8. Proses

15 1 0
                                    

Garis suratan takdir antara Ayana, Reynaga, dan Nisa sudah tertulis dengan jelas. Seperti permintaan Ayana malam itu, Reynaga membuktikan keseriusannya dalam mencintai sang gadis dengan cara menikahi Nisa.

Ayana menghela napas kasar untuk meredakan sesak dalam hatinya. Patah hati kali ini merupakan patah hati terparah dalam perjalanan asmaranya. Terkadang Ayana tidak menyangka kalau rasa cinta terhadap Reynaga bisa sebesar itu. Pertemuan tak disengaja dan penuh drama itu ternyata cukup berkesan dalam hatinya.

“Ayang, sarapan dulu, gih.”

Ayana mendelik mendengar panggilan dari Fajar. Bibirnya mencebik tak suka. Sementara Fajar malah terkekeh saat melihatnya.

“Kan kamu calon tunanganku, Ay.”

Mata Ayana menyipit kala Fajar memanggilnya dengan panggilan yang sering diucap Reynaga. Seketika, Ayana mengerjapkan mata karena sosok yang ingin dilupakan itu malah terus berkelebat dalam ingatan.

“Ay,” panggil Fajar lagi.

Ayana terdiam. Entah mengapa ia merasa tidak nyaman dengan Fajar yang sekarang. Padahal, Fajar tahu betul kalau Ayana tidak bersungguh-sungguh dengan status palsu mereka. Namun, kenapa ia malah menangkap kalau Fajar menikmati status yang Ayana ciptakan.

“Kamu lupa minum obat kayaknya,” celetuk Ayana, lalu beranjak menuju meja perasmanan.

“Ay, tungguin, dong.”

Ayana menggeleng pelan melihat tingkah Fajar. Entah mengapa ia jadi kesal tak jelas. Fajar jadi lebai dan terkadang perhatiannya terasa begitu berlebihan. Sikap manja Fajar sering kali membuat Ayana tak nyaman.

Sambil sarapan bersama Fajar, Ayana menatap teras rumahnya yang sudah didekorasi sedemikian cantik. Sebelum mengenal Reynaga, ia dan Nisa sering berangan-angan mengenai akan seperti apa rumah mereka kalau dirias. Di hari ini, bagian dari hati kecil Ayana bahagia saat melihat istana kecilnya disulap menjadi indah. Namun, di setiap sudut kecil di hatinya banyak luka yang menganga karena bukan ia yang bersanding bersama Reynaga.

“Ay, kamu cantik.”

“Cewek ya cantik, Jar.”

“Tapi serius, aku nggak pernah sebahagia ini.”

“Bahagia karna makan gratisan?”

“Bukan, Ay. Bahagia karna ....” Fajar menggantung ucapannya. Fajar merasa kalau waktunya untuk mengungkapkan perasaan kurang tepat. Namun, jauh dari lubuk hati, ia ingin Ayana tahu kalau selama ini Fajar begitu mengagumi dan menyukainya.

“Jar—”

“Aku tau. Kita cuma pura-pura pacaran. Aku juga tahu kalau cinta pak Rey sama kamu besar. Tapi apa kamu nggak bisa ngasih aku kesempatan?”

Tubuh Ayana menegang seketika. Ayana menoleh dan bertanya, “Kesempatan apa?”

“Sebenarnya—”

“Aya, dicariin si mbak perias. Katanya giliran kamu yang dirias,” ucap salah satu tetangga Ayana menyela ungkapan Fajar.

“Jar, aku mau riasan dulu. Bye.”

Ayana bergegas menuju kamarnya, di mana di sana dijadikan ruang untuk merias pengantin, keluarga, dan paga,r ayu. Ayana bersyukur karena diselamatkan sang tetangga dari percakapan tak nyamannya bersama Fajar.

Selama dirias MUA, Ayana tidak banyak bicara. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri bagaimana nanti ketika bertemu dengan Reynaga. Bagaimana hari-hari selanjutnya. Ada rasa tak sanggup saat memikirkan itu semua. Tanpa Ayana sadari, sedari tadi Mimi memperhatikan dengan perasaan bersalah yang kian merajai hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang