18

11.7K 1.3K 31
                                    

Jaegas terdiam dan menatap Kali tak percaya. Apa yang baru saja ia dengar, anak? Kali sudah memiliki anak? Jaegas menatap wajah Kali lamat dan mencari kebohongan disana, tetapi Jaegas tak dapat menemukannya.

"Dimana– anakmu?"

Kali melirik sekilas ke arah Jaegas lalu menyebutkan alamat menuju sekolah kedua anaknya. Kali menatap ke arah luar kaca mobil, tanpa berniat berbicara dengan Jaegas. Kali pemaaf tetapi ia tidak pelupa. Mulutnya berbicara tidak apa tetapi hatinya masih terasa sesak.

30 menit berlalu akhirnya mereka sampai ke tujuan. Terlihat banyak anak kecil yang berhamburan keluar dari gerbang sebuah bangunan. Kali membuka pintu mobilnya setelah Jaegas memberhentikan mobilnya lalu turun dan mencari dimana kedua anak menggemaskannya. Kali tidak takut untuk memperlihatkan kedua anaknya dengan Jaegas karena kedua anaknya mirip dengannya dan lagipula siapa yang akan percaya jika laki - laki dapat mengandung.

Kali mengedarkan pandangannya untuk mencari dimana letak dua makhluk menggemaskan yang ia lahirkan.

"MOM–"

Kali menoleh ke arah sumber suara yang sangat ia kenal dan dapat dilihatnya jika Kaisar sedang membekap mulut Kaidan. Kali menaikkan satu alisnya lalu mengikuti arah pandang Kaisar yang menatap seorang pria di sampingnya, Jaegas. Kali tersenyum tipis, anaknya itu sangat peka. Kaisar memang masih kecil, tetapi ia paham bahwa laki - laki tidak dapat mengandung kecuali ayahnya, tetapi akan tetap aneh jika Kali dipanggil dengan sebutan itu.

Kaisar memicingkan matanya seolah memberi peringatan ketika Kaidan menatapnya meminta penjelasan. Kaidan yang sepertinya mengerti pun hanya mengangguk, jujur saja nalurinya berkata bahwa dirinya harus menurut kali ini.

"PAPA"

Kaidan berlari kecil ketika jaraknya dengan Kali sudah tak terlalu jauh. Kali yang melihatnya pun berjongkok lalu memeluk tubuh anaknya yang sudah menerjangnya lebih dulu. Kali melepaskan pelukan itu lalu mengulurkan satu tangannya ke arah Kaisar agar ikut memeluknya. Kaisar yang melihat itupun dengan senang hati menyambar tubuh ayah sekaligus ibu baginya.

Kali melepaskan pelukan singkat mereka sembari mengacak gemas rambut kedua anaknya lalu berdiri dari jongkoknya.

Jaegas yang melihat pemandangan di depannya hanya terdiam. Ia memperhatikan wajah kedua anak laki - laki itu dengan seksama, berharap tak ada kemiripan antara mereka dan Kali agar membuatnya percaya bahwa mereka bukan anak Kali, tetapi yang ia dapatkan malah sebaliknya. Jaegas menatap bergantian wajah kedua anak laki - laki yang sangat mirip dengan Kali.

"Idan gak pernah liat om ini. Teman papa?"

Jaegas menatap Kaidan dan ingin menjawab, tetapi lebih dulu di jawab oleh Kali.

"Iya. Ayo pulang anak anak"

Kali berbicara sembari melirik sekilas ke arah Jaegas lalu membuka pintu penumpang belakang mobil dan menuntun kedua anaknya untuk masuk. Jaegas hanya menatap Kali dengan tatapan yang tak dapat dimengerti lalu masuk ke kursi kemudi setelah melihat Kali yang masuk ke dalam kursi samping kemudi.

Selama di perjalanan, tak ada yang membuka suara. Kaidan yang biasanya ricuh dan energik, saat ini ia hanya terdiam di kursi penumpang belakang bersama Kaisar. Kaisar pendiam seperti biasanya sembari sesekali menatap belakang kursi yang ditempati ayahnya, ia sadar bahwa ada yang berbeda dengan ayahnya. Biasanya sang ayah akan menanyainya macam - macam jika melakukan hal baru tetapi kali ini tak seperti itu.

Tak berselang lama akhirnya mereka sampai ke rumah Kali. Dengan segera Kali turun dari mobil Jaegas, diikuti oleh kedua anaknya.

"Kalian masuk dulu, papa ada urusan sebentar"

𝐁𝐄𝐂𝐎𝐌𝐄 𝐒𝐔𝐁𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐕𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang