𝘅𝗶𝘃. 𝘄𝗶𝘁𝗵 𝗵𝗶𝗺

540 85 12
                                    

┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉

"Ibu, dia tidak memberikan izin," adunya kesal, sembari memakan cookies yang disiapkan.

"Lalu? Aku harus bagaimana?" Medeia masih fokus mengerjakan beberapa dokumen yang ada di meja.

"Gantinya izinkan aku pergi."

"Mana bisa begitu? Kaisar sudah memberikan usulan ya terima saja." Medeia menjawab dengan acuh tak acuh sedangkan putrinya mendengus mendengarkannya.

"Dia saja tidak mendengarkan permintaan Putrinya sendiri kok bisa menjadi kaisar, ya?"

"Entahlah, asalkan rakyat tidak banyak komplain sudah cukup."

"Aku sedang komplain loh, Ibunda."

"Kau Tuan Putri."

"Tapi permintaan ku tidak di dengarkan. Tidak adil, pilih kasih sekali ...." Medeia langsung menghentikan pergerakan penanya, (Name) sontak melirik.

Medeia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan. Oh, shit.

"Pertama, kau Tuan Putri yang masih baru saja melaksanakan debut. Kedua, peraturan istana yang sangat ketat saja kau langgar (pergi ke luar diam-diam) bagaimana Ayahmu bisa tidak kesal dan percaya padamu? Ketiga, bersabar dan jangan banyak protes. Keempat, ada alasan lain mengapa Ayahmu tidak mengijinkan keluar bahkan setelah kau selesai melaksanakan debut."

"Alasan lain?" (Name) mengernyitkan keningnya tak paham.

"Nanti kau akan tau sendiri apa maksudnya." Medeia melanjutkan pekerjaannya, sembari mendengarkan protes yang keluar dari mulut Putrinya.

┈───────

"Apakah anda serius?"

"Apakah kau meremehkan ku?" Tatapan mata Dion sulit dipahami. Dia menatap pada Sang Putri yang mengayunkan pedang asal-asalan.

"Tangan anda akan terasa kasar dan terluka jika seperti itu." Mata ungu itu langsung melirik pada telapak tangan Dion.

"Tapi kau baik-baik saja, itu akan berlaku padaku juga 'kan?" Sekarang mereka berdua sedang berada di lapangan pelatihan kesatria, tempat fenomenal penuh trauma setelah Tuan Putri datang dan mengajak adu kerasnya suara bersama pangeran.

Tapi, setelah pangeran pergi ke akademi, para kesatria merasa lega mereka berpikir jikalau pangeran pergi maka tidak ada teriakan penghancur pendengaran yang menyerang mereka secara beruntun.

⸙ 𝐅𝐔𝐑𝐓𝐈𝐕𝐄 ⊰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang