8. Siapa aku?

937 189 89
                                    

Kedua netra indah milik Senan perlahan mulai mengerjap menyesuaikan dengan cahaya lampu dari kamar yang menyoroti penglihatannya. Setelah semuanya terlihat jelas, nampak kernyitan heran di kedua alisnya.

"Lha gue dimana ini?" gumamnya.

Senan yang merasa ada sesuatu yang bertengger di hidung mancungnya pun lantas mengangkat tangannya untuk menyentuh benda itu. Tanpa Senan sadari tangan yang baru saja ia gunakan untuk menyentuh benda yang ada di hidungnya itu masih terhubung dengan selang infus.

"Selang oksigen? Kok bisa, ini gue di rumah sakit apa gimana," Senan semakin di buat heran saat menyadari bahwa tangannya terhubung dengan selang infus.

Perlahan ia merubah posisi tidurnya menjadi duduk, dan saat itu lah rasa sakit mulai menyerang kepalanya, namun hal itu masih Senan anggap wajar.

"Gue dimana?" Ia mengedarkan pandangannya menatap ke seluruh ruangan yang di dempati saar ini. Kosong, tak ada siapapun disini selain Senan seorang diri.

"Ini ga mungkin rumah sakit, kalau pun iya gila sih ini udah termasuk ruangan VVVVVIIIPPP, duh mana gue ga ada duit, buat cuci darah aja gue masih pake duit haram, makanya gue ga sembuh-sembuh. Terus buat bayar ini gimana? Gue harus ngebegal bank kali ya?"

Senan masih mengedarkan pandangannya, hingga tatapannya berhenti tepat di sebuah bingkai foto berukuran besar yang menempel di atas dinding layar TV besar. Dan hal itu membuat kedua alisnya semakin mengernyit, terheran-heran.

"Lha kok ada foto gue nying?!" pekik Senan heboh tanpa sadar.

"Sejak kapan gue di foto kaya gitu?! Dan sejak kapan rambut gue ikal anjir?!" Senan mulai menyentuh rambutnya, "masih lurus, kasar, lepek, dan ga hurung ga bandung kok alias rambut gue masih blonde."

Senan terdiam sejenak, termenung memikirkan sesuatu. Namun tak lama,

DEG! Jantung Senan seketika berdegub kencang saat pikiranya kembali pada kejadian beberapa hari ini yang mana orang-orang yang menurut Senan aneh itu, selalu memanggilnya dengan sebutan 'adek' atau dengan nama 'Orion'.

"A-apa dia itu O-orion? Gak, g-ga mungkin.."

Entah kenapa ada rasa sakit yang teramat saat Senan mengucapkan nama itu. Kenapa? Kenapa wajahnya mirip sekali dengan dirinya? Senyum lebar itu, mirip sekali dengan senyum lebar milik Senan yang hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melihatnya. Sebenarnya siapa Orion itu? Atau siapakah dirinya sebenarnya?

Kini Senan paham kenapa orang-orang yang menurutnya aneh itu memanggilnya dengan nama 'Orion' karena wajahnya memang sangat mirip dengan Orion. Hanya rambut saja yang membedakan antara keduanya, jika Orion yang ada di foto itu berambut ikal dan berwarna coklat alami, sedangkan rambut Senan berambut lurus dan sebenarnya rambutnya juga sama warna coklat alami hanya saja Senan mewarnai rambutnya menjadi blonde, soalnya ga hurung ga bandung ceunah.

"A-apa maksud dari semua ini? Kenapa lo bisa semirip itu sama gue, R-rion?" lirih Senan tanpa sadar ada air mata yang menetes di kedua pipi tirusnya.

Ah memikirkan siapa Orion atau siapa dirinya sebenarnya membuat kepala Senan kembali berdenyut nyeri.

Hingga tak lama, dapat ia dengar ada suara langkah kaki yang akan menghampiri ruangan tempat dimana Senan berada sekarang. Lantas Senan pun buru-buru membaringkan tubuhnya kembali serta memejamkan kedua netranya.

Cklek! Dan benar saja tak lama dari itu pintu kamar pun terbuka.

Lalu terlihat lah seorang laki-laki dewasa yang tampan nan gagah memasuki kamar itu. Dia adalah Arsen.

Sebelum mendekat ke arah ranjang dimana Senan masih tertidur disana atau lebih tepatnya pura-pura tertidur, Arsen menatap tubuh yang terbaring itu dengan lekat. Ada sedikit ragu di hatinya kala ingin mendekat kesana, namun setelah memantapkan hatinya, perlahan Arsen pun melangkahkan tungkainya mendekati ranjang.

I'm Senan [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang