Cerita ini hasil pikiran dan buatan saya!
Kalau ada kesamaan tokoh, alur, latar, dll itu murni ketidaksengajaan.
Follow Instagram Tara juga yaa @Bumantara18
Happy Reading!!
🐒
Seorang pria masuk ke dalam ruang pribadinya. Aarav, pria yang berprofesi sebagai dokter bedah di rumah sakit milik keluarganya melepas jas kebanggaannya lalu duduk bersandar mengistirahatkan tubuhnya. Jadwal operasi hari ini benar-benar padat. Ia bahkan hanya sempat mengisi perutnya dengan roti dan air putih.
Aarav memijat pelipisnya, pikirannya sangat kacau. Sejak Bundanya pergi, dia sama sekali tidak pernah melihatnya lagi karena sang Ayah memblokir seluruh aksesnya. Namun sekarang, ia saat sudah memiliki sedikit kekuasaan dan uang tapi tetap saja tidak bisa menemukan keberadaan mereka.
Rasa rindu kian membuncah dalam dadanya, ah pasti sekarang adiknya sudah tumbuh besar, kan? Ia sangat yakin jika paras sang adik mirip dengan Bunda.
Drrtt drrt drrtt
Ia mengambil ponselnya yang terus berdering. Aarav langsung mengangkat teleponnya begitu melihat nama yang tertera disana.
"..."
"Gue capek banget. Lo aja yang ke sini, gue di rumah sakit."
"..."
Tut
Perut Aarav sudah tidak bisa diajak kerja sama lagi. Dia benar-benar lapar, namun enggan keluar untuk membeli makanan. Akhirnya dia memilih untuk memesan makanan secara online.
Aarav meletakkan ponselnya setelah selesai memesan makanan. Lelaki itu memejamkan matanya berniat untuk tidur sebentar. Namun, baru 20 menit ia terlelap terdengar suara ketukan pintu dari luar sana.
Tok tok tok
Ketukan pertama ia memilih mengabaikan saja, karena ia pikir itu adalah temannya yang akan datang.
Tok tok tok
Aarav langsung bangkit dan membuka pintunya. "Ck! Tinggal masuk aja sih! Tumben banget pake ngetuk pintu."
"Ah, ini ada pesanan atas nama dokter." Perawat itu nampak terkejut, namun langsung merubah ekspresinya sembari memberikan totebag yang berisi makanan.
Aarav berdeham pelan lalu menerima totebag tersebut. "Oh ya maaf, Terima kasih ya."
Perawat itu mengangguk sembari tersenyum. "Kalau gitu saya permisi."
Baru ingin masuk kembali ke ruangannya, Aarav melihat keberadaan temannya, sebut saja dia Nuha.
"Wih, tau aja gue laper," Ujarnya begitu sampai di depan Aarav.
Aarav melirik sinis. "Pede banget, bukan buat lo."
Aarav duduk di sofa yang tersedia di ruangannya. Lelaki itu mengeluarkan beberapa makanan dan minuman yang tadi dia pesan.
"Gimana?"
Nuha menenggak minuman yang disediakan lalu menjawab, "Hasilnya tetep sama, gue gak nemu info apapun tentang Bunda dan juga adik lo."
"Kayaknya Bokap lo emang seniat itu buat tutupin semua info yang berhubungan sama Bunda lo," Lanjutnya.
Aarav memejamkan matanya sembari memijat pangkal hidungnya. Pikirannya benar-benar buntu. Sekarang, apa ia harus bersujud di bawah kaki sang Ayah dulu agar pria tua itu memberitahu keberadaan Bundanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheina
Teen Fiction"Kamu adalah adik kami, Sheina." ~ Aarav "Sorry, kayaknya kalian salah paham. Gue bukan adik kalian!" ~ Sheina "Walau beda Ayah, kamu tetap adik kami." ~ Anggasta "Tapi, gue gak mau jadi adik kalian. Lupain gue dan jalani hidup kalian seperti biasa...