Drrt drrt ~
Kali mengernyit karena merasa tidurnya terganggu, ia meraba kasur untuk mencari dimana letak bantal lalu mengubah posisi tidurnya menjadi terlungkup dan membekap kepalanya dari belakang untuk menutup telinga dengan bantal yang ia ambil.
Drrt drrt ~
Kali berdecak karena merasa kesal sembari melempar bantalnya sembarang arah. Kali mengangkat setengah tubuhnya dengan mata yang setengah terbuka. Tangannya mencoba meraih nakas samping ranjang, dimana ponselnya diletak. Setelah menemukan benda pipih yang ia cari, dengan kesal Kali meraihnya dan mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya tanpa melihat siapa yang menelepon. Kali menjatuhkan tubuhnya kembali dengan mata terpejam sembari menempelkan ponsel ke telinganya.
"Apa?"
"Aku di depan"
"Apa?"
"Depan pintu rumahmu"
"Hah?!" Spontan Kali membuka matanya dan terduduk di ranjang lalu melihat layar ponselnya yang menampilkan nama 'Jaegas' disana. Kali menyesal mengangkat panggilannya tanpa melihat siapa si penelepon. Kali menjauhkan ponselnya lalu mengingat kalimat yang diucapkan Jaegas, di depan pintu rumahnya?
Kali menatap layar ponselnya lalu mengloud speaker panggilan yang sedang tersambung.
"Ngapain?"
"Kita perlu bicara"
Kali terdiam sejenak mendengar perkataan yang dilontarkan Jaegas. Kali tidak terlalu berharap, ia menghargai Jaegas yang memiliki niat untuk berbicara dengannya untuk masalah yang sedang terjadi. Bukankah yang sedang terjadi ini adalah sebuah masalah?
Kali penasaran, apa yang ingin Jaegas katakan padanya. Apakah akan masuk akal untuknya. Kali turun dari ranjang lalu berjalan keluar kamar menuju pintu utama rumahnya. Kali membuka pintunya dan menampilkan Jaegas yang berdiri menghadapnya dengan setelan full hitamnya, Kali akui itu menambah ketampanan Jaegas.
Kali berpikir, sepertinya Jaegas baru saja menghadiri sebuah acara. Kali menatap Jaegas yang juga menatapnya lalu beralih ke arah ponselnya dan mematikan panggilannya dengan Jaegas.
"Masuk"
Kali berbalik, melangkahkan kakinya menuju ruang tamu lalu mendudukkan dirinya di sofa single. Kali memperhatikan Jaegas yang berjalan hingga duduk di sofa. Kali menyandarkan tubuhnya sembari menyilangkan kakinya dan bersedekap dada. Ia menunggu Jaegas untuk berbicara tetapi yang ditunggu malah sedang menatapnya, lebih tepatnya menatap lehernya. Kali mengerutkan dahinya lalu ber - oh ria.
"Belum cukup lihatnya? Perlu diingatkan, ini ulahmu"
Jaegas menghela nafasnya dan terlihat sedang berpikir. Kali yang melihatnya pun mulai kesal, bisa - bisa ia kering hanya karena menunggu pria di depannya ini berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐄𝐂𝐎𝐌𝐄 𝐒𝐔𝐁𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐕𝐄
Teen FictionSeharusnya ia pergi ke acara sahabat kecilnya, tetapi mengapa berujung nyasar ke dunia lain?! Dunia novel pula. "𝗦𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮𝘁 𝗱𝗮𝘁𝗮𝗻𝗴 𝘁𝘂𝗮𝗻, 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗖18 𝘀𝗶𝗮𝗽 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝗮𝗻𝗶 𝗽𝗲𝗿𝗷𝗮𝗹𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗮𝗻𝗱𝗮" "Hah?" "𝗔𝗻𝗱...