2. Alezra

211K 14.1K 2.7K
                                    

Anyeong

Kamu baca pagi, siang, atau sore?

Coba isi💗

*****

Mahen mendudukan tubuhnya di sofa, dengan bola mata yang terlihat memanas. Cowok itu tengah berusaha menahan air matanya yang akan mengalir.

Hatinya terasa sangat sakit, seperti ada belati tajam yang menusuknya dengan kuat. Memang benar, jika Ibunya tidak bertanggung jawab. Namun, kepergian Ibunya bukan tanpa alasan. Dia pergi, cuma karena tidak tega membuat anak-anaknya hidup menderita.

Semasa ada kehadiran Ibunya, Mahen bahagia. Walaupun dia tidak bisa merasakan bagaimana rasanya di sayang oleh Ayah, namun Mahen masih beryukur, karena Tuhan memberikan Ibu yang sudah seperti malaikat penolong.

"Mahen mau ketemu Mama. Mahen kangen, Mahen butuh Mama buat nampung semua rasa sakit Mahen Ma..." ucap Mahen dengan kedua bahu yang gemetar hebat. "Cuma Mama yang sayang Mahen. Cuma Mama yang bisa buat Mahen bahagia. Cuma Mama yang Mahen punya di dunia ini..." Air mata pun berhasil lolos membasahi kedua pipinya.

"Mahen capek. Mahen capek, harus jadi robot Papa. Mahen pengen hidup bebas kayak Bang Resal. Kenapa Mama malah ninggalin Mahen sendirian?" Mahen semakin menenggelamkan kepalanya, dengan kedua bahu yang bergetar karena menangis.

Dunia begitu kejam, bagi kehidupan Mahen yang tidak pernah mendapatkan bahagia.

*****

"MAHEN!!"

Teriakan keras, serta suara gedoran pintu terdengar dari balik kamar Mahen.

"MAHEN BANGUN GAK LO! GUE DOBRAK PINTU LO SEKARANG!"

Perlahan kedua mata Mahen pun mengerjap. Cowok itu jadi terbangun dari tidurnya. Mahen mengucak matanya yang terasa perih, lalu dia bergegas turun dari atas kasur untuk membukakan pintu.

Mahen langsung disuguhi dengan wajah Resal yang terlihat sangat marah.

"Motor gue belum lo cuci juga?!" ujar Resal dengan kedua mata yang memelotot.

Mahen menghembuskan napas berat. Kemarin, dia memang tidak melakukan apa yang Resal suruh.

Setelah terdiam sejenak, Mahen lalu berkata, "Ke steam bisa kan, Bang? Kenapa harus gue?"

"Gue nyuruh lo, karena lo gak ada kerjaan! Berguna dikit kek, jadi adik."

"Terus gunanya lo buat gue, apa?" Dengan beraninya, Mahen melontarkan kalimat itu.

Kedua tangan Resal seketika mengepal emosi. Dia benar-benar tak percaya, melihat Mahen yang semakin hari, semakin berani melawannya.

"Kalo uang lo habis buat judi, biar gue transfer," ucap Mahen, dan ingin membalikkan badan untuk mengambil ponsel. Namun, tangan Resal langsung menarik kerah bajunya.

Tubuh Mahen jadi terdorong ke depan, menghadap Resal. Dia menatap sorot mata Resal yang benar-benar memancarkan kemarahan.

"Lo mulai berani sama gue?!" Resal mencengkram erat kerah baju Mahen.

MAHEN ALGRAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang