16

5.5K 235 22
                                    

Cerita ini hasil pikiran dan buatan saya!

Kalau ada kesamaan tokoh, alur, latar, dll itu murni ketidaksengajaan.

Follow Instagram Tara juga yaa @Bumantara18

Happy Reading!!

🐒

Gila! Benar-benar gila!

Ken tak habis pikir setelah mendengar penjelasan dari dua orang di depannya. Hey, kakak mana yang tega menusuk adiknya sendiri?! Sungguh mengejutkan! Jika ia tau dari awal keluarga Sheina tak benar, ia tak akan pernah menyuruh Sheina untuk menemui mereka dan sebisa mungkin menyembunyikan gadis itu dari mereka.

Yang bener aja, ia sudah susah payah melindungi Sheina dari Tantenya eh malah pria itu dengan seenaknya datang menyakiti Sheina. Sial! Setelah ini ia tak bisa membiarkan mereka ada di sekitar Sheina.

"Wah, gak waras saudara kalian!" Entah sudah berapa kali Ken mengatai Calvin tak waras.

"Emang dia gak waras, gue saudaranya aja mengakui kalau dia gak waras. Udah hilang akal," timpal Gasta.

"Gasta!" Tegur Aarav.

"Fakta kak," Sahut Gasta santai.

Ken mengacak rambutnya kasar. "Saya gak mau tau, pokoknya setelah ini saya harap kalian jangan pernah temui Sheina lagi."

"Lah? Gak bisa gitu dong, lo siapa main nyuruh gitu aja?" Gasta berkacak pinggang tak terima dengan pernyataan Ken.

"Ck! Gue udah berusaha sopan, malah dia songong duluan," Gumam Ken pelan.

Ken menatap tajam Aarav dan Gasta secara bergantian. "Gak kebalik? Harusnya gue yang tanya gitu, kalian siapa dan punya hak apa sampe bikin temen gue luka?"

"Kejadian ini diluar kendali kami, saya sendiri juga gak menginginkan hal ini terjadi," ungkap Aarav menunjukkan wajah penuh sesal.

Ken memutar bola matanya malas. "Basi banget. Udah hilang respect gue ke kalian, gue pikir dengan kedatangan kalian, Sheina bisa bahagia. Tapi nyatanya?"

"Jelas gue gak terima sama apa yang dialami Sheina. Gue dan keluarga gue udah susah payah melindungi dia sejak Bundanya meninggal. Kalian baru muncul beberapa hari aja udah buat Sheina terluka kayak gini. Lo pikir gue sudi melepas Sheina buat ikut kalian?" Ken menatap mereka sinis seraya mengangkat sebelah alisnya.

"Kita keluarganya, kamu sebagai temannya gak punya hak buat melarang."

Mendengar perkataan Aarav, seketika tawanya mengudara. "Keluarga? Anda gak malu ngomong kayak gitu? Sekarang coba jawab pertanyaan saya, keluarga mana yang tega bersenang-senang disaat anggota keluarga yang lain tengah berduka? Keluarga mana yang tega membiarkan seorang anak kecil menunggu dan berharap tanpa kepastian sampai dia tumbuh besar? Dan terakhir, keluarga mana yang tega menyakiti anggota keluarga yang lain?"

Aarav dan Gasta termenung mendengar rentetan pertanyaan yang diajukan Ken.

Ken tersenyum miring melihat keduanya diam tak berkutik. "Saya memang gak punya hubungan darah sama Sheina, tapi saya kenal dia dari kecil dan bahkan udah 8 tahun tinggal dalam satu rumah. Kalian tau gak gimana beratnya dia tetap melangkah saat udah kehilangan pijakannya? Tau gak berapa keras usahanya mengobati trauma ngeliat Bundanya kecelakaan di depan matanya sendiri? Tau gak gimana parahnya perlakuan Tantenya sendiri ke dia?"

"Dan hal yang mungkin mengejutkan bagi kalian, dia bahkan sudah lebih dulu tau siapa anggota keluarganya tapi tetep milih bungkam karena takut menghancurkan keluarga kalian yang harmonis itu. Gak tau kan? Kayak gitu Pantes disebut keluarga?"

SheinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang