Cerita ini hasil pikiran dan buatan saya!
Kalau ada kesamaan tokoh, alur, latar, dll itu murni ketidaksengajaan.
Follow Instagram Tara juga yaa @Bumantara18
Happy Reading!!
🐒
Suara denting sendok saling beradu dengan piring. Suasana hening menyelimuti makan malam sebuah keluarga. Derap langkah seseorang mengalihkan semua pandangan yang duduk di meja makan.
"Makan malam dulu sini, Kak," ajak sang remaja perempuan ke Kakak lelakinya yang baru saja tiba.
Lelaki itu hanya melirik sekilas lalu pergi ke kamarnya tanpa mengucap sepatah katapun. Gibril, remaja perempuan tadi hanya menghembuskan nafasnya kecewa melihat perlakuan kakaknya.
"Mungkin Calvin lagi capek, udah lanjutin aja makannya," celetuk Kayla, wanita paruh baya yang berstatus sebagai ibunya.
"Gak cuma sekarang aja Kak Calvin kayak gini Ma, emang salah ya kalau aku cuma mau deket sama dia?" Tanya Gibril lirih.
Gasta dan Aarav saling melirik. Mereka merasa tak enak hati dengan keduanya. Entah sudah berapa kali mereka berdua berusaha mengingatkan Calvin, namun tetap saja pria itu akan bersikap seperti itu.
"Maafin sikap Kak Calvin ya Ma, Gibril. Nanti aku coba ngomong lagi ke dia," Ujar Aarav.
Kayla tersenyum lembut. "Gak papa Aarav, Mama paham kok. Emang sifatnya dia yang kayak gitu ditambah mungkin dia juga belum bisa terima keberadaan Mama."
"Gasta, nanti kalau udah selesai makan tolong antar makanan ke kamar Kakak kamu ya," Lanjut Kayla menatap Gasta.
Belum sempat Gasta menyetujuinya, Gibril lebih dulu berucap, "Biar aku aja Ma, aku udah selesai makan."
Dengan sigap Kayla menyiapkan makanan untuk Calvin dan meletakkannya di atas nampan. "Jangan pancing emosi Kakakmu ya."
"Mama tenang aja, aku gak akan buat Kak Calvin marah," Balasnya lalu berjalan ke kamar Calvin sembari membawa nampan yang berisi makanan.
Setelah Gibril pergi, Aarav kembali membuka pembicaraan, "Ayah kapan pulang Ma? Udah 2 minggu dia di Paris."
"Lusa mungkin, kayaknya dia lagi sibuk deh. Dia jarang kabarin Mama akhir-akhir ini," jawab Kayla.
Aarav menatap Gasta seakan matanya berbicara ke adiknya. Semalam mereka berdua saling berdiskusi dan saling setuju untuk membicarakan perihal Sheina yang telah ditemukan ke Kayla. Dengan harapan, agar wanita itu bisa membujuk ayahnya jika seandainya Sheina berubah pikiran nantinya.
"Ma, ada sesuatu yang mau kita omongin," ujar Gasta membuat pandangan Kayla teralih kepadanya.
"Mau ngomongin apa?"
Prang!
Belum sempat kalimat itu keluar dari mulut Gasta, terdengar suara pecahan piring dari lantai atas yang membuat mereka semua langsung berlari menghampiri sumber suara. Disana terlihat pecahan piring serta lauk-pauk yang berserakan di lantai. Mereka juga melihat Gibril yang tubuhnya sudah bergetar ketakutan dan Calvin dengan raut wajah marah menatap Gibril.
Kayla langsung memeluk putri bungsunya lalu menatap Calvin tajam. "Apa lagi yang kamu lakuin ke Gibril, Calvin?"
"Bukannya saya udah bilang, kalau gak mau anak anda terluka jauhkan dia dari saya." Seakan tak takut, Calvin membalas tatapan Kayla dengan lebih menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheina
Teen Fiction"Kamu adalah adik kami, Sheina." ~ Aarav "Sorry, kayaknya kalian salah paham. Gue bukan adik kalian!" ~ Sheina "Walau beda Ayah, kamu tetap adik kami." ~ Anggasta "Tapi, gue gak mau jadi adik kalian. Lupain gue dan jalani hidup kalian seperti biasa...