Bab 18

80 7 0
                                    

Sengaja saya bikin pendek. Biar nanti jadinya banyak babnya,🤭







Jangan lupa vote.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi hari ini ada yang berbeda dari jisoo. Gadis cantik itu terlihat lebih bersemangat dan bahagia dari hari hari sebelumnya. Bahkan nayeon sampai menanyakan tentang apa yang terjadi kemarin, namun jisoo hanya membalas dengan sebuah senyuman penuh arti.

Bahkan saat makan siang, kini jisoo tidak lagi berada di depan computer untuk mengerjakan berkas berkas yang masih berada di meja kerjanya, kini ia tiba tiba datang ke meja kerja nayeon dan mengajak gadis ber gigi kelinci itu makan bersama di kantin kantor.

Nayeon pun hanya bisa meng iyakan ajakan jisoo. Karna ia juga senang karna akhirnya temannya itu sudah tidak lagi ter lihat murung seperti biasanya.

Namun, saat sampai di kantin ada banyak sepasang mata karyawan lain yang menatap mereka ber dua. Tidak, mereka lebih menatap ke jisoo dengan tatapan bingung. Karna dari yang karyawan semua tahu, jisoo sangat anti berada di kantin kantor untuk makan. Biasanya gadis itu akan berada di depan computer atau tidak hanya mampir ke kantin untuk ber temu karyawan lain membahas tentang pekerjaan tanpa makan.

Namun sekarang? Gadis itu benar benar berubah. Momen yang sangat tidak terduga menurut mereka. Seluruh karyawan tidak akan pernah melupakan hari ini.

Sedangkan nayeon dan jisoo tampak tidak peduli dengan tatapan para karyawan yang kini menatap mereka yang sedang makan di meja kanti dekat jendela.

Jisoo yang memilih meja kantin dekat jendela itu, katanya sih makan lebih enak jika kita melihat pemandangan.
Sedangkan nayeon hanya bisa nurut nurut saja pada jisoo.

Mereka kini sudah selesai makan, namun tidak ada dari mereka yang ber niat pergi duluan. Jisoo menatap nayeon dengan manik mata yang menyorot kebahagiaan.

"Nay, makasih yah. Gara gara kamu, kemarin aku memberanikan diri untuk berbicara pada adikku. Dan dia mau untuk memperbaiki hubungan ku dan dia." Kata jisoo membuat nayeon juga ikut bahagia mendengarnya.

Nayeon senang bisa membantu temannya itu. Karna dulu, saat nayeon sedang ter puruk waktu mereka ber dua masih bersekolah, jisoo lah yang selalu ada di sampingnya, memberikan banyak motivasi yang membuat nayeon bangkit dan mulai meng ikhlaskan semuanya yang sudah terjadi padanya.

"Aku ikut senang mendenganya jichu-ya." Kata nayeon dengan senyum manisnya yang tidak pernah hilang dari wajahnya.

Mereka kemudian kembali ke meja kerja mereka dengan beberapa canda tawa yang mereka bicarakan antar ke duanya.

Nayeon senang dengan hari ini. Dan nayeon harap, senyuman dan kebahagian jisoo tidak akan hilang lagi. Bahkan nayeon kini ber janji untuk selalu bersama jisoo apapun yang terjadi!.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kalian yakin akan menyusul mereka? Ibu takut kalian kenapa kenapa, nak." Kata seorang ibu yang kini menatap ke dua anaknya yang kini sudah tumbuh besar di depannya.

Anaknya yang laki laki hanya tersenyum tipis sebagai jawaban. Sedangkan sang ibu hanya tersenyum kecut ketika tahu bahwa keberadaannya ternyata masih belum di terima oleh ke dua anaknya.

Berbeda dengan sang kakak yang masih bisa tersenyum ke pada ibunya, gadis itu hanya menatap sinis sang ibu. Gadis itu tentu saja masih tidak bisa menerima kehadiran wanita yang sudah melahirkannya itu.

Tanpa bisa di tahan, ke dua anak itu pergi meninggalkan rumah untuk pergi mencari seseorang yang hilang dari mereka beberapa tahun sebelumnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Eonnie pulang." Kata jisoo setengah ber teriak ketika memasuki apart. Ia sengaja sedikit ber teriak agar jennie dapat mendengarnya.

Jennie yang mendengar suara jisoo dari dalam kamar segera keluar untuk menghampiri sang kakak. Jennie mengambil tas yang jisoo bawa kemudian ia taruh di tempatnya. Ia kembali lagi ke jisoo setelahnya.

Jisoo tersenyum tipis melihat perhatian jennie kepadanya.

"Bagaimana hari ini kak? Apakah melelahkan?" Tanya jennie lagi.

Jisoo menggeleng menanggapi, sedangkan jennie kini kebingungan memiringkan kepalanya sedikit agar jisoo tahu bahwa dirinya kebingungan. Jisoo terkekeh gemas melihat tingkah jennie.

"Ayo kita memasak. Aku sudah lapar." Ajak jisoo yang langsung di angguki jennie.

Mereka kemudian memulai memasak ber dua dengan sesekali tertawa karna salah satu memberikan candaan. Kini, jennie lebih terlihat bersemangat.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Gak bisa gitu dong!."

"Nurut atau mau saya buat gadis yang kau anggap sebagi orang tua itu menderita?"

"BERENGSEK!"

.
.
.
.
.




.Jangan lupa vote.

BUNDA DAN MAMA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang