Setelah membantu ibu Nadine untuk makan dan minum obatnya sampai si ibu cantik kembali tertidur lelap Senan pun berniat untuk buru-buru pergi dari rumah mewah ini sebelum anggota keluarga Nataprawira yang lainnya pulang. Namun entah mengapa Senan tiba-tiba mengurungkan hal tersebut, ada dorongan dari hatinya untuk tak langsung pulang karena ia harus memastikan sesuatu. Setelah mendapat izin dari maid, disinilah Senan sekarang di salah satu kamar yang pemiliknya sudah pergi sekitar 1 tahun yang lalu. Ya, Senan saat ini berada di kamar mendiang Orion, si bungsu kesayangan Nataprawira.
"Rion.." ia menatap lekat sebuah foto yang ukurannya cukup besar.
"Sorry Ri.." lirih Senan yang masih menatap foto tersebut hingga akhirnya ia menyadari sesuatu.
"Kalung itu kan," melihat kalung yang terdapat dalam foto tersebut Senan pun mengeluarkan kalung miliknya sendiri dari saku celananya.
"Kenapa bisa sama.." ucapnya sangat sangat pelan hingga tak dapat di dengar oleh siapapun termasuk seseorang yang sejak tadi berdiri di balik pintu.
Ya, tanpa Senan sadari sejak tadi ada seseorang yang mengikuti dirinya bahkan ketika Senan masih berada di kamar utama.
"Nggak mungkin, gue sama Rion ga mungkin ada hubungan. Ayo sadar Senan lo tuh bukan siapa-siapa, ini tuh hanya kebetulan yang akan memperkuat khayalan lo, ga bener ini, gue bisa gila lama-lama kalau berhubungan terus sama keluarga kaya ini," Senan masih bermonolog seraya memukul-mukul pelan kepalanya sendiri seolah-olah dengan melakukan hal itu ia akan terbangun dari mimpinya atau tersadar dari khayalannya.
"Lo emang mirip adek gue tapi bukan berarti lo bisa ngaku-ngaku sebagai Orion."
DEG! Mendengar suara tersebut yang sangat tiba-tiba tentu membuat Senan terkejut luar biasa sampai kalung yang ada di tangannya pun jatuh begitu saja. Lantas Senan pun memberanikan diri untuk menoleh pada asal suara. Dapat di lihat oleh kedua netra fox nya ada seseorang yang kini tengah berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Seseorang itu menatap Senan dengan tatapan tajam.
"Maksud lo? Gue ga pernah ngaku-ngaku?" sahut Senan seraya membalikan tubuhnya menghadap seseorang itu.
"Well, pendengaran gue masih berfungsi dengan baik. Dan asal lo tau gue masih bisa denger jelas saat lo bilang kalau diri lo itu Orion di depan ibu gue," ucap seseorang itu yang tak lain dan tak bukan adalah anak ke-empat dari keluarga Nataprawira. Ya siapa lagi dia kalau bukan Zayn Nataprawira?
"Ya kalau lo masih bisa denger dengan jelas seharusnya lo tau kan atas dasar apa gue manggil diri gue sendiri dengan nama Orion? Ibu lo yang manggil gue Orion seolah-olah anaknya yang udah meninggal itu masih hidup padahal jelas-jelas gue– anjing maksud lo apa?! Lepasin tangan gue sat!" Senan memekik keras saat Zayn tiba-tiba menarik lengannya dengan kasar membawanya keluar dari kamar Orion, tak lupa ia juga sempat mengambil kalung tadi yang jatuh dari tangan Senan.
"Lepasin anj– akh!" Senan meringis pelan saat lengannya di hempaskan begitu saja oleh Zayn.
"Wajah lo emang mirip sama Orion, tapi lo bukan Orion. Lo harusnya sadar diri dan tau batasan. Maksud lo apa datang lagi kesini ha? Lo tau ibu gue lagi dalam masa penyembuhan, harusnya lo ga ngaku-ngaku sebagai Orion di depan dia," ucap Zayn menatap nyalang pada Senan.
Sedangkan yang di tatapan menunjukan senyum sinisnya, "ga salah? Hahahahaha, Gue harus sadar diri? Bukannya kalian ya yang harusnya sadar diri? Kalian yang harusnya sadar kalau Orion itu udah meninggal. Bukan gue yang ngaku-ngaku tapi kalian semua terutama ibu lo itu yang ga bisa menerima fakta kalau Orion udah meningga–"
BUAGH! Belum sempat Senan menyelesaikan ucapannya, Zayn lebih dulu melayangkan pukulan telat di wajah Senan hingga sang empunya langsung jatuh terkapar saking kerasnya pukulan Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Senan [HIATUS]
Fanfiction[Sequel of He Is Orion] Aku ingin dianggap ada tapi bukan sebagai pengganti. Aku ingin di sayang tapi bukan sebagai dia. Kami memang sama, tapi aku bukan dia. Aku Senan yang ingin bahagia.