Hujan tiba-tiba mengguyur dengan sangat deras. Setelah memarkirkan motornya, Jero berlari dari garasi ke arah depan guna menutup gerbang.
Saat gerbang itu akan didorong, tiba-tiba terdengar suara klakson yang dibunyikan berkali-kali.
Untung saja suaranya lumayan teredam hujan, kalau nggak sudah dipastikan kena amuk warga.
Rangga melesatkan motornya ke arah garasi dan memposisikan motornya dengan apik tepat di samping motor sahabatnya. Ia segera melepas helm dan jaket denim yang basah lalu menggantungnya di stang motor.
Rangga melihat Jero yang lari ke arah teras setelah menutup gerbang. Cowok itu bahkan sudah basah kuyup sama seperti dirinya akibat lebatnya hujan.
"Lo salah rumah," ucap Jero.
Rangga mengedikkan bahu. "Emang." Ia lantas membungkuk untuk melepas ikatan tali sepatunya. "Rumah gue gak ada orang, pagernya digembok juga."
Jero tidak menyahuti, justru suara guntur yang terdengar menggelegar.
Keduanya sama-sama melepas sepatu lalu masuk.
Seperti biasa, keadaan rumah sangat gelap karena memang sebelumnya tidak ada orang sama sekali. Sekaligus sebagai penerapan hemat tenaga listrik untuk selamatkan bumi.
Jero menekan saklar lalu menuju ke arah dapur karena merasa haus. Sedangkan Rangga sebagai pendatang tak diundang tengah mengepel lantai yang terkena titik-titik air dari seragam keduanya.
Saat Jero menuang air, tiba-tiba ingatannya tentang kejadian di perpustakaan terputar secara otomatis.
Jero bahkan bisa merasakan jantungnya berdegup dengan kencang lagi, rasanya masih asing dengan kejadian tadi.
Bahkan kini tanpa sadar ujung bibirnya tertarik ke atas walau tidak begitu kentara.
Rangga yang sudah selesai dengan urusannya, sekonyong-konyong menoyor kepala Jero. "Gelas lo udah penuh."
Jero tersentak, dengan segera menegakkan kembali cerek tersebut.
Rangga mengernyit. "Lo kenapa mesam-mesem?"
Jero jadi salah tingkah karena tertangkap basah.
Rangga memicing curiga. "Wah, ngebayangin bokep, ya, lo?"
"Lambemu!"
"Lo lagi naksir cewek?" tebaknya asal.
Kalau dijawab iya, berarti udah fix bisa masuk lambe turah nih kalau Jero punya mbak crush.
"Ya iya lah, gue gak homo."
Kampret banget jawabannya.
Padahal lagi serius.
Rangga menarik napasnya dalam-dalam. "LO NAKSIR SIAPA, PANJUL?"
"Gak ada."
Nggak tau kenapa dirinya jadi makin curiga. Meskipun Jero keliatan lagi nggak dekat secara khusus sama cewek mana pun sejak dulu, tapi ia merasa begitu yakin kalau kali ini akan ada sesuatu. Apalagi dilihat dari analisis sikap ala-ala, Jero nampak aneh aja gelagatnya.
Lalu senyumnya terbit dengan alisnya yang dimainkan naik turun untuk menggoda Jero. "Gue tau nih. Jangan-jangan lo suka sama–"
"Ck, bukan. Gue mau ke atas, ganti baju."
Jero gak jadi minum. Ia hanya memandang tanpa minat pada gelas yang sudah penuh yang bagian dasarnya dikelilingi sedikit genangan air yang tumpah akibat ulahnya tadi.
Kemudian cowok itu segera melangkah pergi ke arah kamarnya, tempat ternyaman nomor satu di rumah.
Jero duduk di tepi kasur, perlahan-lahan nyeri di bahunya begitu terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be Your Home
Fanfiction"Sekarang aku tau kenapa Tuhan menempatkanmu untuk selalu di sisiku..." "...karena kamu begitu berharga."