GV. 15

505 93 15
                                    

"Cukup menggelikan membayangkan merasa aman dengan Haechan diatasku, mengingat kami sering berselisih. Tapi entah kenapa saat ini aku... merasa aman?"

Pemuda manis itu tahu Haechan tidak akan membiarkan para bodyguard asing entah suruhan siapa itu menangkapnya. Hanya saja untuk seseorang dengan jumlah pengalaman berkencan yg sedikit sepertinya, kondisi seperti saat ini cukup sulit ia atasi.

Memang ada banyak orang yg sering mendekati pemuda mungil itu untuk berkencan, sejauh ini Renjun hanya mengiyakan ajakan mereka untuk pergi keluar bersama saja sebagai bentuk menghargai perasaan suka yg mereka miliki tanpa pernah menerima ajakan kencannya maupun membalas perasaan mereka secara khusus. Karena pemuda mungil itu tidak tahu respon apa yg akan pasangannya berikan jika ia memberitahukan soal kekuatan magisnya ini, yg Renjun cukup yakini ialah kemungkinan besar ia akan ditertawai, dicap aneh dan gila, atau kemungkinan terburuknya ia akan dianggap sebagai manusia terkutuk yg mengerikan lalu dikucilkan, dan sudah pasti hubungannya pun kandas.

Sebab itu sejauh ini ia lebih memilih untuk tidak mencari kekasih dulu dan fokus dengan akademisnya, walaupun ada banyak orang yg mengajaknya berkencan. Dan kini ketika ia dihadapkan dengan kondisi ini, pemuda mungil itu berpikir ia tidak akan pernah merasa segugup itu sebab ia sudah sering membaca hal-hal romantis klise dari buku-buku novel. Tapi nyatanya semua bacaan itu tidaklah terlalu menolongnya, ia tetap kesulitan menangani apa yg tengah dirasakannya dengan nol pengalaman berkencan.

Haechan tetap diam di posisinya, dan raut wajahnya masih terlihat sedikit tegang, keduanya masih berusaha menangkap suara apakah para bodyguard itu sudah pergi meninggalkan tempat itu atau belum.

Setelah sekian lama, akhirnya suara-suara itu terdengar semakin samar yg berartikan mereka sudah bergerak semakin menjauh.

"Apa mereka sudah pergi?" bisik Renjun.

Haechan mengalihkan pandangannya kembali ke Renjun dan membalas dengan gumaman, "Aku rasa."

Wajah keduanya berjarak cukup dekat hingga ujung hidung keduanya hampir bersentuhan. Pemuda mungil itu menelan ludahnya, merasakan pipinya memanas. Haechan menarik nafas sedikit keras lalu menggulingkan tubuhnya ke samping Renjun.

"Idiot! Kenapa kamu menarikku sampai jatuh?!" lontar Haechan menengok ke si pemuda manis yg masih terbaring di sampingnya.

"Aku juga tidak ingin jatuh! Kamu yg kenapa mendorongku ke bawah dengan keras dan mendadak seperti itu hah?" decak Renjun.

"Agar kamu tidak ketahuan!"

"Tapi ada cara lain yg lebih sopan dan lembut untuk melakukannya!"

Si manusia serigala itu menengok ke arah lain, mendengus sesaat lalu beranjak duduk. "Kamu bicara tentang perlakuan yg sopan dan lembut? Minta itu kepada seorang bangsawan seperti Jeno, bukan padaku." imbuhnya.

Kemudian ia kembali melihat ke arah Renjun, "Kamu yg seharusnya perlu dibicarakan di sini. Kamu bernafas terlalu keras dan juga terlalu kikuk. Jika kamu hidup di duniaku, kamu tidak akan bisa bertahan hidup satu hari pun." lanjutnya.

Renjun beranjak duduk dengan cemberut menatap pria di sampingnya. "Well, kamu juga tidak akan bisa bertahan di dunia ini jika kamu sendirian, karena kamu akan tersesat di sini tanpaku."

Haechan kembali mendengus kali ini lebih pelan dari sebelumnya. "Aku tidak pernah tersesat. Aku bisa menemukan jalanku di manapun. Bahkan seharusnya aku sudah berhasil melacak jejak Un-raveler lebih jauh dari yg ditemukan sekarang, jika saja aku tetap mencarinya sendiri dengan caraku."

Renjun menahan keinginan untuk memutar matanya. Sekarang ia tahu pria di sampingnya ini sangat jelas tidak kekurangan rasa percaya diri. Hingga kemudian pemuda mungil itu baru menyadari ada sehelai daun yg mencuat dari rambut Haechan.

Good Villains 𖨂 Jaemren, Hyuckren, NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang