11. Open to Each Other

128 16 1
                                    

Ternyata bukan hanya bagian wajah Jennie yang memerah tetapi pergelangan tangan serta kakinya .

Setelah mendapatkan obat yang bisa mengurangi reaksi alerginya , Jennie sebelumnya meminta Jisoo untuk mengompresnya .

Tetapi yang terjadi adalah , Lisa yang melakukannya, sekali lagi Jennie tersenyum di dalam hati saat melihat Lisa menggenggam tangannya , menepuk handuk kecil yang telah dibasahi oleh air dingin pada tangannya .

'Apakah aku harus bersyukur sekarang?' Tanya Jennie di dalam hati . Melihat ekspresi serius dan bersalah di wajah Lisa , menurutnya adalah hal yang lucu . Setidaknya kali ini , saat dia menderita dia melewatinya dengan Lisa .

"Maaf-"

"Apa kau melihat ada yang berkurang dari kemerahan yang ada ditubuh ku ketika kau melepaskan kata maaf dari bibir mu ?" Jennie jengah akibat kata yang berulang dengan maksud yang sama dari mulut Lisa .

Pada saat ini , mereka sedang berada di dalam mobil ketika mobil tersebut masih di dalam parkiran bawah tanah . Tentu saja dibagian depan , kedua asisten tersebut juga berada disana dan mendengar seberapa banyak Lisa meminta maaf .

"Maaf-"

Jennie merasa frustasi , tetapi Lisa segera menjelaskan "Aku meminta maaf untuk keluhan yang baru saja kau ungkapkan, aku tau meski itu tidak mengurangi sedikit pun penderitaan mu . Tetapi aku terus merasa bersalah sehingga aku mengucapkan itu terus menerus"

Jennie mengerti  , lalu dengan santainya menyentuh tangan Lisa yang berada di atas tangannya dengan memberikan tepukan kecil "Itu karena kau tidak tau aku alergi terhadap suatu hal , bukan salah mu . Jadi berhentilah meminta maaf , jika kau merasa bersalah . Menebusnya dengan cara seperti ini sudah sangat cukup Lisa"

"Beruntung kau tidak harus mengompres di bagian sensitif , bayangkan bagaimana rasa bersalah mu tidak akan hilang karena tidak bisa melakukannya di bagian itu" Jisoo entah bagaimana bisa mengatakan hal-hal seperti ini , membuat Jennie dan Lisa menatapnya lalu tertegun "Kecuali jika kalian adalah pasangan yang sesungguhnya , aku yakin itu bukanlah masalah"

'Aku bahkan belum memeriksanya' Jennie melirik bagian dadanya tanpa Lisa ketahui , tapi ternyata dia salah , mata dari orang yang duduk disebelahnya melihatnya tanpa sengaja.

Karena dari sudut matanya Jennie melihat Lisa meliriknya , Lisa mencoba bertanya dengan nada takut serta bersalah "Disana tidak ada bukan ?"

Jennie menegakkan kepalanya , memperhatikan Lisa dengan mata tajam "Ya! Kalau pun ada , aku tidak akan membiarkan mu mengompresnya !"

Lisa tau dia tidak seharusnya bertanya , jadi dia menjawab "A-aku hanya bertanya karena khawatir"

*****

Karena rasa bersalah yang masih menumpuk di hatinya , Lisa memutuskan untuk mengantarkan Jennie kembali pulang .

Dia bahkan meminta maaf karena merusak hari mereka , beruntung saat ini Appa Jennie tidak ada di rumah , sehingga Lisa sedikit terselamatkan dari amukan yang mungkin di tumpahkan ayah dari wanita bermarga Kim tersebut.

Namun meski begitu , Jennie masih memiliki ibu . Melihat rasa khawatir wanita tersebut , Lisa semakin merasa bersalah "Aigo , putri ku"

"Eomma , kenapa kau bereaksi berlebihan . Aku sudah terbiasa menghadapi ini" Sama seperti jengahnya Jennie mendengar Lisa meminta maaf . Sang ibu juga tidak berhenti untuk mengatakan bahwa dirinya begitu khawatir "Aku tau , tapi sudah sangat lama sejak terakhir kali kau mengalaminya" biar bagaimanapun seorang ibu akan selalu mengkhawatirkan anaknya bukan ?

"Lisa-ya , mulai sekarang kau harus tau apa yang Jennie bisa makan , dan tidak hm . Jangan menyusahkan calon istri mu" Eomma Jennie berbalik badan untuk melihat Lisa yang masih berada di dalam kamar anaknya tanpa berbicara sepatah kata pun .

Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang