30. Harapan

92.8K 8.5K 6.8K
                                    

Sesuai janji, aku update lagi✌✌

Terimakasih guys sama komen kemarin. Tembus lebih dari target lagi😍😍

Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun mereka dulu

Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun mereka dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


******

"Gak semua orang bisa mendapatkan perhatian. Hanya orang yang beruntung, yang bisa mendapatkan itu."

-Mahen Algrafa

"Titik puncak rasa sakit, adalah kehilangan orang yang benar-benar udah jadi penyemangat hidup."

-Mahen Algrafa

*****

Seharian ini, Mahen tidak bisa tenang, karena terus kepikiran dengan kejadian semalam. Dia benar-benar tidak tau harus menjelaskan bagaimana, agar Abangnya itu mengerti bahwa Ibunya juga menyayangi dia.

"Kenapa lo gak pernah cerita ini sama gue, Bang?" gumam Mahen seraya menghembuskan napas berat.

"Kalo gue tau, lo kehilangan peran Mama. Mungkin, gue gak bakal diam aja. Gue juga pasti bakal bilang sama Mama, supaya bagi waktunya buat lo. Jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan gue," ucap Mahen terus merasa bersalah. Dia benar-benar sudah menyakiti perasaan Abangnya.

"Mama cuma berusaha buat ngelindungi gue. Tapi gara-gara itu, gue udah buat lo jadi ngerasa kehilangan kasih sayang Mama. Maafin gue, Bang..." Mahen pun menundukkan kepalanya dalam-dalam, seraya meremas rambutnya dengan sangat kuat. Dia tau, bagaimana sakitnya jika kehilangan kasih sayang dari orangtua. Tanpa sadar, selama ini, Mahen sudah membuat Ibunya jadi tidak perhatian dengan Resal.

Hingga beberapa menit kemudian, Mahen kembali mengangkat kepalanya. Bola mata cowok itu, lalu teralihkan pada gambaran polisinya yang sudah di robek-robek oleh Ayahnya kemarin.

Perlahan, tangan Mahen pun mengambil serpihan kertas tersebut. Dia menatapnya dengan perasaan hancur.

"Gue tau akhirnya bakal kayak gini," ucap Mahen tersenyum getir. Dia sudah memikirkan resiko buruk ini dari jauh-jauh hari.

"Tapi gue gak bakal nyerah. Gue tetap bakal raih cita-cita gue. Gue cuma pengen Papa berubah. Gue gak mau, Papa terus jadi orang jahat seumur hidupnya," lanjut Mahen. Dia akan berusaha menggapai cita-citanya. Walaupun harus bertaruh nyawa sekalipun, Mahen akan siap melakukan hal itu.

Kemudian, Mahen pun memasukkan semua robekan gambarannya ke dalam tong sampah. Setelah itu, dia bangkit berdiri dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.

Saat menyalakan ponsel, Mahen melihat banyak panggilan tak terjawab dari Safira. Kemarin, Mahen benar-benar sedang banyak pikiran dan tidak ingin diganggu oleh siapapun.

MAHEN ALGRAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang