Sudah sekitar 15 menit berlalu sejak Senan menelpon temannya menggunakan ponsel si mbak cantik yang tiba-tiba dengan baiknya menawarkan ponsel miliknya agar bisa di gunakan oleh Senan untuk menelpon temannya itu. Sembari menunggu Senan yang masih mengobrol dengan temannya, si mbak cantik pun mulai membuka obrolannya dengan Maudy.
"Baru pertama kali ke Jakarta, mbak?" tanya si mbak cantik itu ramah sekali seraya menunjukan senyumnya.
"Iya mbak, saya dari Bandung," jawab Maudy, tak lupa ia pun membalas senyum si mbak cantik.
"Nama saya Bella Belvania, panggil aja saya Bella jangan pake mbak ya hehe," ucap si mbak cantik yang ternyata bernama Bella itu seraya mengulurkan tangannya pada Maudy.
"Saya Maudy, panggil aja Maudy," sahut Maudy seraya menerima uluran tangan itu.
Bella mengangguk paham, "tapi kayanya kurang sopan deh kalau aku panggil nama aja?"
"Senyaman nya kamu aja Bel, kamu juga sepertinya jauh lebih muda dari saya jadi kalaupun mau panggil mbak juga boleh."
Bella kembali mengangguk seraya menunjukan senyum manisnya, lalu ekor matanya melirik pada Senan, "eung, dia..?"
Mengerti akan arti tatapan dari Bella, Maudy pun kembali menunjukan senyumnya, "namanya Senan, dia adik saya," ucapnya.
"Oh gitu ya."
Tak lama dari itu, Senan pun sudah selesai dengan kegiatan menelponnya.
"Ini mbak, makasih ya, maaf lama nanti pulsanya saya ganti," ujar Senan sopan namun dengan ekspresi wajahnya yang datar nan dingin. Tak lupa ia memberikan ponsel itu pada pemiliknya.
"Eh gapapa kok, saya seneng bisa nolong mbak Maudy dan juga Senan," sahut Bella tersenyum manis pada Senan namun yang di senyumi malah langsung memalingkan wajahnya.
"Gapapa Bella, biar nanti saya ganti aja pulsanya, ga enak tadi kan adik saya udah ikut nelpon lama lagi, pulsanya pasti abis," imbuh Maudy yang merasa tak enak.
"Ih udah gapapa mbak Maudy, saya ikhlas kok hehe."
"Tapi–"
Ucapan Maudy langsung terhenti saat hujan turun begitu saja dengan sangat derasnya.
"Yaah hujan, pantes dari tadi udah mendung," gumam Maudy.
Senan yang mendengar gumaman sang kakak pun menyahuti dengan pelan, "gapapa teh, bentar lagi A' Candra sama Barry bakal jemput kita disini."
Bella yang melihat kakak dan adik itu pun tak tega, entah kenapa ada dorongan dalam hatinya yang ingin sekali membantu Maudy dan Senan. Padahal sebelumnya ia tak pernah membantu orang lain secara personal seperti ini.
"Eum, mbak Maudy, Senan, kalau kalian mau.. um gimana kalau kalian berteduhnya di rumah saya aja? Rumah saya deket kok dari sini," tawar Bella.
Maudy dan Senan tak langsung menjawab, keduanya saling pandang sejenak.
"Jangan, kita ga tau apa dia beneran tulus mau tolong kita atau ada maksud dan tujuannya. Jangan-jangan dia sikopet lagi," ucap Senan pelan pada sang kakak masih dengan raut wajahnya yang datar.
"Dek, ga boleh ngomong gitu ah ga baik, apalagi sama orang yang udah baik mau nolong kita," tegur Maudy.
Bella yang masih bisa mendengar percakapan keduanya pun terkekeh pelan, "saya bukan orang jahat kok, kalau ga percaya kamu boleh search di google Belv Group, itu perusahaan ayah saya–"
"Mbak ini mau niat sombong apa gimana? Tapi maaf saya ga tertarik dan saya ga punya handphone untuk search Bel Bel Group itu," ucap Senan membuat Bella langsung merasa tak enak hati, karena maksudnya bukan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Senan [HIATUS]
Fanfiction[Sequel of He Is Orion] Aku ingin dianggap ada tapi bukan sebagai pengganti. Aku ingin di sayang tapi bukan sebagai dia. Kami memang sama, tapi aku bukan dia. Aku Senan yang ingin bahagia.