GV. 10

697 104 2
                                    

"Jika tidak, itu akan menyebabkan kehancuran total pada semua cerita kami..

termasuk ceritamu." lanjut si Pirate Capt.

Rasa takut melanda Renjun, dan keheningan pun menyelimuti ruangan. Haechan menatap renjun dengan curiga lalu bertanya, "Jadi, apa kamu benar-benar seorang God Reader?"

Raut wajah si pemuda manis menegang saat ketiga pria itu mengamatinya dengan seksama. "Aku memiliki kekuatan magis itu, tapi sejujurnya ini lebih seperti sebuah kutukan."

"Kutukan? Kenapa?" tanya Jeno.

Renjun mengigit bibirnya sekilas lalu menjawab, "Un-raveler sudah menggunakan kekuatannya untuk mengacaukan rumah kalian, kekuatan ini terlalu berbahaya untuk menjadi sebuah berkah."

"Aku tidak mengerti kenapa memanggil objek dan orang-orang dari dunia asli mereka adalah ide yg bagus. Aku tidak ingin bertanggung jawab untuk semua hal itu." sambungnya.

Jaemin memiringkan kepalanya bingung. "... bertanggung jawab? aku tidak mengerti kata itu."

Haechan mendengus dan memutar bola matanya. Si pemuda manis kembali bersuara, "Kalian sudah melihatnya sendiri, saat aku tidak bisa memanggil apapun untuk membantu memindahkan rak-rak buku yg menghimpit kalian."

"Sejujurnya, aku bahkan tidak tau apakah aku bisa membacakan kalian kembali ke dunia asal kalian, sekalipun kalian ingin. Aku tidak yakin apakah aku bisa membantu." lanjutnya.

Kemudian Jeno berujar, "Kamu mungkin lemah dan tidak berpengalaman, tapi tetap merupakan alat yg berguna."

Renjun mengernyitkan dahinya dan menggerutu, "ALAT?!"

Jaemin menyahuti, "Kamu punya peran besar di rencana ini. Setelah kita menemukan si Un-raveler──

Sebelum Jeno menyelanya dengan meracau, "Hhhh.. ada kata 'kita' yg mengerikan itu lagi."

"Kita akan memaksa dia untuk membantumu memperbaiki duniaku." sambung Jaemin tanpa menghiraukan ucapan si Raja Salju sedikitpun.

"Maksudmu, DUNIA KITA." tekan Haechan.

"Ya... ya... dunia kita.. maaf." balas Jaemin sambil mengalihkan pandangannya ke samping dengan malas.

"Omong-omong kamu tidak punya pilihan apapun dalam hal ini Jun. Aku mengingatnya dengan jelas waktu dia bilang bahwa dia akan kembali lagi menemuimu. Apa kamu bisa melindungi dirimu sendiri saat itu terjadi nanti?" lanjut si Pirate Capt dengan seringai tipisnya.

Pemuda manis itu pun seketika menjadi teringat kembali akan sensasi dingin dari sebilah pisau yg ditodongkan pria berjubah ke tenggorokannya di waktu lalu, dan bergidik menahan kengerian. "Itu benar. Aku tidak memiliki pilihan lain, dan aku tidak bisa membiarkan Un-raveler itu mengejar keluargaku. Aku harus bersiap atas kehadirannya lagi, dan untuk menanganinya dengan benar satu-satunya jalan terbaik adalah bekerja sama dengan orang-orang ini." batinnya.

Renjun menghirup nafasnya dalam, lalu mengangguk perlahan, "Aku akan membantu. Dia berulah seolah menjadi Tuhan pada cerita kalian, itu tidaklah benar. Dan aku tidak ingin dia mengotak-atik duniaku atau pun melukai orang lain."

Mendengar itu Jaemin tersenyum sumringah, "Nah seperti ini semangat!" kemudian matanya melirik bolak-balik antara Haechan dan Jeno yg hanya diam. "Ayolah, kita semua memiliki tujuan yg sama bukan?"

Tangannya yg sedari tadi bertopang di dagu kini ia turunkan dan menegakkan posisi duduknya, "Ya aku tau, kami memang saling membenci. Dan ya, ide untuk bekerja sama terdengar agak menjijikan. Tetapi saat ini, berpencar bukanlah pilihan yg logis." ujar si Pirate Capt dengan kepalanya yg menengok bolak-balik pada keduanya.

Kemudian Jaemin beranjak berdiri di depan semua orang, "Aku yakin kita dapat menyisihkan perbedaan di antara kita semua untuk waktu cukup lama, demi mencapai tujuan tersebut." Belum ada respon yg ia dapatkan dari keduanya, tetapi sangat jelas keduanya memperhatikan semua ucapan Jaemin saat ini.

"Temukan Un-raveler, ancam dia untuk membantu Renjun, dan semuanya pun akan kembali tersusun lagi." lanjut si Pirate Capt. Haechan terdengar seperti menggerutu pelan tapi tidak benar-benar membalas, Jeno hanya mengerutkan alisnya samar. Sementara Renjun sebaliknya, mendengar perkataan Jaemin tadi membuat ia merasakan adanya secercah harapan dalam misi ini.

"Sangat jelas terlihat bahwa dia sudah terbiasa untuk berbicara di depan umum. Hm... bagaimana pun juga dia adalah seorang Kapten." batin si pemuda manis.

Haechan memutar matanya sekilas lalu berdiri, "Ya.. ya... Kau sudah selesai? Aku lapar!" Kemudian ia berjalan ke dapur sebelum Jaemin bisa menjawab.

Namun Jaemin nampak tak terganggu dengan itu sedikitpun, ia merentangkan kedua tangannya di atas kepala, menghela nafas lega saat lehernya sedikit terangkat untuk peregangan. "Renjun, bisa kamu tunjukan dimana kamar mandimu? Aku merasa sedikit pegal, perlu berendam di air hangat."

"Letaknya di lorong itu, pintu pertama di sebelah kiri. Kamu bisa menggunakan handuk bersih yg ada di dalam rak." jawab si pemuda manis. Lalu Jaemin berjalan menuju kamar mandi sambil menggumamkan sesuatu tentang essential oils dan bath salts.

"Firasatku bilang, dia pasti akan menggunakan semua air panasnya.." batin Renjun dengan kedua bahunya merosot.

Sedangkan Jeno tetap tidak bergerak dari sofa, duduk dengan punggung tegak lurus, sorot matanya dingin dan penuh perhitungan. "Dia tidak terlihat seperti seseorang yg akan memulai percakapan lebih dulu.. Haahh... kenapa aku harus tertinggal berdua dengannya." ringis Renjun dalam hatinya.

Hingga pandangan Jeno pun mengarah padanya, "Kamu. Bawakan aku beberapa gelas air es sekarang. Dengan tiga es batu di setiap gelasnya, tidak lebih dan tidak kurang."

Renjun nyaris tidak bisa untuk tidak melongo ketika mendengar nada memerintah dari orang di sampingnya ini. "Bukankah seharusnya bangsawan diajarkan satu atau dua hal tentang sopan santun?! Hufftt.. tapi aku tetap akan menjadi tuan rumah yg baik, karena memang aku yg sudah memanggilnya ke sini diluar keinginannya." setelah menggerutu dalam pikirannya, Renjun mendengus kecil pada dirinya sendiri.

"Tunggu sebentar."

Tak lama si pemuda manis sudah kembali dari dapur dengan membawa tiga gelas air. "Ini──

Namun saat hendak berjalan melewati karpet, ujung kaki kanannya justru terselip ke dalamnya menyebabkan ia kehilangan keseimbangan.

BRUK!

SPLASSSH

TINKLING!!

Sehingga air yg dibawanya berterbangan kemana-mana, pecahan kaca gelas dan es batu berhamburan di lantai. Ia mendarat dengan keras di atas tangan dan lututnya.

Saat Renjun mendongak, ia melihat rahang Jeno yg mengeras karena air dingin menodai bajunya dan menetes dari rambutnya.

"Jika tatapan seseorang bisa membunuh, pasti sekarang aku sudah mati!" batinnya.

"A-aku benar-benar minta maaf!"

Jeno menyugar rambut bagian depannya yg menetes di dahinya ke belakang, dan memelototi Renjun. "Apa kamu hanya akan terus duduk diam disana?"

Si pemuda manis menunjukkan raut wajah kosongnya. "Apakah maksudnya dia... ingin aku mengeringkannya..?"











BERSAMBUNG

──────
Cerita ini hanya fiksi, dilarang membawanya ke real life.

Jangan lupa klik bintang/vote.

Terimakasih

« Z-sapphiredust

Good Villains 𖨂 Jaemren, Hyuckren, NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang