•H a p p y R e a d i n g•
•
•
•
Pagi ini, angin berhembus cukup keras ke arah timur. Semua orang menjalankan aktivitas mereka seperti biasa, dan sepertinya akan ada kebahagiaan baru yang muncul hari ini.
TRINGGG
Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan semua Mahasiswa wajib mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Antonio Ricardo sedang berjalan kearah ruangannya dengan langkah kaki yang lebar dan membuat suara yang khas dari sepatunya. Bibirnya yang tidak pernah menyunggingkan senyum, matanya yang selalu mengintimidasi, dagunya yang selalu terangkat ke atas, dan bahunya yang selalu tegap membuat semua orang enggan menatapnya terlalu lama.
Ketika di perjalanan Antonio bertemu dengan dua siswa, mereka memberikan sapaan kepadanya namun dibalas acuh oleh Antonio.
“Selamat pagi pak...”
Dia hanya membalasnya dengan lirikan, tanpa tersenyum apalagi menyapa mereka kembali, ia terus berjalan tanpa menghiraukan semua orang di sekitarnya.
Di dalam keheningan, hanya ada suara yang ditimbulkan oleh langkah kakinya. Karena jadwal Andalanesia dilakukan serentak, sehingga tidak ada Mahasiswa yang memiliki alasan tidak ada jam atau apapun.
Di hadapannya, ia bertemu dengan salah satu Dosen yang mengajar di Universitas ini. Karena merasa ada sesuatu yang perlu di bicarakan, akhirnya Antonio menghentikan langkah sang Dosen di hadapannya.
“Pak Andi.”
Dosen yang merasa di panggil Andi pun menghentikan langkahnya, dan menoleh kearah Antonio berdiri.
“Ya pak?”
“Aku menyuruhmu menyiapkan surat-surat. Sudah?” tanya Antonio.
“Sudah pak.” jawab Pak Andi dengan lugas.
“Simpan di ruangan ku, terima kasih.”
Setelah mengucapkan itu, Antonio langsung kembali berjalan.
Tiba-tiba, telinganya mendengar suara alat musik biola yang menenangkan di halaman Andalanesia. Tanpa pikir panjang, kakinya langsung berbalik arah untuk melihat siapa yang memainkan alat musik di jam belajar mengajar sedang berlangsung.
Tak
Tak
Tak
Kini langkah kakinya lebih besar dari pada sebelumnya. Wajahnya tersirat amarah, namun ia mencoba untuk memendamnya.
Kini di hadapannya, ada seorang pria yang tengah berjongkok di depan gadis kecil. Dengan mata yang tertutup menikmati alunan musik, dan kedua tangan yang terus bermain dengan biola membuat sebuah melodi indah.
Antonio jelas marah.
Karena para Mahasiswanya saja tidak ada yang berani memainkan alat musik di saat jam belajar mengajar sedang berlangsung.
Tapi ini?
Seorang pria asing dengan tanpa izin memainkan alat itu dengan santai tanpa membaca aturan?!
“Apa yang terjadi di sini?” tanya Antonio dengan sorot mata tajamnya.
Gadis kecil itu menoleh kebelakang, karena melihat seorang Antonio yang bertanya. Ia langsung berlari menjauh seolah merasa terancam.
Si Pria yang memainkan biola langsung berdiri dari jongkoknya dan menyunggingkan senyum manis pada Antonio.
Kedua tangannya saling menggengam di depan perut, lalu memberikan sapaan pada Antonio. “Selamat pagi pak.” sembari sedikit membungkukan badannya.
“Nama saya Aksara Aryan, saya sudah ada janji temu dengan bapak.” ucapnya memperkenalkan diri.
“Kau tidak tahu para murid sedang belajar di sini? Bukankah kau merasa di tempat ini tidak boleh ada suara?” tanya Antonio dengan tegas di setiap katanya.
“Emm maaf Pak. Anak kecil tadi melihat biola di tangan ku, dia meminta ku untuk memainkannya. Aku tidak ingin menyakiti hatinya.” balas Aksara yang masih mempertahankan senyuman-nya.
“Di sini lebih penting tidak melanggar peraturan.”
“Ayo.” ajak Antonio.
•
•
• T o b e c o n t i n o e . . .
Note :
~ Tolong Koreksi bila ada kata-kata yang salah penulisan.
~ Hmm... Tokoh utama mulai keluar nihh...
~ Chapter ini berisi : 535 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERHALANG PERATURAN
Teen FictionIni tentang pria yang cintanya terhalang sebuah peraturan. Ini tentang pria yang mencoba menyadarkan seorang ayah. Dan, ini tentang pria yang mencintai gadisnya hingga akhir hidupnya. Walau ada kebencian di dunia, Tetapi di hati masih tetap ada cint...