10 || KEPONAKAN

7 4 0
                                    

•H a p p y  R e a d i n g•

“CLARA, CLARA IBU MONICA MEMANGGILMU.”

Teriakan kencang itu menyadarkan Clara dari fokusnya membaca buku.

Ia langsung saja bangun dari duduknya lalu berjalan sedikit cepat agar Ibu Monica tidak terlalu lama menunggunya.

Pintu dengan cat berwarna putih tulang sudah ada di hadapannya. Dengan perlahan, Clara mengetuk pintu itu sebanyak 2x.

“Masuk.”

“Apa kau memanggil ku Bu?” setengah badannya sedikit mengintip masuk ruangan.

“Iya Clara, masuklah.”

Clara masuk dengan tenang dan memperlihatkan senyuman ramahnya.

“Keponakan mu Devan ingin menemuimu. Aku sudah bilang, bahwa aku tidak suka ada tamu tanpa izin yang datang kesini. Tapi dia ada perlu penting, aku sudah memberikan izin, tapi pastikan kejadian seperti ini tidak terulang lagi.”

“Tunggu, siapa Devan? Apa aku memiliki keponakan tiri? Ohh tidak-tidak, aku benci saudara tiri.” Batin Clara bermonolog.

Meski Clara sedikit heran, tapi dia tetap mengiakan perkatan Ibu Monica.

“Baik bu.”

Clara berjalan kearah ruang tamu dan menghampiri lelaki dengan jas hitam itu yang katanya 'keponakan'. Ahh dia sebenarnya ragu kalau itu adalah ponakannya.

“Permisi?”

“KAU?!!”

BUKAN, dia bukan keponakannya melainkan-

“Owhh Clara sayanggg.” pria itu langsung memeluk Clara dengan erat seraya berbicara tepat di telinganya. “Cepat peluk aku, atau tidak aku akan memberitahu Ibu Monica tentang kelakuan mu di pembatas Kampus pada pagi hari.”

-Marvin.

“HAH?” Mata Clara spontan melotot.

“AYO!!” Marvin kembali mengeratkan pelukannya, namun tak ayal Clara menuruti keinginan yang sedikit merugikannya.

“Bagus sekali.”

Senyum smirk itu benar-benar menyebalkan di mata Clara.

Setelah puas memeluk sang pujaan hati, Marvin kini melepaskan pelukan mereka. “Setelah sekian lama akhirnya aku melihat kau, dan kau sudah begitu besar sekarang...” ujarnya sembari melihat dari atas hingga bawah.

“Oh ayo duduklah.” ajak Marvin sembari menarik pergelangan tangan Clara.

Melihat Clara yang masih termenung, akhirnya Marvin berucap kembali. “Ayo...”

Mereka duduk di sebuah sofa empuk berwarna kuning kunyit.

Marvin menengok kebelakang untuk memastikan apakah Bu Monica memergoki mereka atau tidak. “Bu Monica.” Sapa Marvin dengan ramah.

Dia hanya mencari perhatian.

Marvin kembali menatap Clara. “Baiklah sekarang kau dengarkan aku baik-baik. Kau pasti berfikir untuk apa aku datang kemari kan?”

“Sejak melihat dirimu, wajah mu itu selalu terbayang, kau bahkan muncul dalam semua mimpi ku, dan... tentu saja aku juga sering muncul dalam mimpi mu kan? Iya kan?”

“Ahahaha iya.”

AHH ITU TIDAK BENAR. Marvin mengancam Clara dengan sebuah pelototan tajam.

“Jadi aku fikir kita tidak perlu buang-buang waktu. Kau akan melihat aku, aku akan melihat mu, kau akan diam aku juga akan diam. Bukankah itu omong kosong? Jadi aku fikir kita perlu memajukan kisah cinta ini. Jadi minggu sore jam empat di Mallrout di cafe House, aku... akan menunggumu disana, dan kau datanglah.”

“Tidak mungkin.” tolak Clara dengan cepat.

Marvin terkekeh singkat. “Tidak mungkin? Ibu Monica...”

“Aaa i-iya baiklah.”

Marvin tersenyum senang “Oww manis sekali.” dia kembali mencari kesempatan, dia memeluk Clara untuk kedua kalinya.

Kalau saja Clara tidak memaksa untuk menyudahi acara pelukan tidak sah mereka, mungkin Marvin akan terus memeluknya hingga fajar menjelang.

“Ayo antar aku sekarang.”

Oke, Clara pasrah dengan tingkah menyebalkan Marvin Anggara ini.

• T o   b e   c o n t i n o e...

Note :

~ Tolong Koreksi bila ada kata-kata yang salah penulisan.

~ Chapter ini berisi : 560 kata.

Gimana sama tingkah ekstrem Marvin?

Tunggu pembalasan Clara tanpa ada ancaman iming-iming Bu Monica lagi...

Jangan lupa tinggalin jejak seperti klik tombol bintanggg....

CINTA TERHALANG PERATURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang