3 || R & E

6 8 0
                                    

•H a p p y  R e a d i n g•

Sore ini, Marvin, Ryan dan Ervin sedang berada di salah satu pasar yang paling dekat dengan kampus Andalanesia.

Eitss, jangan mentang-mentang peraturan Andalanesia itu ketat, bukan berarti para Mahasiswanya tidak diperbolehkan keluar dari halaman kampus.

Tentu itu tidak benar.

Mereka masuk dan keluar pastinya sudah memiliki izin dan sudan di izinkan. Para mahasiswa hanya di perbolehkan keluar dari kampus selama 5 jam dalam dua hari. Tidak lebih, tidak juga kurang.

Dan biasanya pihak kampus hanya membuka jadwal itu di hari kamis dan minggu saja.

Sebenarnya bukan pihak kampus yang memerintah. Namun, Pak Antonio sendiri yang membuat semua peraturan yang berada di Andalanesia.

“Sudah semua?” tanya Ervin sembari melihat kedua temannya.

“Sudah.”

“Tidak.”

Marvin dan Ryan saling menatap,dengan tatapan bertanya-tanya yang menghiasi wajah mereka.

Marvin berdecak sebal. “Apa yang belum?!!” tanyanya pada Ryan, dengan kerutan di dahinya.

Ryan memutar bola matanya malas. “Huhh... Jelas aku belum makan.”

“Sialan ! Makan terus kerjaan mu !!” sarkas Marvin kesal.

Di tengah-tengah keramaian pasar, Ryan dan Marvin terus saja berdebat karena pendapat mereka yang berbeda.

Marvin yang takut akan telat, dan Ryan yang takut karena cacing di perutnya terus meronta-ronta meminta jatah.

“Heyy, sudah-sudah !!”

Ervin akhirnya membuka suara karena sudah jengah mendengar pertengkaran mereka yang tidak tau tempat, dan tentu saja tidak bermutu.

Menyebalkan !. Batin Ervin.

“Apakah kalian tidak sadar sedang berada di tengah pasar?! Kalian tidak malu?” tanya Ervin sambil menatap Marvin dan Ryan dengan tatapan tajam penuh kekesalan.

Ervin menghembuskan nafasnya dengan kasar. “Huhhh. Aku dan Marvin akan kembali ke kampus. Dan kau Ryan, akan makan di sini, sendiri.” tutur Ervin dengan lugas dan ketegasan di setiap katanya.

“Baiklah aku akan menyusul nanti.” ucap Ryan dengan lesu.

“Keahlian mu hanya makan terus, apa yang bisa kau lakukan selain itu?!” omel Marvin dengan tampang menyebalkannya.

Tak lama, Ervin pun mengajak Marvin untuk segera pergi dari pasar yang ramai para manusia itu. Dan tentu saja, meninggalkan Ryan sendirian.

Kasihan memang, namun apalah daya. Dia juga yang memintanya.

Disaat sedang mencari-cari tempat makan yang sesuai, dan buget yang mencukupi. Tak sengaja Ryan mendengar sebuah pertengkaran kecil antara penjual dan si pembeli.

Bukan hanya alasan itu saja, namun Ryan juga merasa bahwa ia mengenali suara perempuan yang sedang mengomel kepada si penjual.

“Yang ini berapa harganya?” tanya gadis di hadapanya.

“Lima puluh ribu.” jawab si penjual dengan jelas.

“Mengapa bisa jadi lima puluh ribu? Padahal kemarin ibu ku beli harganya hanya seratus ribu.” ujar si gadis, tak mau kalah.

CINTA TERHALANG PERATURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang