12. Choice

243 23 2
                                    

Setelah mengetahui siapa yang di sukai oleh Jennie , pikiran Lisa akhirnya terbagi . Dia memikirkan bagaimana bisa Jennie begitu ikhlasnya atas apa yang di dengarnya dari Lisa saat mereka akan di jodohkan .

Sakit ? Itu pasti , tapi Jennie memberitahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah hal yang baik .

FLASHBACK ON

"Jadi siapa orang yang kau sukai ? Bukankah kau mengatakan kita harus terbuka agar kita bisa berhasil ?"

Terlihat memikirkan jawabannya , Lisa mendesak . Mereka tampak akrab , itu karena mereka tidak ingin menjadi canggung satu sama lain .

"Oh ayolah"

"Aku menyukai mu Lisa"

Didalam hati , Jennie sebenarnya takut dengan penuturannya ini . Tapi dia juga ingin tau , apa reaksi Lisa .

Terdiam , Lisa mencoba mengulang di kepalanya . Sedetik kemudian dia tertawa "Kau menyukai ku ? Bagaimana bisa ?"

"Sebelum aku menjelaskan , biarkan aku memberitahu . Bahwa perjodohan ini bukan atas keinginan ku" Jennie menjelaskan sedikit , agar Lisa tidak membencinya . Sepertinya dia harus jujur bahwa dirinya menyukai Lisa , menggunakan rasa bersalah Lisa atas kesabaran Jennie saat melukai hatinya "Dan sejujurnya saat itu , aku sedikit merasa sakit dihati ku"

"Maaf-"

"Tapi tidak masalah , semua orang tentu tidak akan menerima hal ini begitu saja . Di tambah kau sudah memiliki kekasih" Jennie menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan "Aku menyukai mu saat kau masih berada di bangku kuliah" Lisa terkejut kemudian mendengarkan bagaimana cara Jennie bercerita hingga dia bisa menyukai Lisa begitu saja .

Bahkan hingga saat ini , perasaannya sama sekali tidak berubah meski orang yang di sukainya tak pernah lagi nampak "Terkadang di dalam setiap jumpa pers atas karya mu yang baru , aku selalu menunggu kau untuk di wawancarai"

Seperti itu , melihat betapa cerianya Jennie saat memberitahu betapa dirinya menyukai Lisa , membuat Lisa terkagum . Di tambah dia sama sekali terlihat tidak mengambil hati atas sikap Lisa , memilih untuk membantu Lisa .

"Tapi , jika kau menyukai ku . Bukankah kau seharusnya memanfaatkan fakta bahwa kita di jodohkan ?"

Jennie menggelengkan kepala atas pemikiran Lisa , meski jauh di hatinya dia merencanakan semuanya . Dia sungguh tidak rela jika Lisa harus menjadi milik orang lain "Semua yang di paksakan tidak akan menjadi baik , seperti contoh kecil . Kau pasti sedang bertengkar dengan Appa mu karena kalian saling memaksa satu sama lain . Apa perasaan kau baik-baik saja setelah mendengar kau di jodohkan dengan ku? Apa perasaan Appa mu baik-baik saja setelah mendengar mu memaksa untuk menikah dengan Angelie ?"

"Tapi perasaan mu juga tidak baik-baik saja bukan Jennie"

"Hm , kau benar . Tapi aku yakin, itu hanya sementara , lagi pula melihat mu tersiksa jika memaksakan untuk bersama ku juga tidak akan membuat ku merasa bahagia , ditambah pikiran mu pasti juga tidak akan terfokus pada ku , bukan hal yang tidak mungkin kau jadi membenci ku karena aku memaksa semuanya , aku tidak ingin semua hal menjadi buruk"

Setelah mendengar perkataan Jennie , Lisa terdiam untuk sejenak , sebelum tersenyum "Maaf Jennie , tapi aku menolak ini bukan karena kau"

"Ya aku tau , tidak perlu di jelaskan" melihat senyum Jennie . Perasaan Lisa menjadi tidak enak , tapi dia tidak tau harus melakukan apa selain mengatakan

"Aku yakin akan ada yang lebih baik dari ku yang bisa kau sukai"

FLASHBACK OFF

Lisa merebahkan dirinya, memandang langit-langit dengan pemikiran yang kompleks .

Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang