1. Memilih pergi

911 207 99
                                    

Senan melangkahkan tungkainya dengan tergesa memasuki area club yang bernama 'Night Club' tempat dimana mungkin saja disanalah sang kakak berada. Tangan Senan terkepal sangat kuat, matanya menyiratkan kilau amarah membuat siapapun yang melihatnya akan menunduk takut.

Tepat di sebuah ruangan bertuliskan 'VIP' di depan pintunya, langkah Senan pun terhenti. Tanpa mengatakan apapun ia langsung memasuki ruangan tersebut. Meskipun ruangan itu memiliki akses khusus untuk di masuki, namun bukan Senan namanya kalau tidak bisa memasuki ruanga tersebut.

Yah, dengan lihai nya Senan mengambil key card dari salah satu pegawai club yang sempat mengobrol dengan dirinya saat di bawah tadi sembari menggali informasi lebih dalam lagi dan tanpa sang pegawai sadari bahwa Senan diam-diam sudah mengambil key card untuk akses menuju ke ruang VIP tersebut. Ya, anggaplah itu salah satu keahlian khusus yang Senan miliki disaat kakak iparnya yang brengsek itu selalu mengatakan bahwa Senan itu anak yang tidak berguna, anak sial dan anak penyakitan.

BRAK!!! Dengan sangat keras Senan menendang pintu ruang VIP tersebut. Seketika wajahnya memerah, menandakan bahwa emosinya sudah sampai pada puncaknya.

Bagaimana Senan tidak emosi dan marah, saat ini tepat di depannya sang kakak tengah di paksa untuk membuka bajunya. Bahkan om-om genit yang haus akan nafsu itu sudah berhasil membuka baju yang membalut tubuh sang kakak, yang tak lain adalah Maudy. Namun Maudy dengan sekuat tenaga mempertahankan bajunya yang sudah robek agar tidak terlepas dan masih menutupi tubuh bagian depannya meski underware nya sudah terlihat.

"S-senan," panggil Maudy diiringi dengan air mata yang mengalir.

"BANGSAT!"

Tanpa menunggu lama Senan langsung menghajar ketiga pria yang sudah berumur itu dengan amarahnya yang sudah tidak bisa di kontrol lagi.

BUAGH!

Senan menendang kepala si pria yang menarik-narik celana sang kakak.

BUAGH!

Senan melayangkan pukulan yang sangat keras di wajah si pria yang mencoba untuk melepaskan baju sang kakak dengan paksa.

BUAGH!

Dan sekali lagi Senan memberikan tendangan keras pada perut si pria yang berani-beraninya sudah melecehkan sang kakak.

BUAGH!!! BUAGH!!! BUAGH!!!

Belum puas, Senan kembali melayangkan beberapa pukulan pada pria-pria itu sampai ketiga pria tua itu tak berdaya.

"Senan udah," ucap Maudy.

"Dasar om om ga tau diri! Anjing kalian semua! Berani-beraninya lo semua sentuh kakak gue bangsat!" amuk Senan pada ketiga pria itu.

Setelah puas mengeluarkan amarahnya, Senan langsung berjalan menghampiri sang kakak sembari membuka jaket denim usang nan lusuh yang membalut tubuh kurusnya. Lantas ia pun memakaikan jaket itu pada sang kakak hingga tersisa kaos hitam longgar yang membalut tubuh Senan.

"A-adek.." Maudy langsung saja memeluk tubuh sang adik dengan sangat erat seraya terisak pilu.

"Gapapa teh, Senan disini," ujar Senan seraya mengusap lembut punggung sang kakak.

"M-maaf dek.. maafin teteh.." isak Maudy.

"Bukan salah teteh, semua ini salah si Yadi bajingan keparat itu!"

Pelukan kakak dan adik pun terlepas, lalu Senan menyeka air mata di pipi sang kakak dengan lembut. Dan tak lama ia dapat mendengar dari lantai bawah sudah ada beberapa orang yang berlari menuju ruang VIP.

I'm Senan [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang