Setelah menempuh perjalan hampir setengah jam lamanya di karenakan jalanan sedikit macet, kini Senan dan Chandra sudah berada di area parkiran motor di salah satu rumah sakit besar nan sangat terkenal yang ada di Jakarta.
"A, lo serius?" tanya Senan seraya membuka helm yang ia pakai, tak lupa matanya menatap pada bangunan rumah sakit yang terlihat sangat sangat besar.
"Ha? Gak lah nanti dulu, hidup masih kacaw udah seriusin cewek aja," jawab Chandra yang tengah sibuk memarkirkan motornya.
Senan yang mendengar jawaban tersebut mendelik malas, lalu ia pun membuka helm yang menutupi kepala Chandra.
"Bukan serius itu A."
"Lha? Terus apaan dong?" tanya Chandra yang kini sudah berdiri di samping Senan.
"Serius deh A, mending kita pulang aja dah, cuci darahnya next time aja dah," jawab Senan membuat Chandra mengernyit heran.
"Kok pulang sih, Sen? Mana ada next time next time, ya ada sih next time kesini lagi sih kalau udah masuk jadwal cuci darah rutin lo."
"Ini rumah sakit besar banget, udah mending kita pul–"
"Nah nah kan! Lo ngeremehin gue lagi!" potong Chandra.
"Ck, bukan gitu maksud gue, tap–"
"Udah lo diem aja, nurut sama Aa Chandra yang ganteng banget ini okay!" ucap Chandra seraya menggandeng lengan Senan, lalu membawanya menjauhi area parkir motor.
"Gantengan knalpot motor lo A."
"Hahahaha lawaknya leh ugha, dah ayo kita masuk ke dalam! Letttttt's goooooooo!"
"Gila ya lu A, ngajak masuk gue ke rumah sakit kaya ngajak masuk dupan."
"Okay anggap aja ini dupan! Yuk, Berang-berang makan–"
"Udah siang, berang-berang masih makan ketupat aja? Ga ada yang lain apa?"
"Dah lah anjeng gue ga jadi pantun! Ayo kita masuk ke dalam! Ikan Hiu makan tomat–"
"Wih cakep dah tuh Hiu vegetarian makannya tomat."
"Serah lu dah Sen, seraaaah! Gue capek hiks.."
••
Sudah hampir 3 bulan Aletta bekerja di rumah sakit 'Nataprawira International Hospital' atau biasa disingkat NIH, dan biasanya di baca "ENHAI" biar lebih simple, yang mana rumah sakit itu adalah salah satu rumah sakit milik keluarga Nataprawira, dan rumah sakit itu yang dulu sering sekali di datangi oleh sang adik bungsu untuk berobat. Terlihat saat ini Aletta tengah berada di area lobby rumah sakit, si cantik terlihat tengah berjalan menuju lounge rumah sakit untuk membeli kopi di lounge tersebut.
"Mas, Ice Berg Coffe biasa ya, less sugar," ujar Aletta pada sang barista di lounge tersebut.
"Siap mbak Al."
Setelah selesai memesan, Aletta memilih untuk berkutat dengan ponselnya hingga tak perlu menunggu waktu lama kopi yang ia pesan pun sudah jadi.
"Ini mbak pesanan Ice Berg Coffe nya, less sugar ya."
"Iya makasih mas."
Aletta pun membayar kopi yang ia beli tersebut. Setelah selesai, si cantik lantas melangkahkan tungkainya untuk kembali ke ruang kerjanya, namun baru saja beberapa langkah, langkahnya harus terhenti saat dokter Arlen yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat di depannya.
"Eh dokter Arlen," sapa Aletta seraya menunjukan senyum manisnya yang terkesan sedikit kikuk?
"Kak Arlen aja Al, ga usah pake dokter," ujar dokter Arlen diiringi dengan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Senan [HIATUS]
Fanfiction[Sequel of He Is Orion] Aku ingin dianggap ada tapi bukan sebagai pengganti. Aku ingin di sayang tapi bukan sebagai dia. Kami memang sama, tapi aku bukan dia. Aku Senan yang ingin bahagia.