Ruby dan menempatkannya di sebelahnya.

"Dasar pria tidak peka." roasting Ruby.

Jleb

Ukh! Anak satu ini memang ya...

"Pufft-"

Ah, Ai yang berjarak paling dekat dengannya bahkan tertawa karena roastingan putri bungsunya pada sang ayah. Untung bukan pak tua Ichigo yang mendengarnya.

Ichigo teler karena terlalu banyak minum. Sedangkan Miyako yang tertekan karena tidak bisa banyak minum-kalau teler semua, siapa yang bakal nyetir mobil? Emangnya bisa mode auto drive?

Dan melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan makanan yang ada.

"Hai' hai' terserahmu deh." Kanae menyerah.

Oh, lihatlah. Ruby memasang wajah sombongnya. Aqua hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sang adik.

Kanae lanjut menghabiskan minumannya (re: soda apel).

Ruby terus menatap Kanae, dengan tatapan bak laser. Merasa risih Kanae pun bertanya pada Ruby,

"Ruby, apa ada yang ingin kau katakan?"

"I-itu.. "

Oh, dia malu-malu meong

Kanae menunggu dengan sabar.

"Bi-bisakah kau... " Ruby gugup mode:on

"Hemm?"

Aqua hanya bisa sweat drop melihat tingkah adiknya itu, padahal tinggal bilang, apa susahnya, kan?

"Bisakah kau memberi tahu di mana kau membeli kukis-kukis itu?!"

Akhirnya. Dia mengatakannya. Walaupun suaranya cukup mengejutkan para manusia lain yang ada di ruangan itu (-Ichigo).

Kanae sendiri tertegun sebelum tertawa karena tingkah putri bungsunya itu.

Ai sendiri tertawa kecil. Aqua menyembunyikan wajahnya dengan bantal sofa. Miyako mengambil air minum untuk menghilangkan cegukan-dia terkejut sampai cegukan.

"A-apa?! Memangnya pertanyaanku salah?!"

Oh, Ruby terlihat akan merajuk.

Kanae mengusap sudut matanya yang berair. "Tidak ada yang salah, hanya saja kupikir kau akan menanyakan hal yang lebih rahasia gitu.."

Kanae mengusap pelan rambut Ruby.

Ruby mendongak menatap Kanae. Aqua menyingkirkan bantal dari depan mukanya. Oh, Ai sepertinya cukup tertarik dengan topik ini

"Emangnya boleh?" tanya Ruby polos.

Kanae dengan mudah menjawab. "Tentu saja tidak boleh."

"...."

Ruby ngambek.

Karena Kanae yang sepertinya tidak berniat menjawab pertanyaan Ruby, Ai pun turun tangan untuk membujuk putri bungsunya yang ngambek itu.

"Ruby, kukis itu buatan Kanae-kun sendiri loh,"

"Eh?"

"Eh?"

Ruby, bahkan Aqua menatap Kanae, mereka cukup terkejut mengetahui kukis enak itu ternyata buatan tangan ayah mereka.

Sedangkan Kanae sendiri hanya tersenyum tipis. "Jika kalian ingin kukis lagi bilang saja, akan ku buatkan kapanpun itu."

Kanae mengusap pelan rambut Ruby.

Netra rubi bertatapan dengan netra Biru. "Serius?"

"Duarius."

"Kalau gitu, aku mau satu toples besar!!" Ruby bersemangat.

Aqua tidak mau kalah. "Kanae-san, Aku juga mau."

"Hai' hai'." Kanae terkekeh.

Rasanya tidak buruk juga.

Ai tersenyum melihat interaksi ketiga manusia itu.

Semoga hari-hari damai ini akan bertahan lama kedepannya




Bersambung.

Papa? Aku?? (Berhenti) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang