Chapter. 5

967 210 12
                                    

(Tak seru kan kalau cuman kabur saja? Mari kita naikkan suasananya.)

Ctak.

[Tingkat kesulitan skenario telah diubah.]

[Tingkat kesulitan skenario: E -> D]

'Sial, aku paling benci mayat hidup.' kami yang tertinggal dibelakang terpaksa berhenti karena didepan banyak mayat-mayat yang dihidupkan kembali.

Sejenak aku melupakan sesuatu, kepalaku langsung mendongak ke atas dan melihat mulut moster yang ternganga lebar.

"Semuanya tiarap" aku berteriak untuk memperingatkan mereka.

Woos.

Kraaak.

Mulut moster itu datang dan memakan sisa jalan yang belum kami lewati. Tubuh ku terlempar lebih jauh dari yang lainnya dan menabrak pembatas jalan. Rasa sakit yang belum pernah ku rasakan merambat diseluruh tubuh.

[Kerusakan tubuh inkarnasi mencapai lebih dari 20%]

Aku duduk bersandar pada pembatas jalan, tak jauh didepan ku ada Kim Dokja yang berdiri menatap jembatan yang runtuh. Sementara dua orang lainnya datang menghampirinya.

[Seseorang menerima berkat konstelasi]

Ah, aku tau ini adalah jambatan yang hanya bisa diseberangi dengan orang berjumlah genap. mereka menyebutnya 'Deus ex machina'.

Swoost.

Tersentak.

Tubuhku reflek menunduk ketika sebuah kepalan tangan melaju kencang ke arah wajah ku. Tunggu... Bukankah dia remaja yang waktu itu memohon pada Kim Dokja, sial aku lupa namanya tapi kurasa dia tokoh yang cukup penting.

Grrrh.

Buak.

"Enyah kau sialan." aku menendang tubuh mayat remaja itu dan berlari ke arah Kim Dokja. Tapi sialnya dia mengejarku bersama dengan mayat lainnya. Ditengah jembatan runtuh itu aku melihat Yoo Sangah dan Han Myungoh menyebrang meninggalkan Kim Dokja. Adegan paling konyol yang merusak suasana, aku tak menyangka dapat melihatnya dengan kedua mataku sendiri.

Srak.

"Akh."

Aku lengah sesaat, mayat itu berhasil melukai bahu kanan ku. Darah merembes keluar dengan rasa sakit yang menyengat, tubuhku bergetar karena belum pernah merasakan sakit seperti ini.

"(Name), bahu mu." Kim Dokja meraih tangan ku yang tak terluka.

"Ugh, Abaikan itu." kenapa dia harus peduli. Aneh sekali Kim Dokja yang berada didepanku ini. Aku yakin dia tak mengharapkan siapa pun hidup selain karakter dari novel dan dirinya sendiri saat ini.

Kim Dokja mengangguk dan mulai berlari kearah jembatan.

[Warning!]

Deg.

Tiba-tiba saja jantungku sangat sakit, seperti benda tumpul berusaha menusuk dadaku. Tubuhku menjadi lemas dan ambruk begitu saja.

'Apa yang terjadi?'

Kim Dokja menatapku dengan heran, namun para mayat itu tak memberi jeda sedikitpun. Mereka mulai menyerang bersama-sama. Aku tak bisa menggerakkan tubuhku saat ini dan sepertinya Kim Dokja tau apa yang terjadi, dia langsung pergi menghadapi para mayat itu sendirian.

[Skill ◼◼◼ lv.??? diaktifkan.]

Wuuus.

Angin kencang berhembus dari Kim Dokja. Aku dapat melihat sebuah buku besar dibelakangnya serta begitu banyak layar yang bermunculan disekitarnya.

I See It (ORV x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang