17

11.9K 1.4K 102
                                    

"Kakak gak bisa selesaiin urusannya disini aja? Aku gak rela huu–"

"Gak bisa nafas Al"

Alfa melepaskan dekapannya yang lumayan erat pada Kali. Alfa menangis sembari menatap Kali dan hal itu mengundang tatapan dari banyak orang yang berada di bandara. Kali mulai pusing, harusnya tidak perlu ia beritahu. Kali menghela nafas lalu membawa jari telunjuknya untuk menghapus air mata Alfa.

"Nanti gue ketinggalan. Baik - baik. Jangan dengerin hal buruk dari orang lain. Makan yang teratur dan sehat terus"

Alfa kembali menghamburkan dirinya ke pelukan Kali, ia pasti akan sangat merindukan Kali tetapi dirinya harus menempuh pendidikannya disini dan bekerja keras agar bisa membalas kebaikan Kali untuknya. Kali melihat jam tangannya lalu melepaskan pelukan Alfa. Ia membawa tangannya untuk mengelus kepala pemuda itu lalu tersenyum tipis.

"Jangan nangis karena pria jelek itu lagi"

Kali terkekeh setelah mengatakan hal itu lalu berbalik menuju tempat penerbangannya, diikuti oleh 1 penjaga yang membawa kopernya. Kali menarik nafas dan menghembuskannya lalu menyentuh perut ratanya.

6 tahun kemudian

"MOMMY–"

"KAIDAN UDAH BERAPA KALI PAPA BILANG JANGAN PANGGIL MOMMY"

"MOMMY CANTIK DEH"

"Kai– hah . ."

Kali menghela nafasnya dan memilih melanjutkan acara membuat sarapan untuk dirinya dan kedua bocah kembar yang sudah memenuhi hari - harinya selama lima tahun belakangan.

Beberapa pelayan tertawa kecil mendengar perdebatan kecil itu, yah Kali merekrut beberapa pekerja yang dapat dipercaya dan mereka semua jelas mengetahui bahwa Kali bukan seperti pria pada umumnya, tetapi mereka tidak mempermasalahkan hal itu.

"Morning mom"

Ah lagi lagi dirinya dipanggil dengan sebutan itu. Hey dirinya masih laki - laki dan apa pula panggilan itu, sangat tidak cocok untuknya. Kali menyajikan makanan ke atas meja makan, terlihat beberapa sayur dan buah disana.

"Mana adikmu?" Kali bertanya pada salah satu anaknya yang beberapa menit lahir lebih dulu. Laki - laki kecil berumur 5 tahun itu menoleh kesana kemari, mencari dimana letak adik kembarnya itu. Laki - laki kecil itu menghela nafasnya, adiknya sangat aktif.

"Sebentar mom, Kaisar cari"

Kaisar berlari menuju halaman depan dan menemukan Kaidan yang sedang bermain dengan kucing tetangga. Salah satu fakta tentang Kaidan, ia mencintai kucing setelah ayah dan kembarannya. Kaisar menghampirinya lalu meletakkan kedua tangannya ke bawah lengan Kaidan dan mengangkat adik kembarnya itu.

"Idan masih mau main loh!"

"Sarapan dulu"

Kaidan mencoba untuk turun lalu berlari menuju meja makan, menghampiri ayahnya. Kaidan menarik kursi dan mendudukinya lalu menatap masakan ayahnya yang tersaji di atas meja dengan tatapan berbinar. Yah suasana hatinya cepat sekali berganti. Kali terkekeh melihatnya sembari mendudukkan dirinya di atas kursi lalu mrngambilkan piring yang berisi makanan untuk kedua anaknya. Ketika menatap kedua anaknya, Kali kembali teringat pada malam saat mereka hadir disini, sungguh ia merasa tersiksa tetapi tak menyesal mempertahankan mereka.

Bayangkan saja, pukul 10 malam dengan kondisi susah berjalan dan ia harus menghadapi sakit yang tak pernah ia rasakan. Untung saja beberapa pekerja tinggal di rumahnya dan sempat membawanya ke rumah sakit, itupun dokter kebingungan harus bagaimana.

Flashback on~

"Tarik nafas lalu hembuskan tuan"

Kali mengikuti arahan suster dan menghembuskan nafasnya dengan pelan. Kali mencoba untuk tenang lalu menatap seorang dokter laki - laki yang seperti kebingungan karena terlihat dari kerutan di dahinya. Kali paham apa yang dokter itu rasakan tetapi saat ini ia tak peduli akan hal itu.

𝐁𝐄𝐂𝐎𝐌𝐄 𝐒𝐔𝐁𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐕𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang