Chapter. 2

1.1K 226 8
                                    

"Itu..."

...bukan salahmu.

Dia sudah berusaha untuk tetap datang tapi aku malah mengusirnya dengan kasar. Aku tak bisa melihatnya pergi, hati nuraniku seperti dicubit dengan kuat rasanya sangat sakit.

Aku merenggangkan otot tubuhku sambil duduk. Semalam aku tak pergi kemanapun karena aku tak tau harus kemana. Beruntung nya diruangan ini ada beberapa stel baju serta tersedia kamar mandi secara terpisah diujung koridor. Anehnya aku tak merasa lapar.

Semalam aku sangat gugup sampai tak bisa tidur karena memikirkan akan bertemu dengan Yoo Jonghyuk. Tapi semua terasa mengalir begitu saja meskipun harus berakhir dengan pengusiran.

"Lupakan, ayo pikirkan yang lebih penting dahulu." Tak ada informasi lainnya tentang kenapa aku bertrasmigrasi. Sementara layar hologram hanya bisa menampilkan jendela atribut. Aku jadi tak tau kapan alur novelnya dimulai walaupun aku masuk kedalam novel yang berbeda dunia tetap akan hancur ketika waktunya tiba.

-

Dibelahan dunia yang berbeda terdapat seorang remaja yang baru lulus sma dia duduk dikursi stasiun bawah tanah menunggu kereta untuk menuju kesuatu tempat.

Ding.

Muncul notifikasi update dihpnya. Raut wajah yang terlihat murung perlahan menghilang. Mulai membuka isi hpnya dia mendapati info update dari novel kesukaannya. Melihat waktu kurang 10 menit lagi sampai kereta datang jadi dia memutuskan untuk membacanya.

Three Ways to Survive in a Ruined World.

Judul novelnya sangat keren tapi itu tak sepadan dengan berkurangnya angka pembaca di setiap chapternya.

"Hmm, sebuah flashback." Kim Dokja berguma pada diri sendiri.

Sebuah flashback kecil diselipkan ditengah-tengah cerita ketika sang tokoh utama teringat dengan teman lama. Latar dunia yang hancur berganti dengan sebuah terotoan pinggir jalan yang masih utuh dihiasi dengan pohon bunga. Seorang wanita cantik dengan rambut panjang bergelombang, menggunakan kaos putih polos, celana jeans biru, dan sepatu kets putih. Berjalan memunggungi tokoh utama dalam novel. Ketika dia menoleh senyuman yang sangat menawan terpampang siapapun yang melihatnya tak mungkin bisa melupakannya.

"(Name)..." Nama itu terucap bersamaan dengan suara kereta datang. Pintu kereta terbuka dan para penumpang mulai berbondong-bondong keluar masuk.

'Tokoh baru bernama (Name) itu, mungkinkah dia kekasih Yoo Jonghyuk sebelum Lee Seolhwa.' Sayang sekali cerita berakhir dengan tokoh utama mati untuk kesekian kalinya.

-

Kembali pada (Name) yang saat ini sedang memenuhi permitaan dari seorang pemuda yang berhasil membuka kedoknya setelah berpura-pura bersikap arogan.

"Kau puas sekarang." Aku tak tau harus menangis atau tertawa meruntuki kebodohanku saat ini.

"Belum, kau harus menghabiskan waktu denganku lebih lama." Melihat senyum kemenangan diwajah itu membuatku sangat kesal. Ingin sekali aku menggaruk wajah tampan itu dengan cakarku.

Sebenarnya beberapa waktu lalu aku dilanda bosan yang parah. Berada diruang yang sama selama beberapa hari ditambah pekerjaan yang datang terus menerus, sel-sel otakku keram karena dipaksa berpikir melebihi kapasitas. Jadi untuk refreshing aku memilih untuk jalan-jalan disekitar kantor. Setelah bertanya kesana kemari untuk menemukan toko laundry aku meninggalkan pakaian kotor dan pergi ketoko kelontong. Ketika itu lah aku berpapasan dengan dengan pria menyebalkan ini.

ya, itu Yoo Jonghyuk.

Aku ingin mengabaikan nya dan langsung pergi tapi pria itu malah menahan lenganku dan menarikku keluar toko.

Kembali kemasa sekarang.

"Baiklah aku minta maaf jika kau tersinggung, tapi semua sudah diputuskan melalui pertemuan itu. Aku tak bisa berbuat apa-apa."

"Tak masalah, lagipula aku mengajakmu kemari bukan karena itu." Lihatlah wajahnya yang begitu tebal itu, perlukah aku mengoreksi kata-kata mengajak menjadi memaksa dengan ancaman.

"Jadi karena apa?" aku bertanya secara spontan. Bunga dan daun yang memenuhi pohon terlihat sangat indah pada musim semi. Mempercepat langkahku untuk mendekati bunga yang indah itu suasana yang aneh itu tergantikan dengan perasaan tenang yang nyaman. Yoo Jonghyuk yang kini berada dibelakangku terdiam.

Waktupun berlalu dengan cepat cahaya sore semakin pekat sudah waktunya untuk kembali kekantor untuk lembur lagi.

"Hah... Ini menyenangkan, aku merasa seperti ditempat impian. Yoo Jonghyuk aku sangat berterimakasih kau membawaku ketempat yang indah ini." (Name) berseru dengan lantang karena dia berjarak beberapa langkah didepan Yoo Jonghyuk.

"Jadi kau senang?" suara yang pelan namun masih bisa didengar, pertanyaan itu harusnya tak perlu ditanyakan lagi.

"Ya, aku sangat senang."

Cahaya sore menyinari tempat mereka seakan-akan mendukung suasana, menciptakan kesan romantis dalam cerita. Senyum cerah tercipta secara alami, momen yang begitu singkat namun sangat membekas didalam ingatan keduanya. Setelah itu apa yang terjadi?

Mari kita kembali lagi kemasa lalu dengan sudut pandang yang berbeda.

Kesan Yoo Jonghyuk pada (Name) berubah. Awalnya dia terlihat tegas dan teliti, namun secara tak sengaja dia menangkap dengan jelas kalau raut wajahnya ketika dia akan keluar dari pintu ruangan.

'Dia merasa bersalah.' Sampai disebrang kantor dia menatap kaca lantai 12 dengan alis berkerut.

Manager yang terkenal kasar dan arogan menampilkan raut wajah bersalah padanya. Siapapun tak akan percaya jika tak melihatnya secara langsung. Yoo Jonghyuk menggosok rambutnya frustasi, sudah cukup dengan diusir karena terlambat sekarang malah pikiran nya dihantui manager cantik yang arogan itu.

Beberapa hari berlalu begitu saja, Yoo Jonghyuk ingin mengunjungi tempat game seperti biasa. Kebetulan dia harus melewati jalan memutar yang dekat dengan kantor (Name).

Ditengah perjalanan Yoo Jonghyuk tiba-tiba saja merasa haus. Jadi dia mampir sebentar ditoko kelontong. Dan siapa yang menyangka dia bertemu dengan manager cantik itu lagi dengan penampilan yang terlihat berbeda. Entah darimana dia mendapat dorongan untuk mendekatinya. Bahkan dengan paksa menariknya keluar dari toko.

"Hey, apa yang kau lakukan." mungkin karena kaget (Name) dengan patuh mengikuti tanpa menepis tangannya.

'Aku tak berniat melakukan ini, tubuhku bergerak dengan sendirinya.' semua berjalan begitu saja hingga Yoo Jonghyuk sendiri terkejut dengan tindakannya.

"Yoo Jonghyuk-ssi."

Seakan tersadar Yoo Jonghyuk menoleh kearah asal suara. Tinggi mereka berbeda (Name) harus mendongak keatas untuk melihat wajah orang yang tiba-tiba menariknya itu.

"Kau merasa bersalah bukan?"

"Apa?"

(Name) membulatkan matanya pada pertanyaan yang tak terduga. Setelah beberapa saat dia meronta dan berhasil melepaskan tangan Yoo Jonghyuk dilengannya.

"A-apa yang kau bicarakan begitu tiba-tiba." seakan tertangkap basah wajahnya memerah karena malu.

"Saat itu diambang pintu kau mencoba untuk menghentikanku bukan. Disitulah aku melihat ekspresi wajahmu yang sangat bersalah saat melihatku."

'Jadi waktu itu dia melihatnya.' (Name) menunduk karena semakin malu, seluruh wajahnya bahkan sampai lehernya merah padam. Mengetahui bahwa tebakannya benar Yoo Jonghyuk yang melihat itu menyeringai.

"Kemana hilangnya image manager cantik yang arogan itu? Yang kulihat sekarang hanyalah wanita yang sedang malu-malu..."

"Baik-baik berhenti bicara. Cepat katakan apa yang kau inginkan." begitulah awal mula kejadian terotoan pohon bunga.

Next...

I See It (ORV x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang