𝗶𝗶. 𝗮𝗯𝗱𝘂𝗰𝘁𝗶𝗼𝗻?

1K 147 2
                                    

“Nyokap bokap gue kok belum datang, anjing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Nyokap bokap gue kok belum datang, anjing.”
































KELOPAK matanya berkedip-kedip layaknya lampu konslet. Hanya saja kedipan mata ini lebih aesthetic dari sebuah lampu konslet.

Ruangan kekurangan penerangan sehingga nampak gelap. Mulutnya dibekap dan tangannya diikat kuat, bahkan kakinya.

Dirinya ingin menangis sungguh. Ia tiba-tiba teringat dosa-dosanya kepada sang Ibunda. Walaupun sang Mama seperti itu, dia bukan seorang ibu yang buruk, dia hanya terlalu overprotektif.

Tiba-tiba ada sesuatu yang menyenggol lengannya. Dia jadi lebih panik. Takut seseorang yang menyeramkan ataupun serangga, maklum dirinya sangat phobia terhadap serangga, apalagi di kehidupannya ini ia terus menginjak di papan yang bersih nan terawat.

Tiba-tiba sesuatu yang menyenggolnya bersuara, hanya saja tidak jelas.

Ia sekarang bingung ingin bahagia atau tidak. Bahagia karena ada teman yang senasib dengannya, atau takut kalau orang di sampingnya memanfaatkannya untuk kabur sendirian.

Duh, overthinking. Tapi, itu wajar untuk keadaan saat ini.

Sesuatu itu semakin bersuara keras. (Name) berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk melirik seseorang yang ada di sampingnya.

Maniknya terbelalak terkejut. Seorang laki-laki ada di sampingnya. Ia tambah panik.

Mata laki-laki itu mengisyaratkan untuk melepaskan lakban yang menutup mulutnya. Sontak maniknya menatap aneh pada laki-laki itu.

'Hey tanganku diikat, goblok!' (Name) mengumpati laki-laki di sampingnya. Namun tiba-tiba ada sebuah ide terbesit pada kepalanya.

Dirinya berusaha mendekat pada sebuah lilin yang tak jauh dalam kawasannya. Dia ngesot.

Laki-laki yang ada di sampingnya bingung. Tapi hanya diam tak bergerak dan terus berkata tak jelas, tapi dapat (Name) simpulkan bahwa laki-laki itu sedang kesal padanya. Tapi, dirinya tak peduli, kenapa dia harus peduli pada beban? Eh, lupakan.

(Name) mengarahkan tangannya yang terikat tali pada api lilin itu dengan perlahan tapi pasti. Dia berusaha menahan panas yang terkena tangannya. Dirinya kadang terus menarik kedua tangannya yang ada di sisi yang sesuai.

Seperti tangan kiri ia tarik ke kiri dan tangan kanan ia tarik ke kanan.

Perlahan panas dalam tangannya memuncak drastis, ia berharap tali yang mengikat tangannya mulur minimal, maksimal putus. Effortnya.

CAS!

Ia lantas sedikit memutar tangannya ke arah lain lalu terus menarik-narik tangannya agar terlepas dari ikatan tali itu. Dan akhirnya tali itu benar-benar longgar dan bisa ia lepaskan.

⸙ 𝐅𝐔𝐑𝐓𝐈𝐕𝐄 ⊰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang