Pagi-pagi sekali, Jero otomatis terbangun lalu segera mencuci mukanya supaya tampak segar. Cowok itu menuruni tangga kemudian menuju dapur untuk memasak. Lengan bajunya yang digulung sebatas siku mampu memperlihatkan tangan kekarnya yang bergerak lincah menyiapkan bumbu halus untuk membuat nasi goreng.
Hal ini adalah kegiatannya setiap pagi, yakni membuat sarapan untuk dirinya dan papa tercinta.
Suara handle pintu yang terbuka merebut atensinya.
Jero tersenyum tipis ketika melihat papanya yang baru bangun tidur. Beliau berjalan ke arahnya lalu ketika sampai di meja bundar dekat pantry, ditariknya kursi dan duduk sambil sesekali menguap.
Seperti biasa, papanya akan duduk di meja makan itu dan hanya diam termenung sembari mengumpulkan kesadaran sepenuhnya.
Jero masih sibuk dengan kegiatannya, hingga tanpa dia sadari bahwa papanya menatapnya penuh kagum dan bangga.
Memiliki anak semata wayang yang cerdas, pandai memasak, pandai mengurus rumah meski seorang laki-laki sekalipun membuatnya tak henti untuk mengucap syukur.
Ditambah anaknya ini ganteng juga. Bisa banget tuh kalau disandingin sama idol K-POP favorit anak-anak muda zaman jigeum.
Mendiang istrinya pasti bangga melahirkan putra seperti Jero.
Terkadang terbesit juga di benaknya kalau menantunya nanti pasti merasa sangat bersyukur memiliki suami seperti puteranya.
Kalau tidak ya parah banget sih.
Aroma nasi yang sudah tercampur tumisan bumbu halus itu sangat menggoda. Jero benar-benar melakukannya dengan baik. Gerakan tangannya sangat lincah layaknya chef profesional.
Jero meletakkan nasi goreng yang sudah matang itu di atas piring, kemudian menghidangkannya di atas meja makan, tidak lupa dengan air putih yang sudah Jero siapkan.
"Selamat makan, Pa. Nanti jangan terlambat ke kantornya," peringat Jero.
"Halah, santuy aja kali, toh perusahaan punya kakekmu," jawab pria bernama Johanes itu dengan enteng.
Tentu saja pak Johan bukanlah tipe orang yang seperti itu. Dirinya yang memiliki jabatan tertinggi di perusahaan furniture tersebut tentu harus menjadi contoh yang baik untuk para karyawannya.
Pernah kala itu ia berangkat sedikit lebih awal dari biasanya. Alhasil para karyawannya menjadi berangkat lebih awal lagi karena merasa tak enak dengannya.
Jadi kesimpulannya, pak Johan sengaja berangkat telat supaya tidak memberatkan karyawannya. Lagipula karyawannya bisa dipercaya, disiplin dan kompeten.
Selanjutnya tidak ada obrolan dari keduanya. Mereka menyantap nasi goreng tersebut dengan nikmat. Hanya ada suara dentingan yang tercipta antara sendok dan piring.
Sesekali suara kicauan burung mereka dengar layaknya musik indah di pagi hari.
Hingga akhirnya tidak tersisa lagi makanan di piring orang tua dan anak itu. Jero berdiri lalu menuju wastafel untuk mencuci bersih peralatan masaknya serta peralatan makan tadi.
"Jer, kamu tau nggak rumah makan deketnya Polsek itu?"
Jero sedikit menoleh lalu memusatkan atensinya lagi pada pekerjaannya.
"Iya, tau." jawabnya.
Beberapa saat tak terdengar tanggapan lagi dari papanya.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Jero menunggu tapi tidak ada sahutan lagi. Jero juga hanya mengedikkan bahu acuh, soalnya papanya ini emang random.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be Your Home
Fanfiction"Sekarang aku tau kenapa Tuhan menempatkanmu untuk selalu di sisiku..." "...karena kamu begitu berharga."