8

4 1 0
                                    

Mobil berjalan dengan kecepatan sedang. Lagu berjudul Apocalypse milik musisi asal Amerika itu menyertai perjalanan malam ini.

Ponsel Rachel bergetar ketika satu missed call dari Gara tertera pada layar ponselnya. Tak lama, disusul pesan singkat dari saudaranya itu.

Gara
P info.

Rachel berdecak pelan ketika membaca satu pesan kampret itu. Nggak jelas banget menurutnya. Kalau niat mau nanya posisinya di mana sekarang, ya tanya yang bener lah minimal.

"Depan itu belok atau masih terus?" tanya Pak Johan.

"Masih terus, Pak. Nanti ada pertigaan baru belok kanan."

"Oke."

Rachel kembali menyandarkan punggungnya pada jok bagian penumpang itu. Matanya mengamati gerak-gerik Jero yang duduk di samping kursi kemudi. Cowok itu diam saja. Ngantuk kali ya?

"Oh iya, kamu tau nggak tempat makan dekat Polsek tadi?"

Awalnya Rachel bingung, Pak Johan ngomong sama siapa. Jero juga menoleh ke arah papanya, tapi rupanya mata Pak Johan melihat ke arahnya melalui spion tengah.

Rachel sedikit ragu untuk menjawab. "Saya tau, memangnya ada apa, Pak?"

"Tau nggak kenapa kalau makan di tempatnya enak, kalau di bawa pulang nggak enak?"

Rachel mengernyit. Emangnya iya? Soalnya dirinya sendiri belum pernah makan di sana meski sering dilewati ketika berangkat sekolah. Memang sih tempatnya tuh rame banget, bahkan tempat makan di sekitarnya kalah.

Apa jangan-jangan pakai pesugihan?

"Saya nggak tau, kenapa ya, Pak, kira-kira?" tanyanya kemudian.

Jero pun tampak menyimak juga.

"Soalnya kalau di bawa pulang, setannya nggak ikut."

Aduh, jokes bapack-bapack nggak tuh.

Tapi nggak disangka Rachel malah ngakak. Menurutnya jokes kayak gini tuh bikin geli banget.

Sedangkan Jero, cowok itu malah loading, bingung letak lucunya di mana.

"Oh, jadi ini yang mau papa omongin waktu itu?"

Pak Johan melirik Jero malas. "Iya, tapi kamunya gak asik."

Rachel sampai terheran-heran melihat dua orang di depannya itu. Aneh banget, bapaknya lawak, anaknya flat banget.

Tak terasa sudah sampai di rumah Rachel. Dirinya dibuat heran karena di halamannya rame banget. Ada Gara dan juga teman-temannya yang tadi sore mampir buat jenguk saudaranya itu.

"Loh, itu bukannya Rangga, ya?" ucap pak Johan.

Jero menyipitkan matanya melihat beberapa anak dengan seragam sekolah sama dengannya. Benar, ada Rangga di sana. Ternyata mereka baru mau pulang malam ini. Jero tau dan tentu juga diajak untuk menjenguk kakak kelasnya itu, tapi Jero nggak bisa karena harus ke makam mamanya hari ini, tapi meski begitu Jero udah kirim pesan ke Gara.

Lantas Rachel mengucapkan terima kasih, nggak lupa salim juga sama bapaknya Jero. Saat turun dari mobil, semua mata langsung tertuju padanya, tatapan mereka benar-benar menyelidik. Apalagi Rangga, cowok itu jelas tau siapa pemilik mobil itu.

"Gaya banget lu pulang nyewa Grab," ujar Gara dengan suara lantang. Rachel langsung bergerak cepat memukul mulut saudaranya itu.

Ngawur banget, Rachel jadi ketar-ketir. Apalagi mobil bapaknya Jero masih di sana.

Ternyata Pak Johan dengar dari mobil lalu terkekeh singkat. Setelahnya mobil melaju pelan meninggalkan rumah itu.

"Pulang bareng Jero, ya?" ucap Rangga yang membuat semua orang di sana menoleh padanya.

I'll Be Your Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang