06

1.6K 236 4
                                    

Kedua pria itu memutuskan untuk berbincang di kursi di taman yang ada di halaman samping apartemen ini.

Suasana taman yang sepi dengan satu dua orang saja yang bersliweran. Ya tentu saja karena saat ini jarum jam telah menunjuk angka 11 malam.

Hanya ada suara tegukan. Kanae tidak berbohong soal ia meminum minuman dingin di malam yang dingin ini.

Ichigo menyatukan tangannya, berpose berpikir.

"Arashiba. Aku telah memikirkan ini sejak lama."

"Hm?"

"... Ayah dari Aqua dan Ruby, apa itu kau."

Walau Kanae tidak bertatapan dengan Ichigo, dia dapat merasakan samar-samar perasaan marah dari pertanyaan yang lebih ke pernyataan itu.

Ya, lagi pula tidak masalah memberitahunya. Semoga saja dia tidak memukul wajahku, bisa ribet urusannya nanti.

"Ya. Anda tepat sekali."

"...... Bajingan kau, Arashiba."

"Saya tahu kok."

Ichigo memegang kepalanya, sedikit kesal dengan tanggapan biasa-biasa saja pria muda di depannya itu.

"Hahh, Lalu, apa kau masih memiliki hubungan spesial dengan Ai sekarang?"

"Kami sudah putus empat tahun lalu, sekarang hubungan kami hanya teman biasa."

"Cih, teman tapi punya anak bersama."

"...."

"Kau tidak berencana mengekpos anak-anak mu, kan?"

Kanae mendongak menatap langit.

"... Saito-san, kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan mengeksposnya. Lagi pula, walau tidak sebanyak Ai, aku pasti tetap akan mendapat masalah jika identitas asli mereka terekspos."

Ichigo menghela napas lega. "Syukurlah kau masih waras."

Ujung mata Kanae berkedut mendengarnya.

Kanae lalu menghabiskan tiga tegukan terakhir minumannya. Kanae lalu berdiri.

"Jika sudah selesai, sebaiknya anda cepat pulang jika tidak ingin ke terkena hujan badai di jalan."

"Memangnya kau peramal cuaca?!"

Kanae tersenyum pro. "Begini-begini saya jago meramal loh."

"Heh," Oh, Ichigo sepertinya tidak percaya. Pasalnya langit sekarang cerah dan bulan masih dapat terlihat.

"Terserah Anda mau percaya atau tidak. Saya kembali dulu, kompor di rumah masih belum di matikan."

Tentu saja itu hanya candaan. Dan Ichigo juga tahu itu.

"Arashiba, tangkap ini!"

"Jus buah? Eh? Ini-"

"Kau bisa bergabung dengan Strawberry Prodactions jika kau mau,"

Rupanya Ichigo memberikan kartu namanya sebagai direktur utama Strawberry Prodactions.

Kanae terkejut. Ia tak percaya ia mendapat tawaran dari seseorang yang terlihat tidak menyukai dirinya.

"Jangan salah paham! Itu supaya aku bisa mengawasimu langsung. Aku tak akan memaafkanmu jika kau membuat masalah pada karir Ai!"

Oh, pak direktur itu tsundere ternyata.

"Hai' hai', saya percaya." Kanae tersenyum.

"Wajahmu tidak terlihat percaya tahu!"

Jdarr

Suara petir menyambar. Awan hitam mulai menyelimuti langit. Hujan Badai akan tiba.

"Badai?! Padahal tadi masih cerah!"

Ichigo menatap tak percaya pada Kanae. "Memangnya dia cenayang?!"

Kanae sendiri hanya tersenyum. Sudah di bilangin gak percaya sih,

Tak menunggu waktu lama, Ichigo lalu langsung mengemudikan mobilnya pulang. Berdo'a saja dia bisa tiba di rumah sebelum badai tiba.

Di sisi lain, Kanae yang sudah di dalam apartemennya akhirnya bisa tidur tenang setelah sekian malam, karena masalahnya telah hilang. Kali ini ia sangat berterima kasih pada pak tua Ichigo.

Oh, Benar juga. aku harus membuat kukis untuk si kembar

---------

Di sisi lain beberapa jam lalu di kediaman Hoshino.

Ruby merenung menatap toples kukisnya yang telah kosong. Kukis terakhirnya sudah ia makan tadi siang, dan sekarang dia kehabisan kukis untuk camilan malam.

"Arrgh! Aku ingin kukis!! Kenapa dari kemarin rumahnya tutupan terus sihh?!!"

Ruby akhirnya meledak.

"Mau bagaimana lagi kan, akhir-akhir ini Kanae-san sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya."

Aqua membalas. Dia juga kehabisan kukis setelah kukis terakhirnya di makan Ruby beberapa siang tadi.

"Itu memang benar, tapi lupa membuat kukis untuk anak-anak nya yang imut ini bukannya itu keterlaluan?! Ayah macam apa dia?!"

Aqua sweat drop. Hati anak-anaknya ingin membenarkan ucapan Ruby. Tapi pikirannya sebagai seorang laki-laki dewasa menolaknya dengan keras.

"... Aku harap Kanae-san segera mengirimi kami kukis, jika tidak telingaku lama-lama akan sakit mendengar teriakan dan rengekan Ruby."

Mereka berdua pernah mencoba kukis pemberian dari sutradara Gotanda, tapi tetap saja rasanya tidak bisa menyaingi rasa khas dari kukis buatan Kanae. Entah resep apa yang Kanae gunakan.

Hanya saja. Mereka berdua tidak sadar jika direktur utama agensi Strawberry Productions mendengar pembicaraan mereka dari awal sampai akhir.

Ternyata tanpa sadar, mereka lah yang menjadi pemicu dari terkabulnya keinginan mereka sendiri.

-----------------------------------------------------------

Pukul 4 pagi Kanae mengantarkan dua kotak kukis berbagai rasa untuk kedua anaknya. Ia harus cepat mengantarnya sebelum manajer barunya tiba.

Jika tidak, Kanae tidak yakin di bisa menahan diri untuk diam saja menanggapi segala macam omelan dan makian yang akan datang padanya.

Saat bangun tidur, Aqua dan Ruby mendapati kedua toples kukis mereka yang penuh dengan kukis yang terlihat sangat lezat.

"Yey! Kukis sudah datang!"

Ruby langsung memeluk toples kukisnya dengan erat.

Aqua menatap Ai.

"Ai, Memangnya kapan Kanae-san mengantarnya?"

Ai sekarang sedang memasak omelet untuk sarapan.

"Tadi pagi-pagi sekali, Kanae-kun meminta maaf karena lama mengirimkannya untuk Aqua dan Ruby."

Aqua mengerjapkan mata. Sebelum akhirnya tersenyum kecil.

"Ya, yang penting dia tidak lupa." Aqua berkata pelan.

"Hm? Apa kamu bilang sesuatu Aqua?"

"Tidak, bukan apa-apa."

"Gawat! Kukis ini bahkan terasa lebih lezat dari yang kemarin!!"

Ruby semakin menyukainya. Ia hampir saja menghabiskan setengah dari isi toples jika saja tidak di hentikan Aqua.

Ai tertawa geli melihat tingkah kedua anaknya yang heboh karena Kukis buatan ayah mereka.





Bersambung.

Papa? Aku?? (Berhenti) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang