11 || Cafe House

2 0 0
                                    

•H a p p y  R e a d i n g•

Oke, Clara akan mengabulkan permintaan Marvin yang ingin bertemu dengannya di Mallrout, cafe House, saat jam empat sore.

Clara datang bersama beberapa teman perempuannya yang sama-sama memakai pakaian serba mahal dari ujung kepala hingga kaki. Dengan tatapan angkuh, Clara berdiri tepat di depan pintu cafe House yang ia prediksi cafe untuk para kalangan menengah bawah.

Tangannya mulai mendorong pintu cafe itu dengan sedikit kesal. Matanya mulai meneliti ke seluruh sudut cafe untuk mencari dimana manusia mengesalkan bernama Marvin Anggara.

Dia, disana.

Dengan senyum konyolnya yang sangat Clara benci. Oke, cukup sudah, Clara ingin mengakhiri ini semua.

*Clara POV on

Aku menghampirinya dengan langkah yang tergesa-gesa dan mata yang menyorotnya tajam.

Sungguh, dia pria paling menyebalkan yang pernah aku temui seumur hidup. Bahkan entah sudah keberapa kali aku menyebutnya pria paling menyebalkan.

PLAKK

Ketika aku sudah berhadapan dengannya, tanpa basa-basi aku langsung menamparnya dengan sangat kuat. Saking kuatnya cap tangan ku pun berbekas di pipi sebelah kirinya.

Sepertinya aku sangat keterlaluan.

Tapi bukannya dia yang lebih keterlaluan?

Semua orang menatapku dengan pandangan yang berbeda-beda. Tak lama, aku merasakan Marvin menarik tangan kanan ku dengan lembut dan berjalan keluar.

Saat sudah mencapai pintu cafe aku langsung menghentakan tangan ku, persis seperti pertama kali kita bertemu.

“Di dalam banyak sekali orang, aku takut kau-”

“Dengar kan aku. Kau adalah pria yang sangat sangat sangatt menyebalkan di mata ku. Kau mengerti?” kata ku sembari menunjuk tepat di depan matanya.

Dia hanya mengangguk.

“Ayah ku seorang manager di sebuah perusahaan besar, Ibu ku seorang designer ternama dunia. Dan, jika kau berani mencari masalah dan terus-terusan menganggu ku, aku akan bertindak lebih dari ini. Kau mengerti?”

Huftt. Helaan nafas itu keluar dari mulutnya. Mungkin dia lelah mendengar ocehan ku?

“Lalu mengapa jika ayah mu seorang manager perusaan besar dan ibu mu seorang designer ternama dunia?”

A-apa maksudnya?

“Ayah ku seorang direktur perusahaan R & R Company dan ibuku hanya seorang penjual cake di toko sederhana yang bisa kau temui di seluruh penjuru Indonesia. Lalu? Apa? Apa yang harus aku lakukan ketika mengetahui pekerjaan kedua orangtua mu?”

SIALANN

Rasanya aku ingin meneriaki semua kata umpatan tepat di muka songongnya itu.

Aku benar-benar tidak bisa membalas apapun. Aku langsung berbalik sembari menghentakan kedua kaki ku. Bak buntut seekor hewan, teman-teman ku langsung berlari mengikuti dari belakang.

*Clara POV off.

FYI Cafe Mallrout adalah cafe tempat bekerjanya Ryan. Ryan bekerja sebagai seorang waitress di jam 4 sore hingga jam 9 malam. Maka dari itu Marvin memilih cafe House sebagai tempat janjiannya bersama Clara.

Marvin pikir Clara hanya akan marah-marah biasa tanpa memakai kekerasan ataupun berdebat masalah ekonomi keluarga.

Namun, semua pemikiran baik itu lenyap ketika Clara datang dan langsung menamparnya dengan sangat kencang.

• • • • •

Setelah Clara dan teman-temannya pergi Ryan langsung bertanya pada Marvin.

“Marvin, kau betulan anak dari direktur R & R Company?”

Marvin tertawa sangat kencang hinga memukul-mukul bahu Ryan. “HAHAHAHA, ADUHH YA AMPUN HAHAHA.”

“MARVIN, SAKIT SIALAN !!”

“AHAHAHA, sorry sorry.” Ucapnya, sembari mengatur nafas agar bisa berbicara lebih tenang.

“Apa tadi kau bilang? Aku anak direktur R & R Company? HAHAHAHA.”

“CEPAT KATAKAN, IYA ATAU TIDAK !!” Ujar Ryan dengan segala kekesalanya.

“Tentu saja tidak, ayah ku hanya seorang pegawai bank tau.”

Ryan dibuat melongo dengan jawaban santai itu. Satu temannya ini memang agak sinting.

“J-jadi? Tentang anak direktur tadi?”

“Itu hanya untuk membuat mulut si Clara diam bodoh. Lagipula untuk apa gadis itu membicarakan tentang masalah profesi orang tua. Cih, orang tuanya TNI pun aku tak takut.” Tutur Marvin dengan sombong.

Ryan memutar bola matanya dengan malas. “Ck, awas saja kau jika kau ditemui seorang manager dari perusahaan besar.” Ucapnya sembari kembali memasuki cafe.

“Heyy, itu urusan ku. Urusan mu kan hanya mengantarkan kopi kepada para pelanggan.” Elak Marvin, sembari mengikuti langkah Ryan.

“Halah omong kosong.”

“Kau iri saja ya padaku.”

“Aku? Iri padamu? Helloww setidaknya nasib percintaan ku tidak di tolak mentah-mentah seperti mu.”

“Sialan, diajarkan oleh siapa kau!?”

“Pak Aksara mungkin?”

“AHAHAHAHA” keduanya tertawa bersama.

Yaa... Masalah Clara bisa di selesaikan lain hari. Setidaknya Marvin tidak kehilangan dua sahabat barunya kan?

• T o  b e  c o n t i n o e . . .

Note :

~ Tolong Koreksi bila ada kata-kata yang salah penulisan.

~ Chapter ini berisi : 715 kata.

Kemarin Marvin yang bar-bar ehh sekarang calon pacarnya yang bar-bar. Haha emang deh serasi banget ni couple.

Gimana sama chapter kali ini man teman? Aku harap kalian menikmatinya.

Anjay kaya mau kondangan aja.

Oke deh segitu ajaa.

Jangan lupa klik tombol bintang di pojok kiri yaaa.

Thankyouuu.....




CINTA TERHALANG PERATURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang