Di suatu tempat.
Plak!
Wajah itu tertoleh kesamping saat mendapatkan tamparan dari seseorang, tercetak dengan jelas bekas tangan disana saking kerasnya.
"Memang anak tidak tahu diuntung!" Pria itu memandang marah perempuan dihadapannya, mata nya terlihat menyiratkan kemarahan.
"M-maaf kan aku ..." Bibir perempuan itu bergetar, takut.
Dasar pak tua sialan!
"Saya tidak membutuhkan perkataan maaf darimu! Jawab, kemana saja kau anak jalang?!"
"Aku ... Aku pergi membeli ...."
"Halah Bullshit!, Sudah baik saya mau menampung anak jalang seperti kamu, memang anak tidak tau malu! Kalau sampai ibu ku kenapa-napa, habis kau!" Tekan pria.
"Mas, hentikan!" Wanita datang melerai, menghentikan aksi suami nya yang sudah hampir bermain tangan. Bukan hampir, sudah terjadi.
"Maafkan aku, bibi," Perempuan itu menunduk sebagai tanda maaf.
"Tak apa," Seadanya wanita setengah baya itu menjawab.
Tidak lama kemudian, dokter keluar.
"Dengan keluarga pasien?" Memastikan.
Pria yang tadi menampar si perempuan muda itu mengangkat tangannya, "Saya, saya anaknya. Bagaimana keadaan ibu saya dokter?"
Sambil menghela napas, dokter itu berujar. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, pasien seperti nya hanya kelelahan. Jadi, dimohon untuk selalu menjaga pasien dan tidak boleh ditinggalkan sendirian, karena gejala ini masih rawan dan takut akan terulang. Selebihnya, saya sudah menyuruh perawat untuk mencatatkan resep obat. Nanti kalian bisa mengambilnya," Jelas dokter laki-laki itu panjang.
"Baik, Dok, lalu apa kami bisa masuk ke dalam?" Tanya wanita itu.
"Boleh, hanya diperbolehkan tiga orang saja ya untuk masuk," Ingat sang dokter.
Wanita itu lantas mengangguk. Dokter itu pun izin untuk pamit.
Menyisakan empat orang disana.
"Gavya, kamu tidak ikut masuk kedalam gak apa kan?"
"Gapapa, biar Bibi dan paman yang masuk. Saya akan tunggu didepan saja."
Jessica tersenyum. "Maaf ya, yaudah Bibi masuk," Wanita itu akhirnya ikut menyusul suami nya yang sudah lebih dulu masuk.
"Dasar anak jalang gak guna!" Celetuk satu perempuan seumuran dengannya itu, bisa Gavya lihat dari pandangannya kalau perempuan itu seperti menyimpan banyak dendam. Tetapi ia memilih acuh.
Lo lebih dari jalang, bajingan menjijikan.
Gavya terduduk sendiri didepan ruang rawat neneknya, ia tidak bisa ikut masuk kedalam.
"Nona!" Gavya menoleh saat merasa namanya dipanggil, terpampang lah laki-laki berperawakan gagah sedang berjalan tergopoh di lorong rumah sakit.
"Nona, apa yang terjadi dengan wajahmu?," Pria itu bertanya saat menyadari jika pipi bahagian kanan milik Gavya terdapat bekas, seperti tamparan(?).
Gavya menggeleng. "Tidak apa, hanya luka kecil."
"Luka kecil? Pipi mu memar, apa ini luka dari Tuan Zean?," Gavya hanya bergumam sebagai jawaban.
"Nona, jika Tuan besar tahu, beliau akan marah," Tutur si pria itu.
"Tidak akan jika kau tutup mulut, lagi pula ini akan menjadi awal dari permainanku."
![](https://img.wattpad.com/cover/344133751-288-k892414.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine!
Random"Gue benci lo sampe kapan pun itu!" "Yakin? dikit lagi lo bakal takluk sama gue." "Maksud lo?! gausah mimpi! gue ga akan pernah mau sama cewe aneh kayak lo!!" "Terserah. Liat di akhir, siapa yang bakal menang." °Sinopis~ Savero Sanjana seorang lelak...