Beberapa hari telah berlalu sejak Arabella berkenalan dengan teman teman Alrescha.
Setelah kejadian itu, mereka kadang akan mengobrol jika bertemu. Memakan bekal buatan Arabella bersama sampai kadang kadang mengerjakan tugas bersama walau beda kelas. Tenang saja, kan ada bos Alrescha yang serba bisa.
Keseharian Arabella sendiri selalu di awali dengan memuntahkan beberapa teguk darah, mandi, merias wajah untuk menutupi kulit pucatnya, memasak dan sarapan lalu berangkat sekolah.
Di sekolah, Arabella entah kenapa selalu terjerat masalah dengan Angelia sebanyak apapun dia coba menhindar. Selain itu, ia akan bertemu dengan Alrescha dan kawan kawan, kadang mampir ke kamar mandi karena ingin muntah, terus duduk di bangkunya karena pusing dan tanpa sadar pingsan.
Untung saja orang lain mengira dia sedang tidur dan untung saja tidak ada yang berani duduk di dekatnya. Kalau tidak maka mereka akan menemukan hal yang mencurigakan dari dirinya.
Hari ini, kelas Arabella ada pelajaran olahraga tepat sebelum istirahat kedua. Arabella sendiri enggan untuk mengikutinya. Baru berjalan sampai kantin saja dia sudah lelah apa lagi aktivitas yang menguras banyak tenaga seperti olahraga. Mana dilapangan pula.
Jadi, setelah Arabella yakin tubuhnya akan segera mencapai batas ia diam diam pergi menuju uks sekolah. Bukan karena apa, tapi karena uks adalah tempat yang selalu kosong kapan pun itu. Di uks ini tidak ada penjaganya entah karena malas atau karena walau dijaga pun tidak ada yang datang.
Karena ini adalah sekolah elit, mayoritas muridnya adalah anak orang kaya, para nona muda dan tuan muda. Jika mereka sakit, mereka cenderung langsung pergi ke rumah sakit ketimbang pergi ke uks. Jadilah ini uks selalu sepi seperti kuburan.
Brakk! Ceklek
Arabella menutup pintu uks dengan kasar, menguncinya dari dalam lalu segera merosot ke lantai.
"Uhuk uhuk uhuk! " Arabella membekap mulutnya dengan kedua tangan. Namun darah merah segera meluncur turun dari sela sela jarinya dan menetes di atas lantai putih susu.
Gadis itu meraih tisu di atas meja penjaga dengan susah payah dan membersihkan seluruh darah yang ada di bibir, tangan dan lantai lalu membuangnya ke tempat sampah.
Ia juga mengambil beberapa lembar tisu lagi untuk mengelap darah yang masih terus keluar karena batuk dan bersandar di kaki meja dengan lemah. Dia sama sekali tidak punya tenaga umtuk bergetak walau sekecil apapun.
Baru setelah batuk berdarahnya berhenti dan tenaganya telah pulih sedikit, Arabella berjalan tertatih tatih ke ranjang dan ambruk di atasnya kemudian pingsan. Dibawah pengaruh ketidaksadarannya, semua rasa sakit dan lelah menghilang digantikan ketenangan yang jarang terjadi.
Arabella benar benar pingsan, tanpa tahu ada orang lain yang berbaring di ranjang sebelahnya. Ranjang itu ditutup sempurna oleh gorden, jadi tak heran jika gadis itu tidak tau. Masalahnya, laki laki yang kini berbaring di atas ranjang itu mendengar dengan jelas apa yang terjadi.
Alrescha menatap langit langit ruang uks sebentar, mendudukkan dirinya di tepi ranjang lalu menyugar rambutnya yang agak panjang ke belakang.
Perlahan tapi pasti, ia turun dari ranjang. Menyibak gorden berwarna putih susu yang menghalangi untuk memperlihatkan pemandangan seorang gadis yang tengah menutup matanya dengan tenang.
Alrescha berjalan mendekat, menatap sebentar wajah Arabella yang masih tampak pucat walau tertutup make up lalu menghapus noda darah di sudut bibir Arabella dengan ibu jarinya.
Melihat darah di ujung jarinya, Alrescha segera menyimpulkan. "Ini darah asli. "
Alrescha mengambil tisu untuk menghilangkan noda darah dan membenahkan posisi Arabella. Jika tidak, ia takut gadis itu akan jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Antagonis Dalam Novel [End]
Novela JuvenilDalam sebuah cerita, antagonis selalu menjadi pihak yang salah dan protagonis selalu menjadi pihak yang benar terlepas dari apa yang mereka alami. Mengisahkan seorang gadis remaja yang bereinkarnasi menjadi tokoh antagonis dalam novel yang telah dia...