Matahari sudah mulai menampakan sinar nya dengan malu-malu.
Dibawah langit Bandung, semua masyarakat mulai berbondong-bondong untuk bangun pagi-pagi sekali untuk melakukan berbagai aktifitas. Entah itu untuk mencari nafkah, sekolah, bekerja, atau mungkin pergi berjalan-jalan.
Sama seperti yang dilakukan oleh laki-laki berperawakan tinggi 178, berwajah tampan jika bagi dirinya sendiri. Nama nya, Savero Sanjana, siswa yang masih menduduki bangku sekolah menengah atas. Dia sudah bangun pagi-pagi buta untuk bersiap ke sekolah.
Bragh
BrughSuara bising itu terdengar di kamarnya, Savero sedang frustasi memakai dasi nya. Sampai-sampai semua benda yang ada didekatnya turut kena imbasnya.
"Ck. Susah amat!" Gerutu nya kesal karena dasi nya malah tidak berbentuk sama sekali.
Bibirnya sudah memble memble. "MAMII, VERO GABISA PAKE DASI NYAA HUAAAAAAAAA!" Teriaknya begitu saja. Percobaan kedua masih tetap gagal, karena apa? dasi nya malah kependekan.
Kenapa sesusah ini untuk memasang dasi.
"Astaga Vero, ini kenapa kamarnya kayak kapal pecah sih?!" Mami Vero masuk kedalam kamar anak tunggalnya itu sembari berkacak pinggang, betapa kalutnya saat melihat kamar anak pera– bujangnya, berantakan.
Vero mencebikan bibirnya kesal. "Jangan ngomel-ngomel dulu! Ini loh Miii~ dasi nya gabisa di pasang!"
Mami Vero yang mendengar ucapan anaknya itu hanya bisa mendengus. "Hadeuh kamu ini udah kelas 11 loh, masa pasang dasi aja gabisa sih?! Sini deketan!" Perintah Mami menyuruh Vero untuk mendekat.
Vero tersenyum senang kemudian, Mami memang paling debesss:) walaupun sambil marah-marah, tapi bakal tetep dikerjain.
Airin selaku Mami Vero pun dengan gampangnya mulai memasangkan dasi milik anak manja nya itu, dan,
"Selesai, nah udah. Lain kali kalo Mami lagi pasangin dasi, kamu liatin biar bisa!" Ucap Airin lalu menyentil dahi anaknya gemas.
Sang empu yang menjadi objek hanya mampu meringis pelan.
"Shh males ah, nanti lupa lagi," Sergah Vero, memang benar ada nya kok, dia ini udah berapa kali nyoba buat ngeliatin dengan seksama kalo Mami nya masangin dasi, tapi tetep aja hasilnya nihil. Bukannya paham malah puyeng, keliatan belibet banget.
"Baru dicoba sekali aja udah nyerah, Vero Vero," Airin menggelengkan kepalanya.
"Sayang, Papi berangkat kerja dulu ya," Jordan, suami Mami Airin.
Mami mengangguk dan tersenyum, beliau mulai menyalimi punggung tangan sang suami. Jordan lalu mencium kening istri nya itu lembut.
Vero yang melihat kebucinan didepannya hanya bisa memutar bola matanya, lihat saja, nanti dia juga bakal kayak gitu!
"Kenapa mata kamu kayak gitu? Iri yaa? Kasian!" Ledek Jordan yang melihat air muka Vero yang ketara kesalnya.
"Dih mana ada, Vero juga bisa kali! Udah ah mending Vero berangkat, dah Mami ku sayang~" Pamit Vero pada Airin, anak laki-laki itu juga menyempatkan diri untuk mencium kedua pipi sang Mami.
Vero tersenyum sinis kepada Jordan.
"Oalah anak edan! Belom pamit kamu Vero sama Papi!!" Gelegar Jordan saat anaknya itu langsung melenggang pergi dengan motor besar kesayangan anak tunggalnya itu.
"Wleee rasain!" Vero menjulurkan lidahnya dengan wajah bener-bener minta dipukul, baru saja Jordan ingin melemparkan sendal jepit yang ada didepan rumah. Tetapi tidak jadi saat istri tercinta berucap.
"Heh heh itu sendal jepit kalo sampe melayang, nyawa Papi juga bakal ikut melayang!" Ucap Mami.
"Ampun sayang hehehe..."
💡 BM 💡
Savero memarkirkan motornya di bawah pohon yang lumayan tinggi.
"Nah Sero, lo disini aje ye. Biar gak kepanasan," Ucapnya pada Sero, Sero itu nama yang dia berikan untuk motor nya sendiri.
Selesai memarkirkan, ia pun turun dari motor. Tidak lupa melepas Helm yang melekat di kepala nya. Dan juga, harus ngaca terlebih dahulu, untuk memastikan kalau sudah ganteng maksimal. Asekk
Rambutnya ia sisir dengan jari-jari tangan kebelakang. Niat nya ingin tebar pesona.
"Kiw cantik," Vero mengedepikan satu mata nya genit pada satu adik kelas yang melewatinya.
"Dih apaan sih." Adik kelas perempuannya itu menatap Vero sinis.
Sudah bukan rahasia umum kalau Vero ini adalah Playboy kelas Nila.
"Adik cantik jangan galak-galak dong," Vero tersenyum kesemsem, dimana itu membuat adik kelasnya malah memasang wajah jyjyk.
"Gajelas!" Perempuan itu langsung pergi begitu saja.
"Dih galak amat," Cibir Vero.
Memilih abai dulu, Vero juga ikut pergi dari sekitaran parkiran. Dengan tangan yang ia masukan kedalam saku celana nya.
"Ver, lo tau ga?"
"Gatau,"
"Ck. Dengerin dulu goblok!"
"Iya iya, apaan?" Tanya Vero.
"Itu loh, lo udah tau kalo bakal ada murid baru?" Jawabnya melontarkan pertanyaan balik.
Vero menggeleng sebagai jawaban. "Enggak, gue gatau. Emang kenapa?"
"Sumpah anaknya Jojo emang tolol banget! Tuh anak baru kan gender nya cewe, kata nya cantik ples bening banget! Lo gamau ngembat?" Ujarnya dengan wajah sumringah.
Vero yang tadi nya terlihat malas sekali sontak menegakan badannya saat mendengar kata 'Cantik ples Bening'. Emang dasar cowo edan.
"Lo tau dari mana?!"
"Emangnya lo gak liat Base sekolah? Lagi rame ngomongin anak baru."
"Oh iyakah? Hp gue disita lagi sama bokap, anjir lah!" Vero kembali berkesal hati mengingatnya. "Terus, murid baru itu bakal masuk kapan?" Lanjutnya.
"Kata nya sih besok udah masuk, pokoknya besok kita gak boleh bolos! Lo mau liat juga kan?"
"Pake nanya! Ya mau lah," Ia juga sedikit kepo dengan anak baru itu, ia akan segera menyiapkan gombalan buaya nya. Emang dasar anak laknat.
- Batas pembaca -
🕯️
🕯️
🕯️
Gatau...
Kalo suka jangan lupa Votement yaa!
Terima kasih...
Draft: 140623
Pub: 150623
18.59 (Wib.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine!
Losowe"Gue benci lo sampe kapan pun itu!" "Yakin? dikit lagi lo bakal takluk sama gue." "Maksud lo?! gausah mimpi! gue ga akan pernah mau sama cewe aneh kayak lo!!" "Terserah. Liat di akhir, siapa yang bakal menang." °Sinopis~ Savero Sanjana seorang lelak...