"Ck. Sial banget hidup gue," Batu kerikil kecil dijalan menjadi sasaran tendangan Vero.
Seragam yang sudah tidak karuan bentuknya itu terpasang apik ditubuh kurusnya.
Vero merutuk dalam hati karena harus berjalan kaki untuk kesekolah yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat. Sialnya lagi ia kesiangan.
Vero sih sebenarnya santai santai saja kalo telat masuk kelas, biar bisa bolos. Tapi ini beda, dia gak bawa motor. Pegel.
Tiin
Pergerakannya berhenti seketika saat mendengar bunyi klakson.
Ia menghadapkan badannya kebelakang. Mata nya tidak sengaja bertatapan dengan mata tajam dibalik helm, walau tidak terlalu jelas.
"Siapa lo?," Tanya Vero ketus, ia menatap seseorang yang ada di atas motor itu dengan tatapan datar.
...
Tidak ada balasan dari si pemilik motor besar itu, Vero menggeram. Kesal juga.
"Nggak jelas banget bangsat!" Umpatnya, ia berbalik kembali untuk pergi meninggalkan si sosok yang tidak ia kenali.
Tanpa ia ketahui seseorang itu mengikuti nya dari belakang, tidak, dia tidak menggas motor nya dengan kecepatan. Melainkan di jalankan menggunakan kaki secara perlahan.
"Naik." Baru seperempat berjalan, lagi, langkah Vero harus terhenti. Tepat disamping trotoar jalan si pengemudi motor itu berhenti.
Vero menaikan kedua alisnya. "Haa? Naik? Lo mau ngulik gue?!" Pekik nya dramatis.
Memutar bola mata nya malas dari balik helm, seseorang itu langsung membalas. "Cepetan naik. Atau gue pacarin lo sekarang."
Suara penuh penekanan mengingatkan Vero dengan suara seseorang. Kayak kenal... Tapi Vero lupa, siapa?
"Dih maksa, tapi yaudah lah mumpung ada tumpangan uhuyy!" Enteng ia menumpangi bokongnya dibelakang seseorang itu, menempati dirinya dengan nyaman.
"Udah?" Bertanya lebih dulu sebelum menggerakan pedal gas.
"Dah! Eh betewe, lo emang tau gue mau kemana?"
"Sekolah."
"Lo cenayang ya? Kok tempe?"
"Banyak tanya. Diem." Ujar si pengemudi itu, Vero mencebik.
Si fakboy itu akhirnya diem tak berkutik sampai motor yang dikendarai orang tak dikenal itu mulai berjalan.
💨
Saat sudah sampai depan gerbang sekolah, Vero turun lebih dulu.
Ia bergerak ribut, gerbang nya hampir di tutup!
"Pak jangan di tutup!" Cegahnya kepada pak satpam yang ingin menutup gerbang. Tanpa mengucap kata "terima kasih" atau apa, Vero malah berlari meninggalkan seseorang yang sudah mau memboncengi nya.
"Cepet atuh nak Vero, nanti kalo ketauan pak kepsek saya bisa di tendang," Sergah pak satpam bernama, pak Didit.
"Ck, iya pak iya! Tenang aja pak, nanti saya beliin rokok abis pulang sekolah, ngoghey?" Pak Didit hanya pasrah dengan murid sekolahan Bhina Bakti yang sangat suka menyogok para pekerja disini. Tapi, lumayan juga sih...
Vero masuk dengan langkah riang tanpa beban ke dalam pekarangan sekolah.
Sampai dia mendengar teriakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine!
Random"Gue benci lo sampe kapan pun itu!" "Yakin? dikit lagi lo bakal takluk sama gue." "Maksud lo?! gausah mimpi! gue ga akan pernah mau sama cewe aneh kayak lo!!" "Terserah. Liat di akhir, siapa yang bakal menang." °Sinopis~ Savero Sanjana seorang lelak...