GV. 17

508 84 0
                                    

Jeno mulai meluncur perlahan, sambil menarik lembut pergelangan tangan kiri si pemuda manis untuk mengikutinya di belakang.

"Aku tidak akan. Walaupun aku memang menganggap kecerobohan mu sebagai hal bodoh── ah tidak, bahkan keberadaan mu saja sudah cukup bodoh. Tapi aku tidak punya alasan untuk terus-menerus menyebutnya." balas Jeno.

Jawaban yg mengejutkan. Cukup mengejutkan sampai si pemuda mungil meloloskan tawanya dan dia hampir terjatuh lagi. "Jadi intinya kamu hanya akan menyebutku bodoh saat keberadaanku sangat mengganggumu? Apa sebenarnya dari diriku yg sangat mengganggumu?"

Jeno menengok ke belakang, menatap si pemuda manis dari atas ke bawah dengan tatapan dingin dan menilai. "Semuanya." ujarnya.

Renjun melirik ke arah lain sambil bergumam pelan, ".. Ku kira itu bisa lebih buruk." sarkasnya.

Raja salju itu membuka mulutnya seperti hendak berteriak sebelum ia mengatupkan rahangnya lagi saat Renjun nyaris kehilangan keseimbangan. Jeno berhenti, ia membalikan badannya menghadap si pemuda mungil, "Terakhir kali kamu jatuh karena kamu terlalu mencondongkan badanmu ke belakang. Cobalah lebih mencondongkan badanmu ke depan dengan lutut sedikit ditekuk." tutur Jeno.

Dengan ekspresi datarnya, ia memperbaiki posisi lutut dan sedikit menekan bagian belakang bahu si pemuda mungil ke arah depan. "Jangan terlalu sering menengok ke bawah. Percayai insting natural keseimbanganmu, dan fokus melaju ke depan." sambungnya.

"Ku pikir justru karena aku terlalu mempercayai insting keseimbanganku lah makanya aku jatuh!" sanggah Renjun.

Pemuda mungil itu berusaha mengikuti saran Jeno, dengan kedua tangan Jeno yg membantu memeganginya di kedua lengan. Sedikitnya pemuda mungil itu baru menyadari ternyata walaupun penampilan dan kepribadian raja salju itu selalu tampak serba dingin dan tajam, tetapi anehnya sentuhan kulitnya hangat.

Sejauh ini Jeno masih terlihat menjaga jarak dari si pemuda mungil, baik secara fisik maupun emosional. Entah karena ia masih belum bisa mempercayai Renjun, ataukah ada alasan lain yg disembunyikannya.

Renjun mendorong kakinya agar meluncur sedikit lebih cepat dan lebih percaya diri, "Hey, sepertinya aku mulai mengerti! Kamu bisa mulai melepaskanku sekarang." serunya.

Jeno sedikit menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, "Hhh.. menurutku tidak." Pria itu tidak melepaskan genggamannya pada lengan Renjun dan kembali berujar, "Ice Skating berfokus pada kekuatan keseimbangan, kefokusan, dan menghasilkan keanggunan. Yg mana semua itu telah kamu tunjukan dengan sangat kurang."

Renjun merengut tak terima, ia mendecak dan menimpali, "Hey dengar. Tidak semua orang terlahir menjadi sosok paduka raja sempurna dengan bakat yg sangat hebat hingga hampir tidak manusiawi."

"Sempurna?" gumam Jeno, tanpa sadar memiringkan kepalanya dan mendekat ke hadapan wajah si pemuda manis.

Dapat Renjun rasakan hembusan nafas sejuk pria di depannya ini menerpa pipinya, cukup membuatnya sedikit merinding. Tak lama pipi pemuda mungil itu memerah dan langsung saja ia memalingkan mukanya. "Ekhem. Omong-omong, terimakasih sudah menolongku."

Raja salju itu menarik wajahnya kembali, lalu melirik ke arah lain dengan kedua retinanya yg kelihatan terus bergerak ke arah manapun, mengalihkan pandangannya dari Renjun. "Aku menolong karena aku merasa harus, bukan karena aku ingin."

"Akan jadi masalah kalau satu-satunya God Reader di pihak kami terluka." sambung Jeno.

Renjun meliriknya, mencoba membaca pikirannya, tetapi ia tidak dapat melihat ekspresi pria di depannya itu dengan benar karena Jeno sepenuhnya memalingkan wajah ke arah lain.

Good Villains 𖨂 Jaemren, Hyuckren, NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang