25. Kebohongan

96.1K 8.4K 2.5K
                                    

Hallo

Aku update lagi

Terimakasih, yang selalu sabar menunggu. I miss you💗

Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun mereka🙆‍♀🙆‍♀

Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun mereka🙆‍♀🙆‍♀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

Safira berlari cepat menyusuri koridor rumah sakit. Raut wajahnya terlihat begitu panik dan ketakutan. Gadis itu bahkan menabrak beberapa orang yang menghalangi jalannya.

Sementara Wina dan Hafid, mereka berdua mengejar Safira dari belakang. Padahal sekarang sudah larut malam, tepatnya pukul 22.00.  Namun Safira tadi tetap memaksa agar mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka tidak tau, kabar apa yang sebenarnya disampaikan oleh Dokter Rizal.

Setelah sampai di ruang ICU, Safira membuka pintu ruangan tersebut dengan kencang. Langkahnya langsung terhenti saat itu juga, ketika dia melihat beberapa perawat yang tengah membereskan brankar milik Mahen.

Rasa ketakutan Safira semakin besar. Kedua kakinya mulai terasa lemas dan berat. Bola mata gadis itu  juga memanas den sudah membendung air mata.

Wina dan Hafid yang baru saja sampai di belakang Safira, lantas menoleh ke arah dalam ruangan. Mereka terlihat kaget, saat melihat tempat brankar Mahen yang sedang dibereskan.

Air mata Safira langsung meluruh membasahi kedua pipinya. Seketika hal buruk terlintas di dalam pikiran Safira. Gadis itu pun lalu menggeleng tidak mungkin. "Enggak..., Mahen gak mungkin, Mahen gak mungkin ninggalin aku..."

Safira lalu membalikkan badan, menatap kedua orangtuanya. "M--Ma?P--Pa?" panggilnya terbata-bata.

Hafid hanya diam, dan memandangi wajah Safira. Sementara Wina, dia berusaha menguatkan Safira dengan mengelus kepala gadis itu.

"Mahen..., Ma--Mahen mana?" tanya Safira.

Wina tak mampu berkata-kata. Mulutnya terasa kaku untuk mengeluarkan suara. Wanita itu pun mempunyai pikiran yang sama dengan Safira.

"Ma--Mahen ke mana Ma? Kenapa ruangannya udah diberesin?!" Nada suara Safira terdengar meninggi dan bergetar.

Melihat kedua orangtuanya yang hanya diam, membuat Safira jadi kembali membalikkan badannya. Dengan kaki yang sudah sangat lemas, Safira lantas berjalan menghampiri beberapa perawat itu.

"Kenapa kalian beresin ruangan Mahen? Mahen mana? Mahen masih ada di sini kan? Suster, tolong jawab aku!!" teriak Safira dengan suara yang sedikit serak. Dadanya tiba-tiba terasa sakit, seperti ada benda tajam yang menikamnya.

"Mahen gak mungkin kan pergi? Dia tadi masih sama aku. Mahen kuat, Mahen bukan cowok yang lemah. Aku yakin, Mahen bisa ngelewatin ini semua..." Safira semakin menangis histeris.

MAHEN ALGRAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang