41. Tawaran Arga

83.8K 6.5K 3.7K
                                    

Hallo guys👋👋

Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun mereka dulu😁😁


******

Mahen tidak bisa tenang sejak tadi. Pikirannya terus dihantui dengan rasa bersalah. "Maafin gue... Maafin gue, Za... " ucapnya terus-menerus mengatakan maaf. Entah harus dengan cara apa, agar dia bisa menebus semua kesalahannya.

"Gue harusnya gak nurutin perintah Papa. Kenapa gue bodoh? Gue hampir ngebunuh teman gue sendiri..." Mahen semakin menangis saat itu juga. Air matanya sudah turun dengan deras.

Bahkan cowok itu kini masih memakai seragam sekolah, lengkap dengan sepatu yang masih terpasang di kedua kakinya.

"Ngapain lo mau jadi polisi, kalo lo aja jahat Mahen?! Lo gak pantas jadi polisi! Lo orang jahat! Lo gagal!" Mahen kemudian memukul-mukul kepalanya dengan frustasi. Seluruh tubuhnya terlihat bergetar hebat.

Mahen benar-benar begitu terpukul dan menyesal karena sudah melakukan ini. Seandainya waktu bisa diputar, mungkin Mahen tidak akan pernah menuruti perintah Ayahnya. Mahen lebih memilih dipukuli habis-habisan, daripada dia harus meracuni temannya sendiri.

Setelah menangis cukup lama, Mahen pun perlahan mengangkat kepalanya. Wajah cowok itu sudah sembab dengan air mata. "Gue butuh lo, Ra..." ucapnya, tiba-tiba teringat dengan Safira. Sepertinya, gadis itu bisa membuat pikirannya sedikit tenang.

Mahen kemudian beranjak berdiri, dan mendudukkan tubuhnya di sofa. Dia lalu mengeluarkan ponselnya, dari dalam saku, dan segera menghubungi Safira

Tidak butuh waktu lama, panggilannya pun terhubung dengan Safira.

"Hallo? Ada apa Mahen?" tanya Safira di seberang sana.

Mahen terdiam sejenak, sambil mengusap air matanya. "Sibuk gak?"

"Enggak. Kenapa?"

"Bisa ketemu?"

"Mau di mana?"

"Ke belakang rumah gue ya Ra. Izin dulu sama orangtua lo."

"Oke," ucap Safira tanpa banyak berfikir. "Suara kamu kayak serak gitu? Kamu gak papa?" tanya Safira khawatir.

"Nanti aja gue cerita."

"Ya udah deh. Kalo gitu, aku mau bilang Papa sama Mama dulu ya?"

"Iya."

Setelah itu, Mahen kemudian memutus panggilannya. Dia menghembuskan napas panjang, seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Cowok itu lalu beranjak dari duduknya, dan bergegas menuju halaman belakang rumah, untuk menemui Safira.

*****

Safira sejak tadi terdiam dengan Mahen yang duduk di sampingnya. Sudah cukup lama, cowok itu belum mengeluarkan suara. Mahen hanya melamun sambil menatap kosong ke depan.

MAHEN ALGRAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang