4

6.6K 295 3
                                    

Cerita ini hasil pikiran dan buatan saya!

Kalau ada kesamaan tokoh, alur, latar, dll itu murni ketidaksengajaan.

Follow Instagram Tara juga yaa @Bumantara18

Happy Reading!!

🐒

Tak terasa sudah 8 tahun Nasyta meninggal dan selama itulah Sheina tinggal bersama keluarga Ken sejak kejadian Kian yang hendak menyeretnya pergi. Kesedihan Sheina tentu belum hilang, namun gadis itu sangat pandai menyembunyikan perasaannya agar tidak membuat khawatir Ken dan keluarganya.

Kini, dia sudah tumbuh menjadi gadis remaja periang dan penuh dengan senyuman. Namun, siapapun yang menatap lekat matanya pasti tau bahwa senyuman yang selama ini dia tebar itu hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kesedihannya.

Sore ini, Sheina tengah berasa di pinggir lapangan basket sambil menikmati es krim dengan Ken yang duduk di sebelahnya. Ken memaksa dirinya agar menemani lelaki itu latihan basket di taman yang memang ada lapangan untuk bermain basket.

"Lo gak main lagi sama mereka?" Tanya Sheina membuat Ken menoleh ke arahnya.

"Capek ah, dari tadi lari mulu. Mending duduk disini aja, enak adem." Lelaki itu langsung merebahkan tubuhnya ke atas rumput.

Sheina membuka tas, lalu mengambil sebotol air mineral dan memberikannya ke Ken. "Minum dulu nih."

Ken mengubah posisinya menjadi duduk dan menenggak air tersebut hingga tersisa setengah. Anak itu menatap es krim di tangan Sheina yang tampak menggiurkan.

"Bagi Shei," Pinta Ken.

Sheina menatap Ken dan es krim miliknya secara bergantian. "Bekas gue. Lo beli lagi aja, abangnya belom pergi kok."

"Lo mau lagi gak?" Tanya lelaki itu sembari bangkit dan membersihkan pakaiannya.

Gadis itu menatap Ken sinis. "Lo mau buat gue beku?"

Ken terkekeh sembari mengacak rambut Sheina hingga berantakan. Setelah itu, dia berlari secepat mungkin sebelum Sheina mengamuk.

"KEN!"

Sheina berdecak kesal, gadis itu melahap cone es krim yang tersisa lalu merapikan ikatan rambutnya.

"Sepertinya kamu menikmati hidupmu ya?"

Sheina langsung menoleh mendengar suara yang tak asing di belakangnya. Dirinya langsung berdiri dan mundur beberapa langkah menjauhi orang tersebut.

"Kenapa menjauh, hm? Gak kangen sama Tante?" Kian tersenyum sembari mendekat ke arah Sheina.

"Kenapa Tante bisa ada di sini?" Tanya Sheina mencoba menyembunyikan ketakutannya.

Kian mengangkat sebelah alisnya lalu tertawa. "Kenapa? Ya tentu aja kangen sama keponakan sendiri."

Tangan wanita itu mengelus rambut Sheina. "Sepertinya keluarga itu merawatmu dengan baik ya? Ck! sayang sekali, seandainya waktu itu saya berhasil membawa kamu setidaknya keberadaan kamu itu bisa berguna."

"Oh ya, kenapa setelah kejadian itu mereka gak ngusir kamu? Padahal kamu hampir membuat mereka kehilangan anaknya," lanjut Kian tersenyum miring.

Sheina menepis tangan Kian dengan kasar. "Bukan aku! Itu karena perbuatan Tante, waktu itu Anda yang mendorong Ken ke jalan raya sampai dia ditabrak mobil yang melintas."

"Saya gak akan lakukan itu kalau waktu itu kamu mau ikut saya tanpa paksaan terlebih dahulu, kamu yang berteriak memanggil dia untuk minta pertolongan! Emang dasarnya kamu itu pembawa sial sejak dari dalam kandungan! Orang-orang yang ada di dekat kamu pasti selalu kena musibah."

SheinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang